Beranjaklah dari “Grey Area”*
Beranjaklah dari “Grey Area”*
*Oleh Joko Setiawan, A Social Worker, Seorang Pembelajar Sepanjang Zaman
Aneh tapi nyata, dan itulah kenyataannya. Bisa kita tengok sebentar pada tahun 70-an, 80-an dan 90-an, kemudian kita bandingkan dengan tahun 2013. Begitu besar perbedaan yang mencolok sehingga seolah-olah dunia mengalami lompatan zaman. Sungguh lebih jauh lagi jika kita hendak membandingkannya dengan zaman ketika Al Qur’an pertama kali diturunkan, lebih dari 1400 tahun silam..
Kemajuan teknologi juga mengakibatkan perubahan yang super cepat terhadap gaya dan pola hidup manusia, terutama remaja. Remaja putri menjadi cepat matang organ reproduksinya (cepat mengalami masa menstruasi), begitu pula dengan remaja putranya, mimpi basah dialami lebih cepat dari generasi-generasi sebelumnya. Selain pola makanan, teknologi yang mampu menyuguhkan tontonan “dewasa” juga begitu mudahnya dinikmati oleh anak-anak tanpa dosa tersebut, sehingga dari sana didapatkan pengetahuan baru tentang aktivitas manusia dewasa yang telah ada ikatan suami-isteri, tanpa diimbangi dengan penanaman nilai agama yang lekat pada dirinya..
Agama Islam ini, sejatinya tak hanya mengurusi aktivitas peribadahan manusia dengan Tuhannya, namun juga meliputi seluruh aktivitas kehidupan dari ujung kaki sampai ujung kepala, bahkan sampai yang ada di dalam organ tubuh manusia sekalipun. Islam mengajarkan kaum pria dan wanita untuk menundukkan pandangan dan menjaga kemaluannya selain kepada suami/isterinya. Namun pada kenyataannya, banyak anak-anak dan remaja kita yang dengan begitu santainya ketika menonton film “dewasa” yang notabene jelas-jelas haram untuk ditonton, walaupun dia adalah orang dewasa..
Kemudian masalah selanjutnya adalah yang seringkali menimpa para remaja kita. Rasa cinta yang merupakan fitrah dari Allah dan harus dijaga kesuciannya, pada kenyataannya menjadi barang murah yang bisa diberikan kepada siapa saja, asal nafsu menghendaki. Ya, pacaran seolah-olah menjadi salah satu barang wajib yang harus dilalui dalam masa perkembangan diri, tidak pacaran berarti “tidak laku” dan “tidak gaul”. Namun benarkah demikian?
Tentu saja hal tersebut salah kaprah Karena pacaran merupakan pintu masuk dalam berzina, sedangkan kita sebagai umat Islam dilarang mendekati zina. Apakah kita lupa firman Allah, “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk” (Q.S Al Isra’: 32). Islam mengajarkan kepada kita bahwa sesuatu yang dilarang oleh Allah itu pasti mengandung suatu kemudharatan, dan sesuatu yang diperintahkan oleh Allah itu selalu mengandung kemanfaatan..
Dan inilah pembahasan paling tinggi yang akan kita tuntaskan sampai jelas seterang sinar matahari di siang hari. Kita telah memahami bahwa tidak ada pacaran dalam Islam, karena pacaran itu aktivitas yang mendekatkan kita dengan perbuatan zina. Tapi kemudian, ada sekelumit perasaan di dalam diri yang tidak bisa kita bantah adanya, yakni rasa kagum atau rasa suka terhadap lawan jenis. Perasaan itu senantiasa terus memberontak dan ingin diungkapkan pada saat itu juga. Namun, sebagai aktivis dakwah, bukankah kita menyadari bahwa perasaan fitrah suci yang tidak ditempatkan pada tempatnya hanya akan membuahkan dosa? Begitu pula dengan rasa menggebu yang biasa disebut dengan “cinta” oleh masyarakat kebanyakan ini..
Tak ada muara yang bisa disodorkan sebagai solusi untuk perasaan tersebut, selain MENIKAH. Ya, saya ulangi sekali lagi bahwa satu-satunya solusi adalah dengan MENIKAH. Tapi bagaimana jika belum siap menikah? Masalah ini juga telah ada jalan solusinya, yakni dengan bersabar dan berpuasa. Serta meyakini bahwa jodoh itu tak akan pernah tertukar. Ketika kita yakin dia adalah jodoh kita, maka jemputlah dengan meng-khitbah dirinya, namun ketika kita merasa belum siap untuk menikah, maka lepaskanlah perasaan itu dengan menyibukkan diri dengan segunung aktivitas dakwah lainnya, dan ketika pada saatnya siap menikah, jemputlah sang pujaan hati tersebut. Kalau pun ternyata ia telah dipinang dan melangsungkan akad nikah dengan orang lain, maka yakinlah bahwa Allah telah mempersiapkan jodoh “tercocok” dan memang itulah jodoh kita, bukan seseorang yang kita paksakan untuk menjadi milik kita, padahal kita belum siap untuk menikahinya..
Ah, rasanya kalian telah menyadari dengan sepenuh hati bahwa lebih baik ta’aruf daripada pacaran, itulah jalan paling aman untuk menjemput pendamping hidup. Tapi di sisi lain, ternyata kita masih memelihara perasaan-perasaan yang mengkhususkan diri terhadap salah satu atau beberapa orang lawan jenis. Inilah yang saya sebut dengan “grey area”, karena kalian telah menyebut diri sebagai aktivis dakwah, namun di sisi lain belum mampu untuk menjaga diri dan kesucian hati secara kaffah..
Sebagai pemuda yang hidup di zaman sekarang ini, dimana kemaksiatan dianggap sebagai kebaikan, dan kebaikan dianggap sebagai sesuatu yang asing, maka kebanyakan dari kita biasanya pernah mengalami masa-masa “ada perasaan” dengan aktivis dakwah lainnya, padahal kita juga begitu menyadari bahwa diri ini masih belum siap untuk menikah. Maka, saran saya adalah, “keluarlah dari grey area dan sambutlah hari baru dengan penuh keoptimisan, bahwa jodoh itu tak akan pernah tertukar, maka melepaskan perasaan itu adalah suatu keharusan yang tidak bisa dielakkan”..
Area diantara hitam dan putih ini cukup berbahaya bagi hati. Hati itu pada mulanya lembut dan suci, ketika kita timpai dengan satu titik hitam, meskipun kecil, dan kita selalu mengulanginya berkali-kali, maka hati akan berubah warna menjadi hitam, dan pada akhirnya menolak segala kebaikan yang sifat asalnya adalah untuk menjaga kesucian diri. Maka, maukah kalian bermain-main dengan hati yang putih suci tersebut?..
Mari, kita sama-sama keluar dari grey area dan menempatkan diri pada white area, yang semoga Allah meridhoi dan memudahkan segala langkah-langkah perbaikan diri ini. Laa haula walaa kuwwata illaa billahil aliyyil adhiiim..
NB: Dipublikasikan pertama kali di website Eramadina.com pada tanggal 02 Desember 2013 di sini http://eramadina.com/beranjaklah-dari-grey-area/
Salam hangat dan semangat selalu dalam dekapan ukhuwwah
Kembang Janggut-Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur
Sabtu, 26 Muharram 1435 H/30 November 2013 pukul 17.07 wita
Dipublikasikan otomatis secara terjadwal oleh WordPress pada hari Kamis, 26 Desember 2013 pukul 08.00wita
Reblogged this on KAMMI STKS BANDUNG.
pacaran, tulisan yang tidak ada habisnya. sebab masalahnya juga masih belum berakhir. pacaran masih merajalela di mana-mana. nanti kalau khilafah berdiri, sisitem kehidupan laki-laki terpisah dari perempuan. ketika pacaran putus massal diganti nikah massal, baru tema pergaulan bebas berganti pemeliharaan keluarga biar harmonis.
Yaps, tak kan pernah ada akhirnya. Oleh karenanya harus selalu kita dakwahkan kepada masyarakat awam maupun kalangan aktivis dakwah itu sendiri..
Kenapa harus menunggu khilafah tegak? Sampai kapan? Kita bisa dan mampu bergerak mulai sekarang kok, karena tidak ada perubahan yang instan, yang ada adalah pembinaan terus menerus dan berkesinambungan. Mencetak lebih banyak ulama untuk menjaga ilmu Islam agar tak pudar, kemudian menyebarkannya pada masyarakat awam..
Ayolah, beranjak dari mimpi indah dan segera bergerak untuk menuntaskan perubahan. Tak hanya HTI yang mendambakan Khilafah Islamiyah tegak berdiri, kami dan beberapa elemen dakwah lainnya pun tengah memperjuangkannya..
Mari berlomba-lomba dalam kebaikan, bukan sibuk mencaci dan mencari-cari kesalahan. Miris melihat aktivis HTI yang selalu saja memberitakan hal subhat, masih samar, dan seolah-olah itu menjadi pembenaran, padahal manhaj dakwah Tarbiyah maupun Ikhwanul Muslimin tak pernah berubah (lengkapnya baca buku ats Tsawabit wal mutaghayyirat karya Jum’ah Amin)
Salam hangat dan semangat selalu dalam dekapan ukhuwah 🙂
maaf saya nggak ngerti hal syubhat. masih awam soalnya.