Natal dan Tenggang Rasa*

Natal dan Tenggang Rasa*

*Oleh Joko Setiawan, A Social Worker, Seorang Pembelajar Sepanjang Zaman

Suasana ini sangatlah baru bagi diri saya. Memiliki sahabat non muslim bukanlah kali pertama dalam kehidupan saya, namun hidup berdampingan dengan jumlah non muslim sama-sama mayoritasnya adalah sebuah pengalaman perdana..

Lagi-lagi, kisah ini adalah catatan pribadi tentang apa yang dilihat, apa yang dirasa dan apa yang saya pikirkan..

Perkara perayaan hari besar agama lain, cukup menjadi perbincangan yang hangat dalam diskusi kecil kami. Antara Natal dan tenggang rasa. Sebagian sahabat muslim saya, menganggap bahwa ucapan natal adalah suatu hal yang biasa, basa-basi saja, atau bahkan karena tenggang rasa untuk menghormati penganut agama Kristen yang taat tersebut. Lagipula, saat kaum muslimin merayakan hari raya, mereka juga dengan begitu hangatnya memberikan ucapan selamat kepada kita. Begitulah kira-kira yang mengawali diskusi kita kali ini..

Saya sendiri, tidak menjadikan memberikan ucapan dan tenggang rasa sebagai sebuah musuh bebuyutan. Tidak memberikan ucapan selamat bukan berarti tidak tenggang rasa. Dan ketika tenggang rasa berarti harus mengucapkan selamat. Bukan demikian prinsip yang saya pegang..

Memberikan ucapan selamat kepada sahabat/teman kantor yang tengah merayakan Natal tidak boleh saya lakukan. Mengapa? Apakah berarti saya sebagai orang yang kolot, tidak toleran, keras hati dan berbagai stigma negatif lainnya? Padahal, sikap tidak memberi ucapan lah yang dibenarkan oleh mayoritas ulama sedunia..

Tidak diperbolehkannya kaum muslimin memberikan ucapan selamat terhadap hari besar keagamaan penganut agama lain, adalah dikarenakan alasan tauhid. Tauhid berarti menge-Esa-kan Tuhan, dan tidak ada Tuhan Yang Esa, kecuali Allah subhanahu wata’ala..

Tahukah makna perayaan Natal? Perayaan ini adalah untuk menyambut gembira kelahiran anak Tuhan, Yesus anak Allah, begitulah apa yang dipercayai sebagai akidah umat kristiani. Padahal, telah jelas dalam Al Qur’an, “. . . Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: “(Tuhan itu) tiga”, berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. . . “ (Q.S An Nisa: 171)..

Nah, karena pengucapan natal adalah perkara akidah, maka sebagai umat muslim yang taat, kita patutnya menghindarinya. Tentu, tanpa menyakiti hati sahabat kita yang beragama nasrani tersebut. Jika melakukan dengan cara yang baik dan benar, tentu sahabat non muslim kita tersebut akan mampu memahaminya. Bahwa kita bukan seseorang yang kolot, tidak membencinya, namun sebagai bentuk sikap ketaatan kita terhadap agama kita sendiri. Saling menghargai tanpa menggadaikan akidah itu indah ^^

#what I see #what I feel #what I think about it

Salam hangat dan semangat selalu dalam dekapan ukhuwwah

Kembang Janggut-Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur
Rabu malam, 16 Shafar 1435 H/18 Desember 2013 pukul 21.08 wita

Dipublikasikan otomatis secara terjadwal oleh WordPress pada hari Rabu, 25 Desember 2013 pukul 08.00wita

Comments
3 Responses to “Natal dan Tenggang Rasa*”
  1. akbarmangindara says:

    saya pun berpikir demikian tp teman yg lain pada ga ngerti.. Hari ini kita melihat bnyaknya pengingkaran terhadap keesaan Allah berwujud solidaritas tenggang rasa kepada yg non muslim

Tinggalkan Jejak ^_^

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: