Kembali ke Tokyo City*

Kembali ke Tokyo City*
*Oleh Joko Setiawan, A Social Worker, 32nd Trainee of Asian Social Welfare Worker’s Training Program by Japan National Council of Social Welfare (JNCSW/全国社会福祉協議会)
Waktu mengukir jejak perjalanan hidup di Kota Osaka dan sekitarnya telah berakhir sudah. Hari Jum’at siang ini sudah terjadwal untuk kembali menarik diri menuju Kota Tokyo. Sungguh, pengalaman selama di Osaka tidak akan pernah terlupakan. Tidak hanya di Osaka saja, tapi juga kenangan dalam kunjungan ke Kyoto, Nara, dan Kobe.
Kemarin malam bekerja keras untuk beberes kamar, yang awalnya saya pikir tidak akan menghabiskan waktu lama, ternyata kerja non stop dari ba’da Isya sampai dengan pukul 00.30 dini hari. Bergegas tidur, pagi tadi bangun sholat Shubuh pukul 06.00 pagi waktu Osaka. Eits, jangan dikira kesiangan ya. Pada saat musim dingin seperti ini, di Osaka waktu Shubuh jatuh pada pukul 05.40 dan terakhir bisa menunaikan sholat Shubuh sekitar pukul 07.00. Bahkan, di Masjid Kobe, cerita dari salah satu mahasiswa pascasarjana di Kobe University, Shubuh berjama’ah di sana dilaksanakan pukul 06.15 JST.
Pagi usai sholat Shubuh, cek terakhir untuk semua barang bawaan yang akan dibawa kembali ke Tokyo, kemudian bersih-bersih terakhir, memastikan semuanya benar-benar telah bersih dengan sempurna. Kata orang Zenshakyo, kebersihan kondisi apartemen yang telah ditinggali selama 4 bulan tersebut, merupakan ucapan terima kasih terdalam yang tidak terungkapkan dengan kata-kata semata, namun juga dengan perbuatan, yakni meninggalkan dalam kondisi bersih sebersih bersihnya.
Dua dus pakaian sudah saya paketkan pada hari Selasa malam yang lalu, dan jadwal sampai di apartemen Chofu adalah besok (Sabtu, 23 Januari) siang. Sedangkan hari ini saya cukup membawa satu koper, dan dua tas punggung.
Keluar dari apartemen Tengachaya sekitar pukul 09.50 JST, berpamitan ke Iki-Iki Center, tak lupa berfoto bersama. Kemudian menuju kantor utama Osaka Jikyokan Houjin. Menemui supervisor selama 4 bulan OJT (Nakasone sensei), pamitan dengan para karyawan, juga memberi hadiah kenang-kenangan berupa model dari Angklung yang ditulisi nama “Joko Setiawan, Indonesia”. Oleh-oleh dari Indonesia tersebut saya berikan kepada Kawabata Rijicho alias Presiden Direktur Osaka Jikyokan Houjin, sungguh orang yang sangat baik. Juga beberapa oleh-oleh kecil untuk Nakasone sensei, Matsuda san, Iguchi san, Masuda san, dan Banya san.
Di sekitar Kantor Pusat Osaka Jikyokan ini, saya juga berpamitan ke Lembaga Hakuunryo dan Lembaga Koushiryo. Menemui hampir semua karyawan yang tengah berada di kantor, dan menyampaikan ucapan terima kasih banyak atas pendampingan selama training, dan mengucapkan salam perpisahan. Terkait hal makanan juga cukup sulit, tapi selama training, pihak kantin memberikan menuju yang aman, bebas daging babi maupun campuran alcohol. Oleh karenanya, saya juga mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya untuk pihak kantin, sekaligus salam perpisahan.
Sekitar 45 menit berpamitan dengan semuanya, saya pun diantar oleh Nakasone sensei dan Iguchi sampai ke stasiun Hanazonocho. Dengan menaiki Chikatetsu (kereta listrik bawah tanah) Yotsubashi Line, pindah di stasiun Daikokucho dan menaiki Midosuji Line sampai stasiun Shin Osaka. Dari sini jadwal naik Kereta Bullet Train “Shinkansen” adalah pukul 13.50 JST. Sedangkan, waktu kedatangan saya di stasiun Shin Osaka masih pukul 13.00 JST.
Menyadari belum sholat Dhuhur, saya pun mencari tempat yang kira-kira tidak terlalu ramai, tapi luas dan bersih. Namun sebelum itu, menuju toilet dan wudhu dengan sebotol air mineral. Jangan khawatir, toilet di Jepang terjamin kebersihannya, jadi tidak takut terkena najis, meski juga harus tetap hati-hati. Sedangkan mencari kamar mandi yang banyak air pada umumnya cukup sulit. Jadilah, air mineral sebotol itu jadi air wudhu. Kemudian, hal yang tak kalah pentingnya adalah membersihkan sebersih bersihnya bekas air wudhu yang sedikit banyak tercecer. (toilet duduk di Jepang, harus selalu dalam kondisi bersih, dan semua orang bertanggung jawab untuk menjaga kebersihannya).
Akhirnya, menemukan tempat representatif untuk sholat Dhuhur, di jalan yang agak lebar. Tentu saja orang yang lalu lalang melihat saya tengah sholat, tapi Alhamdulillah mereka tidak memberikan respon yang aneh-aneh, apalagi setelah heboh diliput terus oleh televisi Jepang terkait teros IS mulai dari Paris, Turki, hingga Indonesia itu. Karena menyadari akan sampai di Tokyo menjelang maghrib, maka di sini sekalian menjamak sholat Dhuhur dan Ashar.
Jepang adalah Negara yang sangat mengapresiasi waktu. Hampir semua orang dalam kesibukan yang menuntut ketepatan waktu dalam menjalankan aktivitasnya. Kereta Super Express “Shinkansen Nozomi 230” berangkat sesuai jadwal yakni pukul 13.50 JST beranjak dari stasiun Shin Osaka, menuju stasiun Kyoto, lalu stasiun Nagoya, Shin Yokohama, Shinagawa dan terakhir stasiun Tokyo. Jarak dari Osaka ke Tokyo yang mencapai 500-an kilometer itu hanya ditempuh dalam jangka waktu tidak kurang dari 2.5 jam saja. Berarti kecepatan standar Shinkansen tersebut adalah 200 km/jam atau sekitar hampir 3,5 km/menit.
Berharap menemui salju yang turun mengingat jalur Tokaido Line juga melewati beberapa pegunungan. Tapi, ternyata saya hanya bisa melihat salju turun dari kejauhan, bahkan bisa dikatakan sangat jauh sampai sulit terlihat dengan jelas. Yang ada, saya bisa melihat dengan jelas bekas-bekas salju yang merata ada memenuhi area persawahan, juga tampak bekas-bekasnya di atas atap rumah para warga.
Harusnya, bisa juga melihat keindahan Gunung Fuji yang diselimuti salju, tapi sungguh sayang sekali, saya tertidur dan bangun ketika Gunung Fuji telah terlewati. Jadilah, saya hanya mengambil foto dan sedikit video dari gunung-gunung yang tidak terlalu tinggi, tapi juga tetap diselimuti salju.
Dari kelima trainee, sayalah yang paling terakhir sampai di apartemen Chofu, Tokyo. Sampai di apartemen langsung menunaikan sholat maghrib. Dan agenda selanjutnya adalah makan-makan untuk melepas kangen dan saling berbagi cerita. Ogawa san selaku wakil Kepala Departemen Hubungan Internasional JNCSW (Japan National Council of Social Welfare/Zenshakyo) juga turut hadir bersama sang isteri. Bahkan, beliau yang menginisiasi acara makan malam bersama ini.
Sungguh, bahagia sekali bisa berkumpul kembali dengan teman-teman lintas Negara, saling berbagi cerita, dan makan makanan yang sangat lezat dan bergizi. Kami menyadari, setelah ini harus lebih bersemangat lagi. Ke depan banyak PR yang harus dituntaskan, hingga jadwal kepulangan ke masing-masing Negara pada tanggal 20 Februari 2016 nanti. これからも頑張ります。
Kokuryo Cho, Chofu Shi – Tokyo, JAPAN
Jum’at dini hari, 13 Rabiul Akhir 1437 H/23 Januari 2016 pukul 00.20 waktu Jepang
Dipublikasikan otomatis secara terjadwal oleh WordPress pada hari Sabtu, 23 Januari 2016 pukul 09.00 waktu Jepang