Story 028 Menjadi Aktivis KAMMI

Menjadi Aktivis KAMMI
Berawal dari kader LDK kampus, masuk di pengajian NII, kemudian di HTI dan pada akhirnya memutuskan untuk berhenti dari jama’ah. Perasaan memang ada yang kurang, ada yang hilang. Benarlah pepatah Arab yang mengatakan bahwa serigala tidak akan menerkam kecuali domba yang sendirian. Ibadah semakin mengendur, maksiat semakin merapat, ini berbahaya.
Waktu itu Ramadhan tahun 2011, aku tengah menikmati liburan di kampung halaman. Kuliah juga baru menjelang memasuki semester VII (tingkat akhir). Kuingat bahwa ada satu kawan yang sudah lama berinteraksi di JOCO maupun BEM dan juga project The Book of Dreams yang sama-sama tengah kami susun, dia adalah kader yang aktif di salah satu organisasi mahasiswa ekstra kampus yang berbasis ke-Islam-an. Karenanya aku melayangkan sms kepadanya, dan menanyakan, apa dan bagaimana KAMMI itu?
Walhamdulillah. Tak perlu waktu lama, ketika awal masuk kuliah, dikabarkan bahwa KAMMI Daerah (KAMDA) Bandung mengadakan silaturahim akbar untuk kader-kader komisariat KAMMI se Bandung Raya. Aku pun diperkenankan untuk menghadiri agenda silaturahim tersebut, aku mendapatkan tiket khusus, padahal belum tahu menahu dan belum juga menjadi kader KAMMI yang tentunya ada beberapa proses pengkaderan yang harus dilalui. Di situlah aku pertama kalinya bertemu dengan kader-kader KAMMI dari STT Tekstil, UNIKOM, UNPAS, IT Telkom dan lain-lain.
Pandangan pertama tersebut, bagiku cukup berkesan, dan aku merasa nyaman berada dekat dengan mereka, para orang shalih, insya Allah. Dan follow up berikutnya, diadakan Open House KAMMI ITB-STKS-IMARAT, kemudian berlanjut pada agenda KLT (KAMMI Leadership Training) #1 oleh IT dan Poltek Telkom Bandung. Aku pun menjadi peserta KLT yang diadakan pada 30 September – 02 Oktober 2011 di Lembang-Bandung tersebut, dan merupakan satu-satunya peserta dari kampus Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung.
Pengkaderan tahap pertama di KAMMI yang masyhur dikenal dengan nama DM#1 (Dauroh Marhalah 1) dapat saya ikuti dengan lancar. Bahkan, kala itu aku menjadi peserta dengan nominasi Ikhwan Terbaik, karena terlalu aktif dan banyak tanya he he. Dan jadilah momen tersebut menjadi gerbang pertama untuk diakui sebagai salah satu kader Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI).
Perjalanan berikutnya, aku sama sekali tidak terpengaruh dengan minimnya kader KAMMI dari kampus STKS Bandung. Bahkan, dalam sepuluh tahun terakhir, mungkin aku adalah satu-satunya kader ikhwan KAMMI dari STKS Bandung, selebihnya ada beberapa akhwat.
Waktu terus berjalan, kegiatan KAMMI juga semakin banyak, dan baik agenda yang digelar KAMDA maupun komisariat lain di Bandung, aku selalu memiliki waktu yang cukup untuk mengikuti agendanya kegiatannya. Hal ini benar-benar waktu lapang yang patut disyukuri.
Dari berbagai aktivitas dan kegiatan, aku mulai mengenal lebih dekat dengan kader-kader unggulan KAMMI se Bandung Raya. Dan dari mereka-mereka itulah aku banyak meneguk rasa bahagia dan pencerahan serta inspirasi yang tak terkira. Yakni tentang kualitas pemahaman Islam yang lurus, rupa yang menawan, berasal dari golongan keluarga yang berada, namun begitu mampu menjaga diri untuk tidak pacaran, serta sangat aktif di kegiatan organisasi keagamaan. Muda, cerdas, berakhlak mahmudah, berprestasi, dan sholih serta sholihah. Masya Allah.. ^^
Selain kajian-kajian pemahaman Islam yang komprehensif dan menyeluruh, kader KAMMI juga diwajibkan untuk membaca buku Mantuba (manhaj tugas baca), agar kader KAMMI memiliki wawasan yang bisa distandarkan. Bacaan-bacaan tersebut nantinya untuk menunjang kader KAMMI ketika hendak naik tingkat.
Sebagai organisasi kader (harokatu tajnid) dan organisasi pergerakan (harokatul amal), KAMMI menggunakan pendekatan sistematik dalam keseluruhan proses pengkaderannya. Semua bentuk aktivitas/kegiatan pengkaderan disusun dengan semangat integralistik untuk mengupayakan lahirnya kader–kader berkualitas yang mampu mewujudkan tujuan organisasi.
Berkenaan dengan hal tersebut, jenjang pengkaderan KAMMI terdiri atas tiga tingkatan:
Anggota Biasa 1 (AB 1)
AB 1 adalah kader KAMMI yang memiliki Syakhsiyah Islamiyah (Kepribadian Islam) , dan memiliki kesiapan serta kesediaan untuk bergerak di tengah–tengah masyarakat guna merealisasikan, mengeksekusi tugas-tugas dakwah yang telah digariskan KAMMI. Jenjang ini memiliki karakter untuk Mmembangkitkan rasa kebutuhan kader kepada Islam, juga kepada pelaksanaan adab-adab dan hukum-hukumnya serta rasa cinta untuk hidup di bawah naungan Islam.
Anggota Biasa 2 (AB 2)
AB 2 adalah aktivis yang memiliki Syakhsiyah Da’iyah Muharikah (Kepribadian Dai yang Mampu Menjadi Penggerak), mampu menjadi teladan di tengah masyarakat, menjadi teladan bagi gerakan mahasiswa, mengislamisasikan ilmu pengetahuan pada bidangnya dan memelopori penerapan solusi Islam terhadap berbagai segi kehidupan manusia.
Anggota Biasa 3 (AB 3)
AB 3 adalah aktivis yang memiliki Syakhsiyah Qiyadiyah Siyasiyah (Kepribadian Pemimpin Yang Mampu Mengambil Kebijakan), memiliki kualifikasi keilmuan yang sesuai bidangnya, pemimpin gerakan yang menentukan arah gerak dakwah KAMMI, berdasarkan situasi dan kondisi yang berkembang.
Aku sendiri, sampai pada saat menuliskan cerita ini, hanya sampai di AB 1 saja. Idealnya, bergabung dengan KAMMI (AB 1) adalah pada masa awal kuliah, sehingga ketika lulus kuliah, juga sudah lulus AB 3. Dan akan mampu menjadi iron stock dalam upaya perbaikan kepemimpinan bangsa di masa depan. Sesuai dengan slogan KAMMI, mencetak kader Muslim Negarawan.
Dari KAMMI ini jualah aku mendapatkan kesempatan untuk belajar melakukan aksi turun ke jalan alias demonstrasi. Namun sudah tentu, aksi-nya kader dakwah dengan aksi-nya mahasiswa pada umumnya itu sungguh berbeda. KAMMI begitu menjaga agar interaksi pada saat aksi tidak terjadi ikhtilat (bercampur baur) antara ikhwan dan juga akhwat. Selain itu, aksi KAMMI juga sangat jauh dari tindakan anarkisme, dan mengedepankan takbir, serta data-data akurat yang kami kumpulkan dan dilakukan kajian sebelum turun aksi ke jalan.
Aksi turun ke jalan yang dimaksud adalah dengan melakukan aksi di depan Gedung Sate, yang merupakan gedung pusat pemerintahan Provinsi Jawa Barat. Aksi biasanya kami mulai dari Masjid PUSDAI Bandung, berjalan arak-arakan sejauh kurang lebih satu kilometer untuk sampai di Gedung Sate.
Selain aksi yang sifatnya parsial atau sendiri-sendiri. KAMMI juga biasa melakukan aksi gabungan dengan beberapa organisasi pemuda lainnya seperti HMI, PMII, GMNI dan lain-lain. Hal tersebut tergantung dari isu yang diangkat. Aku sendiri sempat ikut aksi gabungan ketika mengangkat isu pendidikan yang semakin jauh dari jangkauan rakyat miskin.
Bahkan, KAMMI juga berkolaborasi dengan FSLDK (Forum Silaturahmi Lembaga Dakwah Kampus) Bandung ketika aksi mengangkat tema kemanusiaan, yakni penindasan saudara muslim kita di Rohingya, Myanmar. Aksi solidaritas semacam ini juga digelar untuk saudara-saudara kita di Palestina, Suriah, Mesir dan lain-lain.
Menjadi kader KAMMI tunggal yang berasal dari kampus STKS Bandung sama sekali tidak pernah menciutkan rasa keikutsertaan dalam jama’ah dakwah. Dari hari ke hari, semangat untuk menjadi bagian dakwah itu semakin besar. Tentu hal ini karena semakin bertambahnya pemahaman.
Pada awal-awal aku di KAMMI STKS, hanya ada empat orang kader. Yakni tiga orang akhwat dan satu ikhwan, yaitu diriku sendiri. Pada akhir tahun 2011, bertambah dua orang kader KAMMI STKS lagi, satu ikhwan dan satu akhwat. Kemudian awal tahun 2012, bertambah satu orang kader ikhwan lagi. Maka, sampai pada awal tahun 2012, tercatatlah tiga orang kader ikhwan dan empat orang kader akhwat.
Pada triwulan pertama tahun 2012 ini, STKS tengah dipersiapkan untuk menjadi komisariat mandiri pada suatu saat nanti. Ya, KAMMI STKS memang masih berada di bawah asuhan KAMMI ITB. Dan sejak April 2012, aku didaulat untuk menjadi Ketua BSO KAMMI STKS Bandung. Amanah ketua tersebut, kuemban sampai pada saat lulus kuliah, yakni di bulan Oktober 2012.
Syukur alhamdulillah, pada awal bulan Oktober 2012, bertambah lima orang kader KAMMI, yang terdiri dari dua orang ikhwan dan tiga orang akhwat. Sungguh luar biasa bahagianya. Sebelum kutinggalkan hijrah ke Ibukota Jakarta, bertambah dan terus bertambah kader KAMMI STKS Bandung.
Selama hijrah ke DKI Jakarta untuk aktivitas bekerja, aku juga masih meluangkan waktu secara rutin sebulan sekali ke Bandung. Tujuannya untuk bertemu dengan kader-kader KAMMI STKS Bandung dan berbagi ilmu dan pengalaman bersama mereka. Selain itu, agenda ke Bandung juga kugunakan untuk aktivitas mengikuti agenda kegiatan yang digelar oleh KAMDA Bandung. Aku hadir sebagai salah satu pesertanya, dengan mengajak kader KAMMI STKS Bandung untuk juga pro aktif guna percepatan proses kaderisasi (pemahaman fikrah perjuangan KAMMI).
Sampai dengan bulan April 2013 lalu, aku masih bisa bersua dengan kader KAMMI STKS Bandung. Namun, semenjak bulan Mei 2013 lalu, aku hijrah dari Ibukota menuju Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur. Dan secara otomatis, menjadi tidak bisa lagi berinteraksi dan berkomunikasi secara langsung dengan kader-kader di sana.
Meski demikian, masih ada kabar menggembirakan yang bisa kudapatkan dari Ketua BSO KAMMI STKS Bandung yang sekarang. Yakni, bertambahnya kader KAMMI STKS dengan dua orang akhwat dan dua orang ikhwan. Ada yang pergi, ada yang datang. Akan selalu seperti itu, roda dakwah akan terus berputar dan ada pengendaranya, meski satu per satu berjatuhan, akan selalu ada penggantinya, dan semoga penggantinya itu lebih baik dari sebelumnya.
Di Kalimantan ini, aku kembali menemukan keluarga baru, tanpa melupakan keluarga di KAMMI STKS Bandung tentunya. Yakni bertemu dengan kader KAMMI UNIKARTA (Universitas Kutai Kartanegara). Di sini, meski kadernya juga terbatas, namun sebagian besar mereka adalah kader IKADI (Ikatan Da’i Indonesia) Kabupaten Kutai Kartanegara, yang artinya, selain penguasaan manhaj berpikir secara siyasi syar’iyyah, juga memiliki kemampuan retorika haroki yang mumpuni.
Jika ada kesempatan, nantinya aku pun berminat untuk mengikuti alur kaderisasi KAMMI, DM#2 dan DM#3, semoga masih bisa mendapatkan kesempatan tersebut sebelum ajal menjelang. Karena, rasa kekeluargaan di KAMMI memang luar biasa. Ilmu dan ukhuwah menjadi terasa begitu nyata, tak hanya sekedar teori, dan jauh dari rasa iri serta dengki.
Aku, dari kejauhan, di tengah hutan Kalimantan Timur, hanya bisa, MENCINTAI KAMMI SECARA SEDERHANA.
*Kembang Janggut, 28 Zulhijjah 1434 H/02 November 2013
**Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur
Dipublikasikan otomatis secara terjadwal oleh WordPress pada hari Senin, 14 Muharram 1435 H/18 November 2013 pukul 08.00 wita.
NB: Artikel ini adalah edisi series dari The Story of Muhammad Joe Sekigawa. Diterbitkan secara berkala pada setiap hari Senin dan Kamis, sejak tanggal 29 Juli 2013. Jika tak ada halang merintang, akan disusun menjadi sebuah buku bagi koleksi pribadi ^_^
Reblogged this on KAMMI STKS BANDUNG.
kammi y, “rival’-nya gema pembebasan ne.. 🙂
KAMMI tak pernah mengusik GP, kita mah nganggapnya partner dalam dakwah 🙂
yup, i know i know.. 🙂