Ekstrimisme Panas-Dingin*
*Oleh Joko Setiawan, A Social Worker, Seorang Pembelajar Sepanjang Zaman
Pengalaman pertama menuju Camp Rig ini memang penuh tantangan. Selain jarak tempuh yang cukup jauh, yakni membutuhkan waktu sekitar 5-6 jam perjalanan dari Samarinda, juga cuaca ekstrim yang mampu membuat jantung berdebar-debar hingga berdegub kencang..
Pengalaman paling berkesan itu adalah ketika menaiki perahu ces (perahu mesin dengan muatan maksimal 6 penumpang) dari Kota Bangun menuju Teluk Bingkai. Sebenarnya, bukan Teluk Bingkai tujuan akhirnya, namun tempat tersebut merupakan salah satu tempat untuk menurunkan penumpang. Biasanya, para karyawan diturunkan di Pelabuhan Tengah Desa Kahala Kecamatan Kenohan, namun karena banjir yang sangat ekstrim, jalur terdekat untuk sampai ke Camp Rig adalah dengan turun di Pelabuhan Teluk Bingkai..
Aku tak menduga sebelumnya bahwa di Kalimantan Timur ini sedang berada di musim penghujan. Dan kalau sudah demikian, bisa dipastikan desa-desa yang letaknya di pinggir-pinggir sungai itu tenggelam oleh air sungai yang telah meluap, dan bertambah tinggi setiap waktunya. Tiang-tiang tinggi untuk menyangga rumah para warga desa, ternyata masih kalah tinggi dengan banjir ekstrim yang menimpa mereka..
Tempat super panas dan macet, Jakarta Raya, kutinggalkan dalam suasana panas yang berkesinambungan. Karenanya, saya pikir Kalimantan juga tengah dirundung cuaca panas yang serupa. Namun ternyata perkiraan itu meleset adanya. Sejak masih dalam pesawat saja, air hujan telah mengguyur dalam waktu yang cukup lama. Tapi anehnya, keesokan harinya, cuaca kembali panas, kemudian malamnya turun hujan lebat lagi..
Kondisinya lebih ekstrim di daerah sini, Camp Rig dan tengah hutan Kembang Janggut dan sekitarnya. Panas menyengat dan awan yang putih bersih berlatar langit biru, tak lama kemudian berganti mendung gelap dan hujan turun dengan begitu lebat. Tak beberapa lama kemudian, air menggenang dimana-mana sehingga mengakibatkan jalanan menjadi sulit dilewati..
Mengamati fenomena alam ini, saya menyebutkan sebagai ekstrimisme panas-dingin. Ya, dari panas menyengat, kemudian secara cepat berubah menjadi hujan yang teramat dingin, hingga selimut menjadi teman terbaik setelah bantal dan guling he he he..
Sedekar cerita atas kondisi faktual di lapangan, tempatnya mengais rizki dari mereka-mereka yang cinta hutan sebagai bagian dari penyedia nafas kehidupan.. ^^
Salam hangat dan semangat selalu dalam dekapan ukhuwwah
Alumni Bandung College of Social Welfare, Department of Social Rehabilitation ‘08
Selesai ditulis pada hari Rabu, 11 Zulhijjah 1434 H/16 Oktober 2013 pukul 22.22wita @Mes Enggang PT. Silva Rimba Lestari District Kembang Janggut Kabupaten Kutai Kartanegara Kalimantan Timur.
Dipublikasikan otomatis secara terjadwal oleh WordPress pada hari Ahad, 13 Muharram 1435 H/17 November 2013 pukul 08.00wita.
Filed under Agra Bareksa, Borneo on Story, Celoteh, Cerita, Status Facebook · Tagged with Cuaca, Ekstrim, hujan, Panas