Kutai Kartanegara yang Mempesona*

Kutai Kartanegara yang Mempesona*
*Oleh Joko Setiawan, A Social Worker, Seorang Pembelajar Sepanjang Zaman
Berkat jejaring dan usaha yang sungguh-sungguh, pada akhirnya Allah menakdirkan saya untuk bisa sampai di tanah Kalimantan, tepatnya di Kabupaten Kutai Kartanegara Provinsi Kalimatan Timur..
Awalnya, yang saya pikirkan adalah di tanah Kalimantan ini, didominasi oleh Suku Dayak, dan secara otomatis yang saya pahami adalah Suku Dayak mayoritas non muslim. Tapi pada kenyataannya tidak demikian seluruhnya. Di desa binaan perusahaan tempat saya mengais rizki, terdapat satu desa bernama Long Beleh Haloq Kecamatan Kembang Janggut yang merupakan desa kaum muslimin dari Suku Dayak Modhang..
Sedangkan, khusus untuk Kabupaten Kutai Kartanegara. Nama kota pusat pemerintahannya adalah Tenggarong. Dahulunya, Kutai Kartanegara adalah nama kerajaan muslim yang memiliki wilayah teramat luas. Oleh karenanya, wilayah desa-desa yang lokasinya teramat jauh dari Tenggarong pun, memiliki tradisi ke-Islam-an yang begitu amat kuat..
Tenggarong memang kota yang tak terlalu luas. Tentu sangat berbeda jika harus dibandingkan dengan Bandung atau pun Jakarta. Baru beberapa hari jalan-jalan di kota ini, saya sudah hampir hafal jalan-jalannya. Sudah hafal tempat-tempat rekreasi yang biasa ramai dikunjungi oleh para warga asli maupun pendatang..
Suasana kehidupan ke-Islam-an begitu kental terasa. Meski, tentu berbeda dengan Nanggroe Aceh Darussalam yang sudah sampai memberlakukan qanun azasi. Suasana tersebut tampak nyata ketika kita jalan-jalan di kota ini, beberapa pondok pesantren terletak di tengah kota. Orang berlalu lalang dengan mengenakan sarung dan kopyah juga merupakan hal yang lumrah. Belum lagi ketika kita tengok di masjid-masjidnya, cukup ramai dengan jama’ah mulai dari anak-anak belum baligh, sampai kakek-kakek usia senja. Di dalam masjid juga biasa para bapak paruh baya mengenakan baju gamis yang merupakan ciri khas masyarakat Arab dan juga pesantren..
Tata kota juga cukup nyaman, meskipun masih saja kita jumpai rumah-rumah yang berdiri di atas pinggir anak Sungai Mahakam yang membelah kota, dan pemandangan itu tidak nyaman, juga tidak aman bagi penghuninya. Tapi di sisi lain, kita bisa melihat tatanan taman kota yang dimulai dari jembatan lama -yang telah roboh dan saat ini baru proses pengerjaan ulang-, melewati depan Kantor Bupati Kukar, Kantor DPRD,hingga sampai ke ujung perempatan jalan yang ada tugunya..
Di taman sepanjang jalan ini kita bisa menikmati keindahan Sungai Mahakam yang dilewati berbagai macam kapal penyeberangan maupun kapal penarik tongkang Batu Bara. Bahkan, uniknya juga tepat di tengah kota ini, kita bisa melihat Pulau Kumala, sebutan untuk pulau mini yang merupakan delta Sungai Mahakam. Panjangnya lebih dari 1 kilometer dengan lebar diameter terpanjang sekitar 70-100 meter..
Pusat Kesultanan Kutai, Masjid Jami’ Hasanudin (masjid tertua di Kutai) Masjid Agung Sultan Sulaiman, dan Museum Mulawarman, adalah beberapa tempat yang telah saya kunjungi, meskipun tidak semuanya saya masuki he he..
Kalau saja saya punya pekerjaan yang layak di kota ini, sepertinya akan cukup betah untuk mengabdi selama 5 sampai dengan 10 tahun, sisanya ingin saya habiskan di Tuban, Bojonegoro, Jakarta, dan tempat peristirahatan sampai usia senja, Bandung Raya.. ^^
Kota Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara, bagi saya adalah tempat yang mempesona, begitu pula dengan anggaran daerahnya, ABPB kabupaten ini tembus sampai ke angka 6,7 trilyun. Sungguh sebuah modal yang kuat untuk mensejahterakan ummat, rakyat Kutai Kartanegara seluruhnya..
Salam hangat dan semangat selalu dalam dekapan ukhuwwah
Kota Tenggarong-Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur
Sabtu, 05 Oktober 2013 pukul 12.41 wita
Dipublikasikan otomatis secara terjadwal oleh WordPress pada hari Jum’at, 18 Oktober 2013 pukul 08.00wita.