Pintu Dunia Luar itu Bernama Facebook*

Pintu Dunia Luar itu Bernama Facebook*

*Oleh Joko Setiawan, A Social Worker, Seorang Pembelajar Sepanjang Zaman

Semenjak pertama kali mendapatkan tantangan pekerjaan di daerah terpencil di Kalimantan pada pertengahan tahun lalu, saya bersemangat sekali. Dan bahkan, saya berpikir akan menemui suku-suku Dayak yang masih primitif. Itulah salah satu alasan utama saya meninggalkan hingar bingar ramainya Pusat Ibukota Negara Indonesia, Jakarta untuk hijrah ke Pulau Borneo..

Ternyata kenyataannya tidak semenakutkan informasi yang saya terima. Daerah terpencil yang disebutkan oleh perusahaan tersebut, adalah sebuah desa-desa di sepanjang sungai, yang telah tercelup rasa modernitas yang tinggi. Kita akan jumpai mobil-mobil Xenia-Avanza hingga Innova. Motor-motor seperti kebanyakan motor di Jawa juga mudah kita temukan di desa-desa. HP Nokia lawas hingga tablet dan segala kemajuan teknologi lainnya telah ada di sini. Hanya saja yang membedakan adalah sinyal handphone yang banyak beberapa tempat tidak terjangkau alias no signal..

Nah, tapi inilah kehidupan saya. Kehidupan di mes karyawan yang terpisah dari kampung atau desa. Kawasan ini adalah tempat tinggal khusus karyawan yang biasa kami sebut Camp Rig, yang dulunya bekas mes karyawan PT. Limbang Ganeca..

Jaringan internet hanya bisa kami dapatkan dari jaringan internet kantor, itupun khusus untuk membuka email dan chatting antar karyawan se Agra Bareksa yang terdiri dari empat perusahaan yang tersebar di Kalimantan Timur, Kalimantan Barat dan juga pusatnya di Jakarta. Malam hari, biasanya dapat digunakan untuk akses internet secara umum, namun itu pun koneksinya sangat lambat hingga membuat diri tak betah berlama-lama..

Kehidupan baru. Saya benar-benar tak terbiasa hidup tanpa jaringan informasi. Saya adalah blogger aktif, peng-update status rutin di Facebook dengan menampilkan berbagai macam informasi, updater berbagai milis yang sepekannya bisa sampai ratusan email masuk ke akun Gmail dan Yahoo. Tiba-tiba sekarang saya harus rela hidup tanpa internet, di tengah hutan belantara, di Kecamatan Kembang Janggut Kabupaten Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur..

Saya masih bersyukur, HP China ber-merk AsiaFone seharga 500 ribu yang saya beli di Jakarta pada bulan Maret 2013 lalu ini masih dapat diandalkan. Meski touch screen nya telah rusak, tapi menu internetnya masih bisa digunakan. Dan meskipun juga processing nya sangat lambat, tapi paling tidak, masih bisa digunakan untuk mengakses akun Facebook..

Photo di Facebook memang tidak bisa diakses, karena hanya akan memperlambat koneksi. Dan kalau pun saya paksakan dengan menu menampilkan picture, lebih banyak error-nya daripada bisanya. Maka, saya putuskan ketika akses Facebook via HP AsiaFone ini cukup dipilih menu no picture saja..

Sedari awal saya memanfaatkan Facebook, tak pernah sekalipun berpikir untuk mempergunakannya sebagai ajang mencari kenalan dengan cewek-cewek baru seperti kebanyakan remaja pada umumnya. Saya sejak awal tahun 2009 mempergunakan Facebook untuk kepentingan semi profesional. Selain untuk mempererat silaturahim dengan kawan-kawan yang memang saya kenal secara langsung, juga untuk menjalin jejaring dengan para alumni STKS Bandung, memperluas jalinan pertemanan dengan sahabat-sahabat anggota PPI Dunia atau yang telah berkesempatan terlebih dahulu mendapatkan beasiswa keluar negeri, serta untuk memperlancar hubungan pekerjaan semisal orang-orang dari NGO atau INGO..

Daftar teman yang saya approve, alhamdulillah kebanyakan dari kalangan yang membagikan banyak energi semangat terbarukan. Selalu ada hal positif yang saya dapatkan dari mereka. Apalagi setelah adanya menu page para orang terkenal seperti Ustad Yusuf Mansur, Darwis Tere Liye, Asma Nadia, Islamedia, dan beberapa page inspiratif lainnya..

Dengan memanfaatkan teknologi ini, alhamdulillah saya tidak terlalu ketinggalan dengan perkembangan dunia luar. Update perkembangan kawan-kawan KAMMI selalu saya dapatkan. Update kisruh di Mesir, Suriah dan Palestina, juga tak ketinggalan saya dapatkan. Update mahasiswa STKS Bandung, FORKOMKASI, dan bahkan banjir terkini di Jakarta, semuanya dapat saya update informasinya dari Facebook..

Maka, memang benar jika saya sebutkan bahwa Pintu Dunia Luar itu Bernama Facebook. Karena ternyata lokasi terpencil di tengah hutan, tak menghalangi saya untuk mendapatkan informasi terkini terkait perkembangan dunia. Saya dapat men-share berbagaiĀ  pemikiran dan opini, membagikan pengalaman hidup dan bekerja dengan perkampungan masyarakat lokal di tengah hutan, tulisan-tulisan bernuansa dakwah juga tak lelah saya bagikan setiap ada kesempatan..

Dari update perkembangan dan pertemanan di Facebook juga saya mendapatkan berbagai ide untuk membuat tulisan-tulisan baru. Tulisan baru itu membutuhkan inspirasi, dan banyak inspirasi hasil tulisan saya adalah dari Facebook..

Nikmat ini, sungguh patut disyukuri. Fabiayyi aalaa i robbikumaa tukadzdzibaan.. Maka Nikmat Tuhan yang mana lagikah yang dapat saya dustakan?? Insya Allah tidak ada, karena kesyukuran itulah yang akan terus melantun dari bibir Sang Pembelajar Sepanjang Zaman..

Ini pengalaman positif saya bersama Facebook, bagaimana denganmu Kawan? (^_^)

Salam hangat dan semangat selalu dalam dekapan ukhuwwah

Kembang Janggut-Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur
Senin sore, 18 Rabiul Awal 1435 H/20 Januari 2014 pukul 17.21 wita

Dipublikasikan otomatis secara terjadwal oleh WordPress pada hari Jum’at, 31 Januari 2014 pukul 08.00wita

Comments
2 Responses to “Pintu Dunia Luar itu Bernama Facebook*”
  1. lazione budy says:

    facebook adalah sebuah keajaiban kecil di dunia ini.

Tinggalkan Jejak ^_^

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: