7th Asian Social Welfare Workers Seminar in Tokyo, Japan*

7th Asian Social Welfare Workers Seminar in Tokyo, Japan*
Assalamu’alaykum warahmatullahi wabarakaatuh..
みなさま。おはようございます!また、ジョコです。これからも、よろしくおねがいします。
Setiap 5 tahun sekali Pihak Japan National Council of Social Welfare (JNCSW) mengundang seluruh alumni Pelatihan Asian Social Welfare Workers Training Program untuk mengadakan seminar secara bersama-sama di Kota Tokyo, Jepang. Seminar terakhir yang dilaksanakan adalah pada tahun 2014 yang lalu, sehingga tahun 2019 ini dilakukan seminar selanjutnya.
Pada tahun 2019 ini, seminar diadakan kali ke-7, yang artinya seminar ini telah dilaksanakan dalam rentang waktu 35 tahun lamanya yakni sekitar tahun 1984 atau 1985-an. Di tahun ini, hanya hadir 57 orang dari 6 negara yakni Indonesia, Malaysia, Thailand, Philippines, Sri Lanka, Taiwan dan Korea Selatan. Untuk seluruh alumni, harusnya telah mencapai 70-80 orang, namun pada kesempatan tahun ini hanya 57 orang tersebut saja.
Dari Indonesia hadir 10 orang, sebagai berikut:
- Nur Yasni, angkatan ke-18 (2001-2002)
- Wawan Setiawan Mu’arif, angkatan ke-19 (2002-2003)
- Yayat Hidayat, angkatan ke-22 (2005-2006)
- Nandang Noor Rachmat H., angkatan ke-23 (2006-2007)
- Suarni Daeng Caya, angkatan ke-24 (2007-2008)
- Eneng Ernawati, angkatan ke-28 (2011-2012)
- Tsania Putri Rahmadani, angkatan ke-31 (2014-2015)
- Joko Setiawan, angkatan ke-32 (2015-2016)
- Marcha Adiwara Prawita, angkatan ke-33 (2016-2017)
- Titin Anisa, angkatan ke-35 (2018-2019)
Informasi mengenai seminar ini, telah disampaikan melalui email oleh Pihak JNCSW sejak awal bulan Juli 2019 untuk kemudian beberapa persiapan yang harus dipersiapkan oleh para partisipan. Mulai dari penjaringan alumni yang akan ikut, mempersiapkan dokumen pribadi yang form-nya harus dilengkapi, hingga mempersiapkan masing-masing file presentasi yang akan dipaparkan pada acara seminar nanti.
Dalam prosesnya, dipilih beberapa pihak sentral, seperti LEADER dan juga Presentator. Presentator boleh 1 orang, boleh juga lebih dari 1 orang. Maka, diputuskanlah Anisa san sebagai Leader dan Presentator terdiri dari 3 orang yakni Joko, Erna san dan Marcha san. Penanggung jawab keseluruhan dipegang oleh Ketua Ikatan Alumni Zenshakyou Indonesia, Nandang san.
Negara-negara berkembang lebih banyak mempresentasikan mengenai aktivitas pekerjaan masing-masing alumni di negara masing-masing, dan khususnya mengenai laporan Grant yang pernah diberikan oleh pihak JNCSW. Sedangkan negara Korea Selatan dan Taiwan banyak menyampaikan mengenai isu terbaru bidang Pelayanan Sosial dan Kesejahteraan Sosial di negaranya, sehingga bisa menjadi lesson learned bagi negara-negara lain, termasuk untuk Jepang sendiri, karena kita tahu bersama bahwa permasalahan sosial di Jepang, Korea Selatan dan Taiwan ini bisa dibilang hampir mirip-mirip, yaitu masalah banyaknya lansia dan sedikitnya populasi produktif.
Selesailah semua persiapan dari Indonesia, kami dipesankan tiket PP oleh JNCSW dengan penerbangan menggunakan Garuda Indonesia Airlines dengan keberangkatan tanggal 1 Desember 2019 menjelang tengah malam (23.40 WIB) dari Bandara Soekarno-Hatta menuju Bandara Haneda Tokyo dan kepulangan pada tanggal 7 Desember 2019 pukul 11.30 JST dari Bandara Haneda menuju Bandara Soekarno-Hatta.
Perjalanan dari Bandara Soekarno-Hatta ke Haneda Tokyo ditempuh dalam waktu 7 jam 50 menit-an. Fasilitas di dalam Pesawat Garuda Indonesia adalah bantal dan selimut, pocket berisi penutup mata dan penutup lubang telinga untuk mengurangi dengungan selama berada di atas pesawat. Terdapat fasilitas hiburan movie, musik dan juga peta online yang dapat memonitor jarak tempuh, posisi pesawat, ketinggian, kecepatan dan juga perkiraan sampai di bandara tujuan. Karena sebelumnya saya cukup istirahat, rasanya hanya tidur sebentar di pesawat, dan memanfaatkan waktu untuk menonton beberapa movie yang disediakan.
Sampai di Bandara Haneda, disambut dengan suasana hujan cukup lebat. Karenanya, tepat sebelum turun di Bandara Haneda, sempat terjadi guncangan lumayan keras di udara, meskipun hanya sebentar saja. Oh iya, suhu udara di Bandara Haneda saat kedatangan kami adalah sekitar 12 derajat celcius, cukup drastis perbedaannya dibandingkan dengan suhu Jakarta yang mencapai 26-28 derajat celcius.
Day#01 – Senin, 2 Desember 2019
Sampai dengan siang hari berada di Bandara Haneda, Tokyo sambil menunggu beberapa rombongan dari negara lainnya. Selanutnya perjalanan dari Haneda Airport menuju ke Lofos Shonan Training Center, berjarak sekitar 1,5 jam perjalanan menggunakan shuttle bus besar. Sampai di Lofos Shonan langsung makan siang, dan istirahat 30 menit memasukkan koper-koper ke kamar masing-masing. Ya, di Lofos Shonan kami diberikan fasilitas masing-masing 1 kamar/orang, jadi lebih nyaman untuk beristirahat.
Siang hari sekitar pukul 14.00 JST dilanjutkan dengan kelas Bahasa Jepang. Kelas ini dimaksudkan untuk mempercepat recall kosa kata dan komunikasi dalam Bahasa Jepang. Hal ini karena pihak Jepang juga sadar bahwa di masing-masing negara, Bahasa Jepang sangat jarang digunakan. Kelas ini super basic sekali dan memang sekedar untuk melancarkan tata bicara dalam Bahasa Jepang.
Sore hari setelah semua partisipan hadir, maka acaranya adalah perkenalan seluruh alumni, saling mengenal satu sama lain dalam suasana informal dan penuh rasa kekeluargaan. Kegiatan tersebut dilakukan sampai malam sekitar pukul 20.00 JST sambil makan malam juga.
Mulai pukul 21.00 JST suasana sudah free dan peserta bisa kembali ke masing-masing kamar. Meski terasa masih “pagi” namun karena kegiatan full seharian, maka tinggal capeknya saja. Saya sendiri sekitar pukul 22.00 JST sudah pulas tidur dan bangun-bangun sudah waktu Shubuh sekitar pukul 05.00 JST.
Oh iya, karena di Tokyo saat ini sedang musim dingin, maka jadwal waktu sholatnya juga cukup unik, misalkan, Shubuh (05.00 JST), Dhuhur (11.30 JST), Ashar (14.00 JST), Maghrib (16.30 JST), Isya’ (17.30 JST). Jadi kalau pas waktu puasanya di musim dingin, enak deh cepet buka puasanya he he.
Day#02 – Selasa, 3 Desember 2019
Sesi pagi mulai pukul 09.00 JST diisi dengan pengenalan mengenai Lofos Shonan Training Center. Kemudian datang beberapa sensei lagi untuk kembali mendampingi mengenai lanjutan kelas bahasa Jepang (refresh). Dari 57 peserta yang ada, dibagi menjadi 4 kelompok, dan bagian kelompok saya berjumlah 14 orang didampingi oleh Inoue sensei. Pukul 11.10 JST diberikan lecture mengenai bencana yang ada di Jepang, lalu dilanjutkan dengan lecture mengenai salah satu Social Welfare Corporation (Shakai Fukushi Houjin) DOAIKAI. Akhirnya ditutup dengan aktivitas makan siang (hirugohan).
Mulai pukul 14.30 JST dimulai pendampingan dari sensei untuk membetulkan draft Presentasi yang akan dibawakan oleh masing-masing negara. Khusus untuk kasus alumni dari Indonesia, sensei menyarankan agar membuat presentasi yang kata-katanya lebih pendek sehingga mudah dipahami oleh para pendengar nantinya. Akhirnya draft presentasi 10 orang dari Indonesia ini diperas lagi hingga menjadi super sangat pendek kata-katanya.
Makan malam hari ini dengan menu spesial, karena dimasakkan beberapa menu khas dari negara masing-masing. Ada mulai menu dari Indonesia (nasi goreng), Malaysia, menu Thailand, dan lain sebagainya.
Pukul 18.00 JST sudah free, dan pukul 19.00 kembali lagi ke lobby untuk memfinalkan draft Presentasi dan sambil latihan untuk memastikan presentasi berjalan selama 15 menit saja. Kegiatan ini berlangsung sampai dengan pukul 21.30 JST.Kemudian istirahat kembali ke kamar masing-masing.
Day#03 – Rabu, 4 Desember 2019
Seharian ini khusus untuk membahas mengenai pandangan para alumni terhadap program Asian Social Welfare Workers Training Program yang saat ini berjalan. Karena para alumni yang menjadi subjek dalam pelaksanaan program tersebut, merasakan sendiri dan dapat memaknainya sendiri, maka melalui rapat komisi-komisi diharapkan dapat memberi masukan yang sangat bermanfaat untuk keberlanjutan program ke depan.
Secara teknisnya, masing-masing kelompok yang asal negaranya diacak (Indonesia, Thailand, Philippines, Taiwan dan Korea Selatan) kemudian diberikan kertas plano besar, di situ bisa ditempeli kertas warna-warni yang berisi masing-masing pendapat para alumni.
Malam harinya, waktunya kembali latihan lagi karena esok harinya adalah waktu utama yakni Seminar yang akan dihadiri oleh kurang lebih 100 orang Jepang dan 57 alumni dari 6 negara.
Day#04 – Kamis, 5 Desember 2019
Waktu yang dinanti tiba. Pukul 07.00 JST harus sudah pergi meninggalkan Lofos Shonan dan menuju Kantor Pusat JNCSW di Shin Kasumigaseki, Chiyoda-ku Tokyo. Perjalanan memakan waktu sekitar 1,5 jam saja. Suasana diiringi hujan rintik dengan suhu sekitar 8 derajat celcius.
Untuk yang akan presentasi pada hari ini, maka dipersilahkan untuk mempersiapkan diri. Mulai dari memastikan materi file presentasi, sambil menghafalkan atau melancarkan apa yang nantinya akan dipresentasikan. Sedangkan para alumni yang lain diminta untuk menyambut tamu yang hadir dengan sambutan yang cukup meriah. Para tamu sebagian besar adalah para pimpinan lembaga tempat para alumni training dari angkatan tahun 1986 sampai dengan tahun 2018 yang lalu.
Sambil itu, kebiasaan orang Jepang adalah saling memberikan hadiah. Maka, saya saja membawa 1 koper hadiah yang telah saya peruntukkan untuk beberapa orang yang memang tepat untuk saya berikan hadiahnya.
Waktu yang dinanti pun tiba. Urutan presentasi adalah dimulai dari Sri Langka, Indonesia, Malaysia, Philippines, Thailand, Korea Selatan dan juga Taiwan. Setelah presentasi, maka moderator akan sedikit mereview dan memberikan pertanyaan. Atau terkadang, pertanyaan juga dilempar kepada audience untuk digali secara lebih dalam atas apa yang telah dipresentasikan.
Karena waktu yang sangat pendek, maka makan siang diset dengan sekedar obento saja (nasi bungkus mewah versi orang Jepang), dan siang itu juga para peserta dari Indonesia diberikan kesempatan untuk sholat dengan ruangan khusus. Kemudian, presentasi dilanjutkan kembali sampai selesai.
Selesai presentasi dari masing-masing negara, kemudian dilanjutkan dengan pemaparan hasil diskusi 4 tema besar terkait keberlanjutan program Asian Social Welfare Workers Training Program. Para pembicara telah dipilih pada hari sebelumnya, dan semuanya diundang untuk maju ke depan untuk membincangkan hasil yang telah dituliskan intisarinya dari masing-masing kelompok tersebut.
Lepas acara itu, adalah sesi ramah tamah dan makan-makan. Ini adalah sesi semi formal yang dapat dipergunakan untuk saling berbincang tentang apa saja dan juga berjejaring. Sebelumnya berlanjut ke acara lain-lainnya, diserahterimakan hadiah dari masing-masing negara untuk JNCSW.
Yang spesial lagi, dalam sajian santapannya, tersedia sate halal. Ada label khusus halal di situ, dimana artinya daging sate ayam yang disediakan dibeli dari daging ayam halal. Bagi orang Jepang, menyediakan makanan halal dalam acara tingkat internasional seperti ini sama sekali belum pernah. Dan setelah saya konfirmasi, ini berkat ide/usulan dari Tsuga san (interpreter) yang pada akhirnya memang membuat kami sangat bahagia mendapatkan sajian makanan halal.
Sampai dengan pukul 20.00 JST, akhirnya semuanya pulang menuju Hotel Lumiere di Nishi Kasai. Berbeda dengan di Lofos Shonan kami 1 orang 1 kamar, maka di Hotel Lumiere ini kami 1 kamar berdua. Dan saya sekamar dengan Nandang san.
Day#05 – Jum’at, 6 Desember 2019
Hari ini adalah hari pilihan. Ada yang mau acara sendiri, ada yang mau ikut kengaku (observasi/kunjungan) dan ada yang pergi ke tempat kenshuu (training)-nya. Saya adalah termasuk yang mengambil jam free pada hari Jum’at ini. Niat hati, ingin belanja oleh-oleh di pagi harinya, kemudian bisa sholat Jum’at di Masjid Tokyo Jami’. Namun, apa dikata, akhirnya paginya pergi bersama dengan Nakasone sensei (supervisor saat saya training di Osaka Jikyoukan) sampai siang mengantar beliau naik Shinkansen ke Tokyo station.
Dalam setengah hari bersama dengan Nakasone sensei, saya dapatkan pelajaran berharga mengenai ketulusan orang Jepang yang respek kepada kita. Hari ini saya keluar bersama Nandang san untuk bertemu dengan Nakasone sensei. Kata beliau, karena paginya free jadi bisa menemani kami belanja. Nakasone sensei ini super sangat baik sejak saya training di sana pada akhir tahun 2015 silam. Beliau juga kenal dengan Nandang san sebab saat adanya Regional Seminar di Bandung pada September 2017 yang lalu. Sudah seperti keluarga sendiri, Nakasone sensei sampai detil mengingat dan menghafal nama anak-anak kami dan memperlakukannya seperti cucunya sendiri.
Agar Nakasone sensei tidak telat naik keretanya, maka kami memutuskan untuk mencari sesuatu di dekat Tokyo station, sambil mengantarkan Nakasone sensei. Di sini kami dibelikan “Higashi”, makanan manis seperti permen tradisional khas Jepang. Bentuknya kecil tapi harganya lumayan mahal. Di sini juga kami diajak makan siang di restoran yang sekiranya aman, maka kami memilih Restoran Unagi (belut). Setelah kami melihat harganya, per porsi hampir 4000 yen (mau 500 ribu), kami sempat menolak halus ke beliau dan makan kami nanti saja tidak masalah. Namun, Nakasone sensei terus mendesak tidak apa-apa, jangan pikirkan mengenai harganya. Akhirnya kami mengiyakan. Di tengah-tengah obrolan, ada hal berkesan lain yang beliau sampaikan. Beliau mengatakan bahwa dalam keseharian beliau, juga jarang-jarang makan makanan mahal seperti ini, namun karena Joko san dan Nandang san adalah orang yang spesial, maka saya ingin memberikan makanan terbaik. Masya Allah, keren banget kan orang Jepang satu ini.
Dalam kesempatan itu, Nakasone sensei bilang sangat inginmembelikan sesuatu untuk Ayumi chan (anak saya) dan juga Hadi kun (anaknya Nandang san). Cari kesana kemari tidak ketemu-ketemu. Akhirnya kami sudah bilang, ini waktunya Nakasone lebih penting karena takut ketinggalan kereta. Namun, dengan sangat susah payah dan gesture yang sangat menyesal kok ga dapat-dapat apa yang diinginkan, sampai dengan waktu jam terakhir Shinkansen mau berangkat, barulah beliau menyerah dan berulang kali meminta maaf karena tidak jadi membelikan apa-apa. Bersyukur kami menemukan satu hadiah untuk Hadi kun. Dan saya bilang ke Nakasone sensei, untuk Ayumi chan, perasaan ingin memberikan hadiah itu sudah diterima dengan senang hati, dan suatu saat nanti saya akan membawa Ayumi chan untuk berkunjung ke Osaka Jikyoukan, insya Allah.
Pelajaran apa yang saya petik, orang Jepang ini ketika bilang ingin memberikan sesuatu, itu tidak sekedar manis di bibir saja, namun memang benar-benar ingin memberikan dari hati yang tulus.
Day#06 – Sabtu, 7 Desember 2019
Setelah sarapan, langsung bergegas menuju Bandara Haneda. Jam penerbangan kepulangan kami adalah pada pukul 11.30 JST. Dalam keberangkatan menuju bandara, kami bersama dengan para alumni dari Sri Lanka. Setelah check in, masih ada waktu untuk berkeliling bandara, saya pun memilih lantai 5 dimana bisa melihat view pesawat lepas landas dan juga beberapa toko menarik dan unik seperti toko khusus Hello Kitty, toko mainan dan lain sebagainya.
Kami pun naik ke pesawat dan melakukan perjalanan pulang dari Haneda Airport, Tokyo menuju Bandara Soekarno-Hatta Jakarta.
Salam hangat dan semangat selalu dalam dekapan Ukhuwwah
*Artikel ini Ditulis Oleh: Joko Setiawan, A Social Worker – Seorang Pembelajar Sepanjang Zaman
**Selesai ditulis pada hari Senin pagi waktu Indonesia Bagian Tengah, 09.25 WITA pada 16 Desember 2019 di Kantor DPPU Sepinggan, Kelurahan Sepinggan Raya Kecamatan Balikpapan Selatan, Kota Balikpapan – Kalimantan Timur.
—