IISIP Jakarta Punya Cerita*

BAGIAN KEEMPAT – SECUPLIK KISAH
IISIP Jakarta Punya Cerita*
Salam kenal tuk teman-teman FORKOMKASI, saya Rima, dahulu saya perwakilan mahasiswa dari kampus IISIP (Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik) Jakarta. Saya bukan orang penting di jajaran kepengurusan, saya hanya sebagai partisipan yang senantiasa menyambut hangat detik-detik launching-nya FORKOMKASI.
Langsung yah, waktu kongres pertama tahun 2011 itu saya masih terbilang junior di antara mahasiswa lain, saat itu saya masih terdaftar sebagai mahasiswa semester III Ilmu Kesejahteraan Sosial (kessos), FISIP IISIP Jakarta.
Awalnya saya bahkan gak tahu akan ada kongres FORKOMKASI, saya hanyalah pengganti senior saya yang mengundurkan diri -karena padatnya kegiatan beliau di luar kampus- dari jajaran panitia pengurus inti kongres waktu itu. Saya menggantikan beliau di posisi Bendahara Umum Kongres pertama FORKOMKASI.
Gak tahu apa-apa dan gak kenal siapa-siapa. Itulah yang saya alami dan merasakan pertama. Setelah dicemplungkan untuk ikut rapat pertama kongres di UIN Jakarta, itu tetap gak membantu saya untuk tahu apa itu FORKOMKASI dan apa jobdesc saya. Karena suasana rapat yang sibuk dengan masing-masing personalnya, konten esensi rapat gak dapet banget waktu itu.
Setelah ikut pertemuan non formal panitia pengurus kongres beberapa kali, mulai sering brainstorming dengan masing-masing panitia, barulah saya paham, arah dan tujuan kongres ini, goal setting nya apa. Arahnya sekarang menjadi jelas, saya pun tahu, apa yang harus saya lakukan.
Singkat cerita, dengan mengerahkan seluruh usaha dan tenaga teman-teman mahasiswa kessos Jakarta waktu itu untuk merealisasikan kongres pertama ini -masih harus mencari alamat kampus yang ada jurusan kessos-nya via google, masih harus nge-fax karena prosedural beberapa kampus harus memakai fax, belum email– akhirnya terealisasilah Kongres I di Jakarta pada bulan Maret tahun 2011, tepatnya di Gedung Graha Insan Cita (GIC) Cimanggis, Depok yang melahirkan nama FORKOMKASI (Forum Komunikasi Mahasiswa Kesejahteraan Sosial Indonesia). Di situ deh baru tergambar betapa antusiasnya teman-teman mahasiswa kessos yang mengharapkan adanya suatu wadah untuk saling bersinergi memajukan profesi pekerjaan sosial di masa depan.
Niat awalnya, selain menjadi panitia kongres, saya ingin ikut andil dalam kegiatan kongres dari awal sampai akhir, tapi ternyata banyak teman-teman mahasiswa yang kondisi fisiknya ngedrop ketika sampai di Jakarta. Karena naluri keibuan kali ya, saya harus merelakan tidak ikut, bahkan cenderung absen di masa-masa ‘genting’ kongres I itu. Saya harus mengurus teman-teman yang kurang sehat, selain itu saya juga harus mengurus administrasi sana-sini.
Show must go on without me, ya iyalah, siapa saya kan? He he. Kongres terus berlanjut hebat sampai akhir. Salam hormat untuk teman-teman yang secara khidmat mengikuti agenda kongres dari awal sampai akhir, you are so awesome guys 😀
Kongres pun berakhir, banyak agenda-agenda FORKOMKASI setelah itu, ada Rakernas, Kongres Kedua, Rakernas lagi, dan lain-lain, tapi tak satu pun saya ikut serta lagi. Ini bukan karena alasan, saya selalu isi waktu liburan kuliah dengan program magang sana-sini (yang notabene magang pun terikat MoU). Kalau pun kuliah mulai berjalan, saya harus menyelesaikan praktikum-praktikum di lembaga, dan mengajar anak-anak di beberapa NGO. So, hanya bisa memantau kabar dari sosmed terkait progress-nya FORKOMKASI ini 🙂
Sudah kali ketiga kini Kongres FORKOMKASI. Saya berharap, FORKOMKASI bisa terus berlanjut, terus berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat, terus memiliki peran aktif yang riil pada pembangunan masyarakat. Kesampingkan kepentingan-kepentingan pribadi dari masing-masing diri kita, ini wadah kita bersama, samakan visi dan misi bersama untuk kepentingan bersama pula.
Saya yang dulunya hanya sebatas mahasiswa kesos yang tahunya hanya seputar teori-teori, kini diamanahkan untuk terjun sebagai implementator program pemberdayaan masyarakat. FORKOMKASI ini mengenalkan kita dengan banyak hal, kawan..
Semoga refleksi singkat ini, bisa menjadi himmah/semangat kita semua untuk terus berperan aktif di masyarakat, khususnya bersama bendera FORKOMKASI kita ini.
Thanks to my teachers are: mas Aziz UGM, kang Eko UNPAD, Yogie -bopung- UI, Sarta UIN Jakarta, Aldi UMJ, Zia UIN Jakarta, Dedi UMJ -ada 2 Dedi di UMJ- ada yang orang Medan dan satunya orang Padang, Hilman UNPAD, mas Joko STKS, Trio Bengkulu (Arif, Aziz, dan Alfa) UNIB, cak Ulal+cak Rusdi UNEJ, Muja UMSU, Sutris UNPAS, Prastowo UIN Jogja, pak Unu UNCEN, dan banyak lagi yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu, tapi tetap ada dalam setiap doa-doa saya.
My pray always with you, everytime always..
*Oleh: Rima Yunita
Bendahara Umum Kongres I FORKOMKASI Tahun 2011
Alumni Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial IISIP (Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik) Jakarta.
—
Kutipan: “Ilmu bagaikan hewan buruan, dan tulisan/pena adalah ibarat tali pengikatnya. Oleh karena itu ikatlah hewan buruanmu dengan tali yang kuat” [Imam Syafi’i]
Dipublikasikan otomatis secara terjadwal oleh WordPress pada hari Kamis, 10 Desember 2015 pukul 15.00 waktu Jepang