Proyeksi Peradaban FORKOMKASI di Masa Depan*

Logo FORKOMKASI

BAGIAN KETIGA – DINAMIKA ORGANISASI

Proyeksi Peradaban FORKOMKASI di Masa Depan*

Terlepas dari dinamika pasang surut yang telah dilalui oleh organisasi muda ini, tersimpan harapan yang telah jelas di depan mata, akan mampu kita wujudkan, melalui organisasi bernama FORKOMKASI. Gagasan ini bukanlah sebuah mimpi di siang bolong, namun berangkat dari pengamatan selama hampir tiga tahun FORKOMKASI berjalan, dan juga dari terlihatnya peluang-peluang yang ditawarkan dari berbagai stakeholder yang selama ini menjadi partner.

Oleh karenanya, dalam kesempatan yang berharga ini, saya ingin berbagi harapan dan angan-angan untuk perkembangan FORKOMKASI di masa depan. Tulisan ini hanyalah sebuah coretan subjektif dari penulis yang sampai akhir keikutsertaannya di dalam kepengurusan tidak mampu mewujudkannya. Semoga dengan menyampaikannya kepada khalayak, khususnya para generasi penerus FORKOMKASI, akan bisa terlahir impian-impian yang lebih besar, dan tentu saja, mau dan mampu berusaha keras untuk mewujudkannya.

Tidak boleh terlepas dari khittah-nya sebagai golongan akademisi, mahasiswa Pekerjaan Sosial juga wajib menyumbangkan gagasan ilmiahnya dalam memandang permasalahan sosial di sekitar sembari memberikan alternatif solusi atau jalan keluar atas masalah tersebut.

Untuk memenuhi kewajiban tersebut, mahasiswa Pekerjaan Sosial melalui FORKOMKASI bisa menggagas Jurnal Riset dan Teknologi Pekerjaan Sosial. Ini sebuah ide besar dan sangat mungkin untuk diwujudkan. Apalagi melihat sumber daya yang begitu luar biasa. Mahasiswa Pekerjaan Sosial yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, tanah Aceh sampai Papua. Inilah modal besar yang dapat diwujudkan sebagai kontribusi nyata FORKOMKASI bagi Bangsa Indonesia.

Mengenai teknis perwujudan Jurnal Riset dan Teknologi Pekerjaan Sosial ini, memang perlu diambil langkah bertahap namun pasti. Pertama, untuk memancing minat menulis jurnal bagi mahasiswa Pekerjaan Sosial di Indonesia, bisa dimulai dengan menggandeng mahasiswa berprestasi jurusan Pekerjaan Sosial/Ilmu Pekerjaan Sosial dari masing-masing kampus anggota FORKOMKASI di seluruh Indonesia. Kemudian kita meminta agar mereka membuat tulisan berbasis riset atau pengembangan teknologi praktek Pekerjaan Sosial berdasar karakteristik masalah di daerahnya masing-masing. Biasanya untuk orang, lokasi, dan budaya yang berbeda, akan menghasilkan rencana intervensi dan intervensi yang berbeda pula dari setiap daerah.

Langkah Kedua adalah dengan membentuk tim yang solid untuk realisasi Jurnal. Ini bukanlah pekerjaan mudah, mengingat Jurnal memiliki esensi yang berbeda dengan majalah/buletin, maka kaidah penyajiannya pun harus sesuai dengan aturan baku, namun dapat mudah dimengerti oleh para stakeholder pengambil kebijakan, bahkan masyarakat awam sekalipun.

Kemudian, langkah Ketiga yang juga langkah terakhirnya adalah terus menerus membangun jejaring dengan penerbit jurnal yang serupa, mulai dari lingkungan masing-masing kampus, Kementerian Sosial, IPSPI dan penerbit jurnal Social Work tingkat ASEAN dan atau ASIA PASIFIK. Pada langkah ini, tak lupa kita juga harus sering mengadakan seminar/bedah hasil penelitian yang tertuang dalam jurnal dengan mengundang jurusan lain yang serumpun seperti sosiologi, psikologi, kedokteran, keperawatan, dan semacamnya. Hal ini dimaksudkan agar peran profesi Pekerja Sosial menjadi lebih familiar di mata disiplin ilmu pertolongan yang sejenis. Dengan demikian, diharapkan kerjasama yang baik akan terjalin demi tercapainya tujuan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Pengurus FORKOMKASI masa bhakti 2012-2013

Peran selanjutnya yang bisa diambil oleh FORKOMKASI adalah dengan membuat pernyataan Sikap Resmi terhadap fenomena-fenomena Nasional yang tengah hangat diperbincangkan. Hal ini penting untuk membangun eksistensi FORKOMKASI di mata publik. Bahkan melalui langkah ini, kita bisa selangkah lebih maju dari organisasi profesi kita nanti pasca lulus kuliah, yakni Ikatan Pekerja Sosial Profesional Indonesia (IPSPI).

Beberapa contoh fenomena yang ramai diangkat oleh media dan menjadi isu publik adalah anak nakal di Jakarta yang akan ditangani oleh Pak Ahok selaku wakil Gubernur DKI Jakarta. Dalam waktu singkat, melalui diskusi intens dan cepat via dunia maya, pengurus FORKOMKASI dapat merancang pernyataan sikap resmi yang isinya berupa pandangan, analisis, dan alternatif solusi dipandang dari kacamata profesionalitas Pekerja Sosial yang berlandaskan iman dan takwa.

Isu beberapa waktu lalu yang sempat ramai juga adalah terkait sosialisasi kondom terhadap publik. Sosialisasi ini dimaksudkan untuk mengurangi penyebaran HIV yang sebagian besarnya disebabkan melalui hubungan seksual, maka kondom adalah pilihan paling rasional untuk menghambat laju pertumbuhan pengidap HIV yang jumlahnya terus bertambah. Namun, terdapat pendapat yang kontra, Karena menganggap sosialisasi kondom adalah bentuk pelegalan pemerintah terhadap aktivitas perzinahan yang jelas-jelas melanggar norba agama. Nah, FORKOMKASI juga harus cepat dan tanggap dalam merespon isu semacam ini, apalagi penderita HIV/AIDS adalah salah satu kajian yang menjadi objek pertolongan dalam praktek Pekerjaan Sosial.

Isu-isu semacam ini cenderung akan selalu ada dengan titik tekan kasus yang berbeda-beda. Bisa saja nanti akan ter-ekspose di media mengenai isu kemiskinan, kesehatan yang buruk, pengungsi di daerah bencana yang kurang mendapatkan perhatian dan masih banyak lagi. Tapi intinya adalah, FORKOMKASI dapat memberikan sikap resminya sebagai sebuah organisasi tingkat nasional.

Dalam beberapa tahun terakhir, seiring dengan tumbuhnya kesadaran untuk membenahi profesi pekerjaan sosial, sehingga diperkuatlah organisasi profesi seperti IPSPI, IPPSI, dan juga melatarbelangi FORKOMKASI diwujudkan.Semakin terbuka lebar jalinan kerjasama antara Pekerja Sosial Indonesia dengan Pekerja Sosial dari negara-negara lain seperti Malaysia, Thailand, Filipina, Australia, Hongkong, Jepang, Amerika dan beberapa negara lainnya.

Kerjasama tersebut terwujud dengan diadakannya agenda International Conference yang beberapa kali telah diadakan di Indonesia. Pada bulan Oktober tahun 2011 Kementerian Sosial menjadi penyelenggara International Conference on Social Welfare Issues in the Asean Region di Hotel Sultan Jakarta. Dari sini dapat terjalin banyak relasi dengan social worker dari luar negeri. Kemudian pada pertengahan Juni 2012 juga diadakan International Consortium for Social Development (ICSD) Asia Pasific Conference di Daerah Istimewa Yogyakarta. Pada kesempatan ini, FORKOMKASI dilibatkan secara penuh pada penyelenggaraannya, khususnya pada sesi Student Forum. Dan yang terakhir adalah pada saat dilaksanakannya Bandung International Social Work Conference (BISWC) pada bulan November 2013.

Kegiatan-kegiatan internasional semacam ini dapat menjadi modal besar untuk membangun relasi dan komunikasi antara mahasiswa pekerjaan sosial Indonesia, dengan mahasiswa pekerjaan sosial di negara lain. Kerjasama yang dijalin oleh FORKOMKASI dengan pihak luar tersebut dapat disinergikan dengan program kerjasama antara universitas. Maka, selain jalinan kerjasama dan sharing informasi pekerjaan sosial dalam lintas negara, juga bisa menjadi jalan untuk membuat nota kesepakatan exchange student.Ini adalah sebuah kesempatan, yang harus diwujudkan.

Ketika tadi di awal kita telah berbicara mengenai respon/pernyataan sikap FORKOMKASI terhadap isu hangat yang di blow up oleh media, maka peran di titik ini menjadi kebalikannya. FORKOMKASI menjadi pioneer untuk mengangkat isu daerah/wilayah dengan data dan fakta riil di lapangan, guna diangkat menjadi pembicaraan nasional.Ini sebuah peran yang sangat mungkin bisa kita lakukan, dengan tetap memperhatikan nilai dan etika pekerjaan sosial.

Dan yang terakhir adalah mengenai perwujudan WELLMAGZ yang dicetuskan pertama kali oleh Aziz Suhendar (Sekjen FORKOMKASI 2011-2012, alumni jurusan PSdK Universitas Gajah Mada). Majalah WELLMAGZ berisi kegiatan-kegiatan mahasiswa kesejahteraan sosial lintas daerah. Dari WELLMAGZ ini kita akan saling mengenal, berbagi inspirasi, dan saling memberikan dukungan atas eksistensi HIMA KS di masing-masing kampusnya. Konsep WELLMAGZ sudah pernah difinalkan dan sempat terbit satu edisi dan ditampilkan pada saat Prof. Jim Ife mengunjungi UNPAD di Jatinangor. Namun sayangnya, saya pun tidak sempat mendapatkan majalah tersebut, dan setelah itu tidak ada kabar kelanjutan dari WELLMAGZ ini.

Maka, adik-adik pengurus FORKOMKASI saat ini bisa memperlebar kreatifitas pada pendahulunya, membuat beberapa inovasi-inovasi dan berani memiliki mimpi yang lebih besar serta usaha keras untuk mewujudkannya. Mungkin saja, perjuangan dan kontribusi kita tidak akan dapat kita nikmati pada saat ini juga, namun para generasi penerus kita, akan mencatatnya dalam sejarah, bahwa kita pernah ada, memperkuat pondasi dan menyusun batu-bata impian Mahasiswa Kesejahteraan Sosial di Indonesia.

12 - Joko SetiawanDemikian yang dapat disampaikan. Semoga dapat memberikan manfaat dan menggugah kesadaran kita bersama, bahwa Harapan Itu Masih Ada. Hidup FORKOMKASI, Jayalah FORKOMKASI!!

*Oleh: Joko Setiawan

Staff Ahli Bidang Relasi Publik Dewan Formatur (DF) FORKOMKASI periode 2012-2013

Alumni Jurusan Ilmu Pekerjaan Sosial (Social Work) Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung, Jawa Barat.

Kutipan: “Ilmu bagaikan hewan buruan, dan tulisan/pena adalah ibarat tali pengikatnya. Oleh karena itu ikatlah hewan buruanmu dengan tali yang kuat” [Imam Syafi’i]

Dipublikasikan otomatis secara terjadwal oleh WordPress pada hari Kamis, 26 November 2015 pukul 15.00 waktu Jepang

Cover Bunga Rampai FORKOMKASI, Mei 2014

Naik Cetak I, Mei 2014 - Copy

Tinggalkan Jejak ^_^

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: