Tinggal di Apartemen Omi-Imazu*

Tinggal di Apartemen Omi-Imazu*
*Oleh Joko Setiawan, A Social Worker, 32nd Trainee of Asian Social Welfare Worker’s Training Program by Japan National Council of Social Welfare (JNCSW/全国社会福祉協議会)
Di Kota Osaka, saya difasilitasi oleh NPO Jikyokan satu apartemen bernama Belle Sophia di daerah dekat stasiun Tengachaya, Nishinari Ku. Satu bulan usai menempati apartemen tersebut, saya tinggalkan selama satu bulan untuk hijrah ke Provinsi Shiga karena jadwal training memang berpindah ke situ. Saat ini, saya kembali difasilitasi satu apartemen bernama Leo Palace yang juga cukup nyaman aksesibilitasnya untuk taraf kota kecil di Takashima ini.
Apartemen ini memang apartemen khusus untuk bisa ditinggali satu orang. Jika mau agak irit, sebenarnya juga bisa menampung dua orang, satu tempat tidurnya terdapat di atas yang bisa diakses melalui tangga mini. Di dalam satu ruang itu terdapat fasilitas lengkap mulai dari kasur, televisi, meja makan, lemari, AC (bisa dingin, bisa hangat) mesin cuci, kompor gas, microwave dan juga kulkas. Tak lupa, kamar mandi disertai ofuro (bathup untuk mandi air hangat), dan toilet duduk modern yang bisa menyemprotkan air dari bawah tempat duduk. Fasilitas sedemikian rupa, saya tanya-tanya kisaran harganya sekitar 50.000-an yen per bulan.
Di sekitar sini aksesnya terbilang cukup mudah, kemana-mana bisa menaiki sepeda yang ruang gerak untuk pejalan kaki dan pengguna sepeda onthel memang sangat nyaman dan aman. Berjarak 50 meter dari apartemen, terdapat Bank Shiga, di seberangnya ada restoran terkenal khusus untuk menu belut. Berjalan sekitar 200 meter terdapat supermarket A-Cope. 3 menit mengayuh sepeda bisa menemukan Hoka-Hoka Bento asli Jepang. Dan kalau mau agak lebih jauh mengayuh sepeda, sekitar 8 menit, akan sampai di Pusat Pembelanjaan Heiwado, di mana di dalamnya begitu lengkap mulai dari segala rupa yang terdapat di supermarket, di lantai dua terdapat DAISO, pusat elektronik, dan juga pusat belanja pakaian. Heiwado ini adalah Pusat Pembelanjaan terbesar di daerah Imazu cho.
Stasiun terdekat adalah Omi-Imazu, dimana bisa ditempuh dengan mengayuh sepeda kurang dari 5 menit, atau jalan kaki sekitar 10 menit. Karena di sini adalah kota kecil, kereta listrik yang beroperasi menuju Kyoto dan Osaka hanya bisa ditemui satu jam sekali saja. Ini tentu sangat berbeda dengan di Kota Osaka atau Tokyo yang mana keretanya datang hampir setiap 5-10 menit sekali.
Pada saat saya masih training di Sawayaka Sou, saya biasa mengayuh sepeda kurang lebih 15 menit. Namun sekarang, tempat training saya sudah berpindah ke atas gunung, yang hanya bisa ditempuh dengan transportasi umum Bus JR. Meski transportasi sulit, orang-orang di sini sangat jarang yang memiliki sepeda motor, rata-rata punya mobil sendiri untuk mempermudah aksesibilitasnya. Tentu saja hal itu bagus untuk mengurangi polusi dan membuat kota menjadi tampak sangat nyaman untuk ditinggali.
Karena transportasi umum yang minim (karena penumpangnya sedikit), maka harganya cukup mahal. Dari apartemen menuju Tochiu no Sato, tempat saya training saat ini menghabiskan uang sebesar 670 yen untuk sekali jalan, padahal hany ditempuh selama 25 menit perjalanan saja. Tentu ini sangat berbeda dengan transportasi kereta listrik atau kereta bawah tanah di dalam kota Osaka yang terbilang terjangkau.
Namun terlepas dari itu semua, masalah berikutnya adalah setiap hari libur (Sabtu dan Ahad), hujan turun membasahi Imazu cho, yang oleh karenanya saya hampir tidak bisa kemana-mana dan lebih banyak menghabiskan waktu untuk mengutak-atik kata di laptop ASUS X44C satu-satunya ini he he.
Izumi chou, Takashima Shi – Shiga Prefecture, JAPAN
Selasa malam, 06 Safar 1437 H/17 November 2015 pukul 20.13 waktu Jepang
Dipublikasikan otomatis secara terjadwal oleh WordPress pada hari Jum’at, 20 November 2015 pukul 09.00 waktu Jepang
Kemana-mana bisa naik sepeda? Luar biasa keren. Naik sepeda lalu disambung naik kereta. Berganti moda transportasi. 🙂
Yups. Pengguna sepeda dan pejalan kaki sangat difasilitasi jalannya. Karena sebagian besar orang-orang menggunakan transportasi umum seperti bus, kereta listrik, atau kereta bawah tanah.
Gimana kualitas udara di sana? Meskipun di tengah kota terasa segar tanpa polusi?
Yups. Betul sekali mas, transportasi lebih banyak kereta listrik dan kereta bawah tanah. Jumlah kendaraan bermotor minim, karenanya udara tetap bersih dan aman untuk dihirup 🙂
Duh di Bandung aja, kualitas udara udah sangat buruk apalagi di Jakarta. DI Bandung sini, mata saya selalu agak kemerahan. 😦
Ya, dengan begitu banyaknya motor dan kendaraan yang masih berjubel, tentu saja kualitas udara sudah tidak bagus. Karenanya, tahanlah dulu Kang Emil untuk menata Kota Bandung minimal 2 kali periode, insya Allah Bandung bisa berkembang pesat. Tapi kalau buru-buru dicalonkan ke tempat lain, Bandung gak jadi maju-maju pembangunan layanan publiknya he he..
Betul saya sepakat. 🙂
Jangan sampai Kang Emil maju sebagai Presiden setelah satu periode di Bandung. Benahi dulu Bandung, 2 periode, insyaallah Bandung bisa berbenah. 😀 😀
Sampai kapan di Jepang, Mas Joe?
Sipphh…
Insya Allah bentar lagi pulang ke Bandung kok. 3 bulanan lagi lah ^^