Melihat FORKOMKASI dalam Matriks SWOT*

Pengurus FORKOMKASI masa bhakti 2012-2013

BAGIAN KETIGA – DINAMIKA ORGANISASI

Melihat FORKOMKASI dalam Matriks SWOT*

Dua Tahun yang lalu (red-ditulis pada tahun 2013), tepatnya 30 Maret 2011, Forum Komunikasi Mahasiswa Kesejahteraan Sosial Indonesia (FORKOMKASI) resmi dideklarasikan di Aula Graha Insan Cita Depok. Deklarasi ini sekaligus sebagai tanda telah usai Kongres Mahasiswa Kesejahteraan Sosial se-Indonesia yang diselenggarakan pada 28-30 Maret 2011.

Dalam kongres ini kemudian dibentuklah dewan presidium dan kepengurusan pertama yang dinahkodai oleh Achmad Hilman Musanna (UNPAD) sebagai Dewan Formatur (DF) yang membawahi regional Jakarta dan Jawa Barat. Kemudian Asma Kusna (UNEJ) terpilih sebagai DF untuk wilayah Yogyakarta dan Jawa Timur. Ilham Supiana (STIKS Tamalanrea Makassar) sebagai DF untuk wilayah Makasar, Aminus (UNCEN) sebagai DF untuk wilayah Papua dan Mujahiddin (UMSU) DF untuk wilayah Sumatera. Selain itu, dalam kongres ini juga, Aziz Suhendar (UGM) terpilih sebagai Seketaris Dewan Formatur FORKOMKASI.

Seperti diketahui sebelumnya, pembentukan FORKOMKASI sendiri tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Tetapi ada proses perjuangan lobi dan juga perdebatan pemikiran yang panjang sampai akhirnya menemukan satu formula yang disepakati bersama.

Meski saya tidak mengikuti secara penuh proses pembentukan FORKOMKASI ini, tetapi saya yakin ada gejolak pemikiran yang besar dan keresahan yang mendalam dari dalam diri para penggagas FORKOMKASI tentang bagaimana menyatukan semangat kebersamaan dan membangun nilai-nilai kesejahteraan sosial melalui gerakan kemahasiswaan yang didasarkan atas silaturahmi. Mungkin Hilman, Aziz, Joko, dan Sarta beserta Mas Eko Kurnia dapat mengulas ini lebih dalam, karena mereka adalah pelaku utamanya.  

Oleh karenanya, saya menyambut positif kehadiran bunga rampai ini. Dimana dari buku ini nantinya saya berharap para penerus FORKOMKASI dapat merasakan nilai-nilai semangat dan gelojak pemikiran dari keresahan para pendahulunya. Selain itu, buku ini setidaknya ini bisa menjadi sebuah catatan sejarah atas kehadiran FORKOMKASI di Indonesia.

Terlepas dari hal di atas, dalam tulisan  ini saya coba untuk mengulas serta menganalisis tentang langkah-langkah dan strategi apa yang tepat diambil oleh FORKOMKASI ke depan agar dapat mengembangkan organisasi yang terbilang cukup ‘belia’ ini. Pendekatan analisis yang coba saya gunakan adalah dengan pendekatan analisis SWOT. Yaitu suatu metode perencanaan strategis yang bisanya digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weakness), peluang (opportunities), dan acaman (threat). Keempat faktor ini kemudian yang membentuk akronim dari SWOT.

Analisis SWOT ini kemudian diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah berbagai hal yang mempengaruhi keempat faktor tersebut (baca: kekuatan, kelemahan, peluang dan acaman yang selama ini berada di dalam tubuh FORKOMKASI) dan  kemudian menerapkannya ke dalam gambar matrik SWOT, dengan formulasi:

  1. Bagaimana kekuatan (strengths) yang dimiliki Formkomkasi mampu mengambil keuntungan (advantage) dari peluang (opportunities) yang ada di luar FORKOMKASI?
  2. Bagaimana cara mengatasi kelemahan (weakneses) yang ada di Forkomkasi yang nantinya dapat mencegah hadirnya keuntungan (advantage) dari peluang (opportunities) yang ada?
  3. Bagaimana kekuatan (stregths) yang dimiliki Formkomkasi mampu menghadapi acaman (threast) yang ada?
  4. Bagaimana cara mengatasi kelemahan (weakneses) yang nantinya dapat membuat acaman (threast) yang ada menjadi nyata atau menciptakan ancaman baru?

Logo FORKOMKASI

Penjabaran Dari Matriks SWOT

Kekuatan yang menghasilkan Peluang (S.O)

Harus diakui, banyaknya HMJ yang bergabung di FORKOMKASI dengan luas sebaran hampir di seluruh wilayah kepulauan Indonesia membuat FORKOMKASI mempunyai jaringan yang luas. Jaringan HMJ yang luas ini seharusnya dapat membuat FORKOMKASI menjadi mitra yang strategis bagi lembaga-lembaga sosial, LSM dan NGO untuk melakukan proyek-proyek pembangunan kesejahteraan sosial.

Konsepsi projek-projek yang dimaksud di sini bukan murni proyek-proyek yang memiliki nilai materi (uang) yang besar. Tetapi proyek-proyek di sini lebih diartikan sebagai program-program riset/penelitian, pemetaan sosial, pendampingan sosial, pengorganisasian dan pemberdayaan masyarakat.

Di sini, nantinya mahasiswa/HMJ dapat mengaplikasikan keilmuan yang dimilikinya untuk masyarakat. Selain itu, mahasiswa/HMJ dapat menerima manfaat berupa pengalaman yang luas perihal penanganan masalah kesejahteraan sosial di daerah mereka.

Misal, Kementerian Sosial ingin melakukan pemetaan sosial perihal daerah-daerah rawan konflik sosial di beberapa wilayah di Indonesia. Pada program atau proyek ini, FORKOMKASI bisa saja menawarkan jasa kepada Kementrian Sosial agar menggunakan jasa mahasiswa atau HMJ untuk menjadi tenaga lapangan di daerah tempat pemetaan sosial akan dilakukan.

Atau dalam contoh lain, salah satu lembaga/NGO ingin melakukan sosialisasi pencegahan HIV/AIDS di beberapa wilayah Indonesia. Maka FORKOMKASI bisa saja bekerja sama kepada lembaga tersebut agar menggunakan jasa mahasiswa/HMJ di daerah tempat sosialisasi akan dilakukan. Dimana Mahasiswa/HMJ dapat dijadikan sebagai tenaga penyuluh lapangan.

Nah, jika ini bisa dilaksanakan maka, FORKOMKASI sudah bisa menjadi salah satu lembaga akademik yang ikut serta dalam pembangunan kesejahteraan sosial di Indonesia. Secara tidak langsung FORKOMKASI sudah menjadi penghubung (Linking) terhadap para kader FORKOMKASI (yang aktif di dalam HMJ) yang memiliki keterampilan dan kompetensi dalam bidang kesejahteraan sosial/pekerjaan sosial untuk mengaplikasikan dan mengabdikan diri kepada masyarakat.

Mengatasi Kelemahan Untuk Menciptakan Peluang (W.O)

Beberapa kelemahan yang dimiliki FORKOMKASI seperti luasnya wilayah kepemimpinan, kurangnya komunikasi dan kordinasi antar wilayah (Regional), dan sumber dana (Finansial) yang belum mapan dapat di atas jika mampu memanfaatkan peluang yang ada dengan cara:

  • Mengaktifkan kembali Web Media (Website) atau jejaring sosial (Facebook dan Twitter) yang dimiliki FORKOMKASI untuk digunakan sebagai pusat informasi untuk seluruh mahasiswa Kesejahteraan sosial yang tergabung dalam FORKOMKASI. Informasi-informasi tersebut dapat berupa; informasi kegiatan FORKOMKASI di setiap regional yang selalu di up to date, informasi lowongan pekerjaan bagi para alumni kesos, hasil-hasil penelitian terbaru kesos dalam bentuk jurnal atau e-book, dan yang terakhir diskusi lepas untuk mahasiswa yang menyangkut masalah-masalah kesejahteraan sosial di Indonesia, serta informasi-informasi lainnya dalam bentuk kampaye sosial.
  • Intinya adalah bagaimana membuat Website milik FORKOMKASI menjadi bahan rujukan/kunjungan bagi para mahasiswa kesos atau praktisi kesos dalam mencari informasi soal kesejahteraan sosial. Karena makin banyaknya orang yang mengakses web media ini maka akan tinggi rating web-nya.
  • Dengan tingginya rating web tersebut maka akan membuka peluang untuk lembaga-lembaga atau perusahaan-prusahaan memasang iklan atau kampanye sosialisasi di dalam web Biaya Pemasangan iklan nantinya dapat mejadi masuk bagi kas FORKOMKASI.
  • Contoh, dengan tingginya rating kunjungan di Website FORKOMKASI maka FORKOMKASI dapat menawarkan kepada pihak BKKBN untuk memasang Iklan Keluarga Berencana (KB) atau Triad KRR di web milik FORKOMKASI. Atau FORKOMKASI menawarkan pemasangan iklan kepada BNN tentang sosialisasi cegah Narkoba.

Itu semua, bisa dilaksanakan jika, FORKOMKASI memiliki divisi komunikasi khusus yang dijadikan sebagai Administrator Website FORKOMKASI. Di mana setiap harinya Administrator tersebut harus melakukan update terbaru perihal masalah-masalah kesejahteraan sosial.

Kekuatan Untuk Mengatasi Tantangan (S.T)

Disiplin keilmuan kesejahteraan sosial dan pekerjaan sosial dalam mengatasi masalah invidu, kelompok atau komunitas dan masyarakat seharusnya mampu digunakan oleh mahasiswa FORKOMKASI yang dalam mengatasi persoalan-persoalan keorganisasian yang sampai saat ini masih cukup terasa.

Gengsi dan egoisme antar almamater dirasa masih terus menghantui perkembangan FORKOMKASI sampai saat ini.  Meski pada hakikatnya dinamika dalam sebuah organisasi adalah hal yang alamiah dalam perkembangan satu organisasi. Namun hal itu harus bisa dikontrol dan di-manage dengan baik sehingga  dinamika yang ada tidak menghancurkan semangat dan tatanan nilai-nilai kebersamaan yang telah dibangun dan disepakati bersama.

Selain, rancangan AD/ART yang selalu berubah-ubah di setiap kongres seharusnya bisa diminimalisir. Dengan membuat satu aturan baku yang tertera di dalam AD/ART tentang tata cara dan ketentuan untuk pengajuan perubahan AD/ART. Sehingga AD/ART tidak mesti dibahas setiap tahun di saat kongres nasional berlangsung. Jika AD/ART dibahas setiap tahun maka akan ada perubahan sistem keorganisasian setiap tahunnya juga, dan itu akan sangat terasa serta mengganggu perkembangan FORKOMKASI ke depan.

Dengan demikian kita harus mampu membuat rancangan atau grand design AD/ART yang dapat bertahan untuk memenuhi kebutuhan organisatoris FORKOMKASI dalam jangka waktu dua sampai lima tahun ke depan. Jadi energi yang kita miliki di setiap kongres tidak habis hanya untuk membahas permasalahan AD/ART.  Tetapi energi itu bisa digunakan untuk membicarakan langkah-langkah dan program kerja terkait pengembangan organiasasi ini dalam jangka waktu panjang yang tersusun dalam satu draft yang nantinya bisa diteruskan setiap kepengurusan selanjutnya.

Selain itu, kita juga bisa menyususn langkah-langkah dan program kerja dalam waktu singkat yang harus dikerjakan oleh kepengurusan yang baru terpilih. Program kerja itu harus dibicarakan secara bersama-sama kepada seluruh HMJ. Tidak lagi hanya menjadi dominasi di antara para pengurus yang terpilih. Sehingga setiap HMJ juga diberikan Pekerjaan Rumah (PR) dalam mengembangkan FORKOMKASI ini.

Mengatasi Kelemahan Untuk Mencegah Ancaman (W.T)

Salah satu kendala atau ancaman yang mempengaruhi proses perkembangan FORKOMKASI adalah masih samarnya hubungan antara FORKOMKASI dengan universitas tempat bernaungnya HMJ. Ancaman atau kendala itu kemudian dapat menjadi besar jika faktor kemandirian atau kemapanan finansial FORKOMKASI belum bisa terpenuhi. Hal inilah yang kemudian membuat beberapa program-program FORKOMKASI terdahulu harus disatukan dengan program-program HMJ guna mendapatkan dukungan dari universitas terkait.

Selain karena faktor finansial yang belum mapan seperti saya ungkapkan di atas. Satu hal lagi adalah masih lemahnya posisi tawar FORKOMKASI di dunia kesejahteraan sosial atau pekerjaan sosial. Sehingga pihak universitas atau fakultas tidak dapat melihat manfaat apa yang dapat dihasilkan jika bekerja sama atau bermitra dengan FORKOMKASI. Memang selama ini, kebanyakan dari kita belum menemukan manfaat apa yang dapat diraih oleh setiap HMJ IKS ketika bergabung ke dalam FORKOMKASI.

Untuk itu, saya menilai, FORKOMKASI perlu membentuk satu posisi  Humas (public relations) yang kompeten dalam memperkenalkan, mempromosikan dan mempublikasikan segala bentuk kegiatan FORKOMKASI dan HMJ-HMJ yang bernaung di dalamnya, baik dalam bentuk media online, cetak atau elektronik. Sehingga FORKOMKASI tampak lebih hidup dalam kegiatan organisasinya.

Oleh karenanya, divisi humas tersebut, kemudian bisa dibagi ke dalam dua bagian. Pertama humas internal yang berperan untuk membangun komunikasi dan hubungan antar pengurus regional FORKOMKASI dan juga antar HMJ di dalamnya. Kedua, humas eksternal yang lebih berperan untuk mengenalkan FORKOMKASI ke hadapan para praktisi dan stakeholder kesos lainnya. Selain itu, humas eksternal harus dapat memberikan gambaran kepada pihak universitas tentang manfaat apa yang akan diraih jika HMJ mereka bergabung di FORKOMKASI.

PENUTUP

Mudah-mudahan tulisan mengenai ulasan dan analisis tentang langkah-langkah dan strategi apa yang tepat diambil oleh FORKOMKASI ke depan dapat dijadikan masukan berharga dalam perkembangan FORKOMKASI.

Saya menyadari bahwa ulasan dan analisis yang saya ajukan ini masih memiliki banyak kelemahan dalam hal pendalaman tentang kekuatan dan kelemahan yang dimiliki FORKOMKASI, begitu juga tentang peluang dan tantang sedang dihadapi FORKOMKASI. Oleh karenanya, saya berharap tulisan ini masih bisa dikritis oleh kawan-kawan FORKOMKASI lainnya, dengan membuat analisis dan gagasan baru yang lebih baik lagi untuk perencanaan dan langkah-langkah pengembangan FORKOMKASI ke depan.

10 - MujahidinSemoga FORKOMKASI kita ini dapat terus berkembang dan menjadi pioneer dalam penanganan dan pengentasan masalah-masalah kesejahteraan sosial.

Terima kasih, semoga ini bisa bermanfaat untuk kita semua.

*Oleh: Mujahiddin

Dewan Formatur FORKOMKASI untuk Regional Wilayah Sumatera masa bhakti 2011-2012

Alumni Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) Medan.

Kutipan: “Ilmu bagaikan hewan buruan, dan tulisan/pena adalah ibarat tali pengikatnya. Oleh karena itu ikatlah hewan buruanmu dengan tali yang kuat” [Imam Syafi’i]

Dipublikasikan otomatis secara terjadwal oleh WordPress pada hari Kamis, 19 November 2015 pukul 15.00 waktu Jepang

Cover Bunga Rampai FORKOMKASI, Mei 2014

Naik Cetak I, Mei 2014 - Copy

Comments
2 Responses to “Melihat FORKOMKASI dalam Matriks SWOT*”
  1. Asop says:

    Waaaah sekarang di Jepang yaaa? 😀

Tinggalkan Jejak ^_^

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: