Nur Arisa Maryam, Muslimah Jepang Perindu Jannah

Nur Arisa Maryam, Muslimah Jepang Perindu Jannah
Diterjemahkan secara bebas dari Bahasa Inggris oleh Joko Setiawan, A Social Worker, 32nd Trainee of Asian Social Welfare Worker’s Training Program by Japan National Council of Social Welfare (JNCSW/全国社会福祉協議会)
Mulai Belajar Bahasa Melayu
Saya ingin belajar bahasa asing dimana kebanyakan orang Jepang tidak terlalu banyak tahu, dan kemudian saya memilih kampus tersebut karena merupakan kampus terbaik di Jepang untuk bisa menguasai berbagai macam bahasa asing beserta budayanya. Tapi ketika itu saya masih belum memutuskan jurusan apa yang akan saya ambil. Ibu saya menyarankan untuk mengambil Jurusan Bahasa Melayu. Saya terkejut karena tidak pernah tahu bahwa beliau memiliki ketertarikan dengan Malaysia. Tak lama setelah saya mengambil Jurusan Bahasa Melayu, saya menjadi jatuh cinta. Saya tidak bisa pergi belajar ke sana (Malaysia) tapi saya melakukan yang terbaik agar bisa menjadi nomor 1 di kelas.
APRIL 2012-2014
Mengambil Kelas Islam di Kampus
1 tahun setelah saya belajar Bahasa Melayu, masih banyak kosa kata yang belum bisa saya mengerti. Saya menyadari bahwa segala sesuatunya berhubungan dengan Islam, karenanya saya mengambil kelas Agama Islam. Pada saat itu, hanya sekedar belajar saja.
Pertama Kali Pergi ke Masjid di Tokyo dan Mengenakan Hijab
Teman Malaysia saya mengundang untuk pergi ke Masjid Tokyo Jami’ dan saya ketika itu pergi ke sana untuk melihat mereka melaksanakan sholat. Saya pikir telah mengetahui banyak hal tentang Islam karena telah dua tahun belajar di kampus, tapi kemudian saya menjadi sangat terkejut ketika muslim melaksanakan sholat di Masjid. Saya tidak habis pikir mengapa mereka melaksanakan sholat selama lima kali sehari dan bagaimana mereka berdoa. Yak arena memang mereka adalah muslim dan itu merupakan untuk Allah, tapi… Saya tidak mengerti mengapa mereka INGIN melakukannya. Dan itu merupakan kali pertama saya mengenakan hijab karena diberi oleh teman Malaysia saya. Saya merasa sangat gembira dan merasa nyaman. Meskipun saya biasanya senang memakai pakaian yang seksi, ketika itu juga saya berkeinginan untuk lebih bisa menutup tubuh dan lebih dari itu…. untuk bisa dihargai dan dimengerti apa yang sesunguhnya ada di dalam diri saya.
AGUSTUS 2014
Menemukan Hidayah di Malaysia
Saya memutuskan untuk belajar Islam di Malaysia selama satu bulan dan tinggal di rumah teman Malaysia saya. Saya belajar banyak hal dari perjalanan ini. Saya juga mencoba “tantangan 1 bulan” untuk terus mengenakan hijab dan menutup aurat saya setiap hari. Itu sangat panas dan kadang-kadang saya merasa tidak tahan dengan panasnya, namun hati saya dipenuhi dengan rasa bahagia. Saya berdoa setiap hari dan berusaha untuk menghafal Doa Iftitah, Takhiyat Awal dan Akhir. (Sesungguhnya saya sudah bisa membaca Al-Fatihah sebelum saya datang ke Malaysia karena senantiasa mempraktikkan setiap malam di handphone). Alhamdulillah banyak orang yang turut mendoakan saya. Tapi saya masih belum siap untuk bersyahadat karena begitu banyak masalah -keluarga, teman, pacar dan pekerjaan-. Saya percaya kepada Allah dan oleh sebab itu saya hanya mampu untuk bersyahadat di dalam hati dan senantiasa berdoa agar masalah-masalah yang saya hadapi menjadi lebih mudah.
Bersyahadat di Masjid Tokyo Jami’
Laa Ilaaha Illallah Muhammadun Rasulullah
Alhamdulillah. Setelah membaca Al Qur’an dalam Bahasa Jepang, saya tidak bisa berhenti menangis dan tiba-tiba merasakan adanya hidayah yang menyapa. Pada saat itu, saya tidak tahu bagaimana cara membaca syahadat yang benar. Saya pergi ke masjid tanpa bertanya apakah saya bisa bersyahadat hari itu juga atau tidak, namun semua orang di masjid menerima saya dengan gembira. Lebih dari 10 orang teman Malaysia saya turut datang untuk menjadi saksi. Masya Allah, saya sangat beruntung. Prof. Misbahur Rahman Yousfi, Direktur Islamic, juga tengah berada di Jepang, dan beliau menuntun saya untuk mengucapkan dua kalimat syahadat. Jazakallahu khair. Alhamdulillah semenjaki saat itu juga saya menjadi Nur Arisa Maryam. Saya tidak bisa menahan air mata yang terus berjatuhan. Setelah itu, saya memiliki kesempatan untuk bisa melaksanakan sholat Isya’ sebagai seorang muslim dan berdoa di masjid untuk pertama kalinya dalam hidup saya.
Hidup Baru seorang Maryam
Saya masih terus belajar tentang Islam karena kita sebagai seorang muslim yang tidak sempurna dan senantiasa berproses untuk menjadi lebih baik lagi. Banyak orang bertanya kepada saya apa bedanya sebelum dan sesudah mengucapkan syahadat. Ya, hidup saya menjadi banyak berubah. Sebelumnya saya adalah orang yang mudah merasa tersinggung/sakit hati dan selalu membutuhkan orang untuk menjadi teman curhat, namun sekarang saya bisa menenangkan diri sendiri dan tidak pernah merasa sedih lagi karena saya tahu bahwa Allah selalu ada apapun keadaannya.
Alhamdulillah, saya menjadi lebih tegar meskipun menghadapi banyak tantangan. Saya tidak bisa pergi ke masjid setiap hari, saya harus selalu menggabungkan sholat Dhuhur dan Ashar karena alasan pekerjaan, saya tidak bisa mengenakan hijab di kantor, saya juga harus ikut pergi ke Nomikai Party (pesta minum)…. Namun, ini bukan berarti saya tidak suka Jepang dan Masyarakat Jepang. Saya benar-benar bangga untuk menjadi Muslim Jepang. Jepang mengingatkan saya akan Islam dan berucap “Alhamdulillah” kapanpun saya melihat Islam di Jepang sini. Allah memberikan kepada saya kesempatan lain. Kantor akhirnya berkenan untuk menyediakan tempat sholat khusus untuk saya, keluarga juga mengizinkan untuk bisa mengenakan hijab pada akhir pekan, saya hanya minum jus jeruk ketika ikut dalam pesta. Lihat kan? Allah tidak pernah membuat kita jatuh! Allahu Akbar!!
Para pembaca sekalian bisa mengikuti perjalanan Arisa-chan dalam ber-Islam melalui akun instagram @nurarisamaryam
Pertama kali diterbitkan di sini http://thenewmuslim.co/portfolio/arisamaryam/ dalam edisi Bahasa Inggris pada 04 November 2015.
Izumi chou, Takashima Shi – Shiga Prefecture, JAPAN
Senin malam, 28 Muharram 1437 H/09 November 2015 pukul 19.21 waktu Jepang
Dipublikasikan otomatis secara terjadwal oleh WordPress pada hari Senin, 09 November 2015 pukul 20.00 waktu Jepang
ijin upload ke youtube
Silahkan.
Waaa! Terima kasih banyak banyak :’)
Sama-sama Maryam san ^_^
Saya turut mendoakan agar Maryam san bisa mudah dalam mempelajari Islam, dan bisa mendakwahkannya kepada orang-orang Jepang dengan ilmu dan kelembutan.
Namun, yang terpenting dari itu, semoga cepat dipertemukan dengan pangeran berkuda yang bisa membimbing menuju kebahagiaan di dunia, juga di akhirat kelak, aamiin.. 🙂
Salam hangat dan semangat selalu dari saudaramu seiman,
Joko Setiawan
NB: Kita pernah bertemu di Masjid Jami’ Tokyo pada saat buka puasa Ramadhan tahun ini. Saya banyak ngobrol dengan Ibunda Maryam san.. 🙂
MasyaAllah, izin reblog :”
Masya Allah. Mangga Teh 🙂
Masyaallah…
Masya Allah. Alhamdulillah.. 🙂