Setapak Jalan FORKOMKASI*

Logo FORKOMKASI

BAGIAN KEDUA – REFLEKSI KEPEMIMPINAN

Setapak Jalan FORKOMKASI*

Siapa sangka tanggal 30 Maret 2011 menjadi hari yang begitu istimewa bagi mahasiswa kesejahteraan sosial dan pekerjaan sosial di Indonesia. Setidaknya, bagi sebagian mahasiswa kesejahteraan sosial dan pekerjaan sosial seluruh Indonesia yang mengetahui apa yang terjadi pada hari itu menjadikanya hari yang istimewa.

Betul, pada hari itu, hari Juma’t tanggal 30 Maret 2011 mahasiswa kesejahteraan sosial dan pekerjaan sosial seluruh Indonesa bersepakat untuk membentuk sebuah wadah pemersatu semangat di bawah nama Forum Komunikasi Mahasiswa Kesejahteraan Sosial Indonesia  yang kemudian disingkat FORKOMKASI. Tanggal ini menjadi tanggal keramat bagi saya, begitu juga untuk Anda seharusnya. Saya pernah menyebutnya sebagai hari mahasiswa kesejahteraan sosial dan pekerjaan sosial Indonesia pada perayaan hari jadi ke-2 FORKOMKASI.

Berdirinya FORKOMKASI sejatinya menjadi titik balik bagi pergerakan mahasiswa kesejahteraan sosial dan pekerjaan sosial di Indonesia, sudah saatnya mahasiswa kesejahteraan sosial bergerak secara nyata bukan saja hanya berorganisasi dan berkegiatan secara terpisah, karena dengan FORKOMKASI sejatinya pergerakan mahasiswa kesos bisa lebih terlihat. Banyak harapan dan cita-cita yang muncul ketika FORKOMKASI berdiri, bukan hanya berorganisasi bersama, bertukar informasi dan bertukar pikiran bersama, tetapi juga bergerak membantu dan mengamalkan keilmuan yang dipelajari secara bersama melalui wadah yang telah bersama kita sepakati.

Menjawab harapan dan cita-cita banyak orang menjadi tanggung jawab tersendiri di awal kepengurusan FORKOMKASI, pasalnya selain karena baru berdiri, sebagian masih ada yang skeptis menanggapi terbentuknya FORKOMKASI. Sikap skeptis yang ditunjukan dinilai wajar, karena pembentukan forum gabungan yang menyatukan banyak himpunan di kalangan mahasiswa kesejahteraan sosial itu sendiri bukan yang pertama kalinya. Apalagi banyak pula forum-forum sejenis yang akhirnya terbentuk untuk kembali bubar. Banyak yang “tukcing”, terbentuk dan cicing (diam), terbentuk tanpa ada kegiatan dan terbengkalai begitu saja. Ada pula yang gagal pada tahun pertamanya dibentuk. Kami sebagai pengurus menyadari betul fenomena tersebut dan kami berusaha semaksimal mungkin agar hal-hal itu tidak terjadi pada FORKOMKASI.

Hal yang pertama dilakukan adalah memilih Sekretaris Umum Pengurus Sekretariat sebagai Pimpinan Pengurus Sekretariat FORKOMKASI. Akhirnya dalam Rapat Dewan Formatur terpilihlah Aziz Suhendar sebagai pimpinan Pengurus Sekretariat FORKOMKASI periode 2011-2012. Setelah terpilihnya pimpinan pengurus sekretariat banyak yang perlu dipersiapkan dan dibangun oleh FORKOMKASI di awal berdirinya.

Poin yang terpenting adalah: FORKOMKASI perlu menemukan jati dirinya sebagai sebuah organisasi. Banyak yang coba dilakukan pada awal tahun kepengurusan. Kami merumuskannya dalam Rakernas di Yogyakarta yang menghasilkan banyak rencana program dari pembuatan media cetak, hingga sekolah kesejahteraan muncul. Semua rencana terdengar begitu luar biasa dan membangkitkan semangat. Alhamduliah, pada saat implementasinya sangat menakjubkan pula kendalanya.

Waktu bergulir, kami pengurus pun ikut terseret waktu dan banyak yang diajarkan oleh masa. Setiap pengurus memiliki perjalanan dan pembelajarannya masing-masing, dan kami menyadari bahwa kendala program tidak melulu berasal dari faktor eksternal, kendala itu dapat berasal dari pola komunikasi, pola koordinasi, pengawasan kinerja, pola kerjasama ideal antara FORKOMKASI dengan HMJ (Himpunan Mahasiswa Jurusan), pengadaan dan penyelenggaraan program, hingga determinasi masing-masing pribadi pengurus.

Di tengah-tengah kendala yang ada, kami tetap menjalankan beberapa kegiatan yang kami nilai sangat penting dan perlu dilakukan sebagai langkah awal, yaitu: memperkenalkan FORKOMKASI ke banyak pihak dari cara yang paling sederhana hingga melalui media seminar. Usaha ini dilakukan agar banyak pihak mengenal FORKOMKASI dan membangun jejaring untuk ke depannya.

Kunjungan pertama yang dilakukan oleh FORKOMKASI adalah mengunjungi IPSPI (Ikatan Pekerja Sosial Profesional Indonesia). Kunjungan ini dimaksudkan memperkenalkan Himpunan Mahasiswa Kesejahteraan Sosial yang akhirnya telah terbentuk dengan nama FORKOMKASI. FORKOMKASI sendiri terbentuk salah satunya karena ada dorongan dari organisasi pilar lain, salah satunya adalah IPSPI.

Kunjungan berikutnya FORKOMKASI berkunjung ke sekretariat Serikat Buruh Indonesia dan ber-audiensi dengan Bapak Mukhtar Pakpahan. Saat itu FORKOMKASI membahas mengenai RUU BPJS (Rancangan Undang-Undang Badan Pengaman Jaringan Sosial).

Beberapa kegiatan perkenalan lainnya yang dilakukan adalah mengisi acara di saat masa orientasi mahasiswa baru. Pada saat itu yang pertama kali memberikan kesempatan adalah HMJ Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Gathering dan buka puasa bareng yang diprakarsai oleh HMJ UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan beberapa seminar yang dilakukan juga oleh HMJ UIN Syarif Hidayatullah Jakarta melibatkan FORKOMKASI. Perkenalan kepada Mahasiswa Baru juga dilakukan di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Kemudian kegiatan lainnya adalah Seminar Nasional Kesejahteraan Sosial yang diprakarsai oleh Dewan Formatur Regional Sulawesi. Seminar ini bekerja sama dengan Sekolah Tinggi Ilmu Kesejahteraan Sosial Makassar (STIKS Makassar) dan dinilai mendapatkan respon yang baik di kalangan penggiat kesejahteraan sosial dan pekerjaan sosial di Kota Makassar.

Pada acara seminar nasional dengan tema “Eksistensi Pekerjaan Sosial, Berkaitan Pemberlakuan Sertifikasi Pekerja Sosial” tidak hanya mahasiswa yang hadir. Melainkan banyak para penggiat kesejahteraan sosial dan pekerjaan sosial. Mulai dari kalangan NGO, Lembaga pusat kesejahteraan sosial (puskesos), hingga kalangan dinas hadir dalam acara tersebut. Pada acara ini FORKOMKASI berhasil memperkenalkan diri kepada banyak kalangan dan mendapat respon yang baik pula dari para penggiat kesejahteraaan sosial di kota Makassar.

Selain agenda-agenda internal, FORKOMKASI juga terlibat dengan beberapa kegiatan dari pihak eksternal. Pada tahun pertamanya FORKOMKASI dilibatkan dalam pembentukan Konsorsium Pekerjaan Sosial Indonesia (KPSI) yang merupakan tindak lanjut dari pertemuan beberapa stakeholder bidang pekerjaan sosial di Manila, Filipina. Beberapa pertemuan dilakukan dan melibatkan FORKOMKASI yang mewakili elemen mahasiswa. Mulai dari pembahasan tindak lanjut Badan Akreditasi Lembaga Kesejahteraan Sosial (BALKS) dan Lembaga Sertifikasi Pekerja Sosial (LSPS), audiensi pelaksanaan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN), audiensi pelaksanaan ASEAN plus Social Welfare Conference, dan pelaksanaan International Conference for Social Development (ICSD) di Yogyakarta.

Keterlibatan FORKOMKASI ini tidak lepas dari diikutsertakannya FORKOMKASI dalam Konsorsium Pekerjaan Sosial Indonesia (KPSI). FORKOMKASI terlibat aktif dalam pembentukannya yang melibatkan 10 lembaga pilar kesejahteraan sosial Indonesia. KPSI ini beranggotakan 10 lembaga pilar kesejahteraan sosial dan setiap pilarnya diwakili oleh satu perwakilan dari setiap lembaga. KPSI ini terbentuk pada kongres yang diselenggarakan di Hotel Menara Peninsula Jakarta, bersamaan dengan terbentuknya Ikatan Relawan Indonesia.

Tibalah akhirnya pada masa akhir kepengurusan. Berakhirnya kepengurusan pertama ini ditandai dengan terselenggarannya Kongres II Makassar. Banyak hal yang masih belum bisa dilakukan dengan baik pada tahun pertama FORKOMKASI. Kami pengurus sudah berusaha semaksimal mungkin untuk membangun FORKOMKASI yang ideal. Semua rencana memang tidak terlaksana sepenuhnya. Banyak hal yang perlu dibenahi bersama.

Banyak yang menjadi sorotan saya secara pribadi dan pengurus secara keseluruhan di akhir tahun saat kongres II Makassar semakin dekat, di antaranya adalah pola Pengurus Sekretariat yang membantu 5 pimpinan organisasi dinilai sulit dan rumit. Maka pada akhir kepengurusan di Kongres II Makassar kami mengusulkan untuk mengganti pengurus sekretariat menjadi pengurus regional, karena apabila pola organisasi yang sama tetap diterapkan akan sangat merepotkan khususya untuk Pengurus sekretariat yang lingkup kerjanya adalah nasional.

Apabila dianalogikan sistem  dewan formatur dengan satu pengurus sekretariat seperti mahluk yang memiliki 5 kepala dengan 1 kaki, sementara untuk menjaga hubungan ke setiap daerah diperlukan tubuh-tubuh yang panjang yang bisa menjangkau itu semua maka di rumuskan konsep pengurus regional. Sehingga masing-masing Dewan Formatur memiliki pengurus sekretariat yang kemudian disebut dengan pengurus regional.

Kemudian di tahun pertamanya FORKOMKASI dinilai masih belum menemukan sosoknya sebagai sebuah organisasi pemersatu. Belum menemukan jati diri yang sebenarnya, maka saya sempat berpikir untuk mengelola FORKOMKASI dengan cara yang tidak lagi pragmatis melainkan lebih terencana dan terarah. Salah satunya dengan perumusan rencana strategis lima tahun ke depan, memang untuk pada awal berdirinya akan sulit karena baru ada dua tahun evaluasi, tetapi di tahun ketiga kita sama-sama bisa merumuskan rencana strategis 5 tahun ke depan dengan evaluasi tiga tahun ke belakang, dengan demikian kita dapat melihat apa yang kurang dan kemana kecenderungan FORKOMKASI bergerak. Dengan adanya renstra tersebut maka kita semua sebagai bagian dari FORKOMKASI bisa menilai secara empirik ketercapaian FORKOMKASI setiap tahunnya dan membantu pengurus berikutnya untuk mengelola organisasi ini.

Maka dengan demikian diharapkan FORKOMKASI benar-benar dapat merepresentasikan harapan dan citta-cita serta menjadi kebanggaan seluruh mahasiswa kesejahteraan sosial dan pekerjaan sosial Indonesia. Bukan lagi hanya sebatas pengurus saja yang merasa memiliki dan bangga terhadap FORKOMKASI, karena sejatinya FORKOMKASI ini adalah milik seluruh mahasiswa kesejahteraan sosial seluruh Indonesia, sudah sepantasnya pula keberadaan FORKOMKASI ini dirasakan manfaatnya bagi mahasiswa kesejahteraan sosial seluruh Indonesia dan masyarakat pada umumnya.

Hilman MusannaJangan pernah ragu untuk ikut serta membesarkan FORKOMKASI, karena kita boleh saja salah dan dinilai payah, tapi kita tidak boleh mengalah apalagi menyerah untuk memberikan yang terbaik. Majulah FORKOMKASI! Majulah Mahasiswa Kesejahteraan Sosial Indonesia!

*Oleh: Achmad Hilman Musanna, Alumni Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial Universitas Padjajaran (UNPAD) Bandung.

Ketua Dewan Formatur FORKOMKASI Periode 2011-2012

Kutipan: “Ilmu bagaikan hewan buruan, dan tulisan/pena adalah ibarat tali pengikatnya. Oleh karena itu ikatlah hewan buruanmu dengan tali yang kuat” [Imam Syafi’i]

Dipublikasikan otomatis secara terjadwal oleh WordPress pada hari Kamis, 05 November 2015 pukul 15.00 waktu Jepang

Cover Bunga Rampai FORKOMKASI, Mei 2014

Naik Cetak I, Mei 2014 - Copy

Tinggalkan Jejak ^_^

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: