Dari Osaka Sampai Shiga Ken*

Dari Osaka Sampai Shiga Ken*
*Oleh Joko Setiawan, A Social Worker, 32nd Trainee of Asian Social Welfare Worker’s Training Program by Japan National Council of Social Welfare (JNCSW/全国社会福祉協議会)
Kesempatan belajar yang diberikan oleh Zennshakyou begitu luar biasa. Dengan jaringan luas yang dimiliki oleh Zenshakyou, maka bisa terhubung ke berbagai macam shakai fukushi houjin (Social Welfare NPO) di berbagai tempat. Sebagian besar NPO (Non Profit Organization) di Jepang juga merupakan lembaga mandiri, karenanya Zenshakyou hampir tidak mengeluarkan dana sama sekali, karena para trainee menjadi tanggung jawab dari lembaga tempat kenshuu (training).
Sebulan penuh pada Oktober kemarin, saya berkesempatan untuk belajar di dua lembaga pelayanan sosial untuk orang-orang terlantar (homeless). Satu lembaga memberikan pelayanan terhadap homeless yang masih sehat dan kemungkinan bisa diberdayakan. Satu lembaga lagi terdiri dari banyak orang lansia, difabel atau yang memiliki penyakit akut, di lembaga yang ke-dua ini, klien kemungkinan kecil untuk bisa mandiri atau hidup seorang diri di tengah-tengah masyarakat. Pengalaman dan catatan dari hasil satu bulan kenshuu (training) tersebut nantinya akan saya buatkan postingan khusus, dengan ulasan bahasa yang ringan serta tidak detil seperti laporan praktikum tentunya he he.
NPO Jikyokan tempat saya training juga merupakan lembaga yang besar, bahkan shisetsu (lembaga) yang dimilikinya sampai ke Shiga Ken, terdapat 3 lembaga pelayanan sosial untuk orang terlantar (homeless). Saya nantinya akan belajar di Sawayaka Sou yang lokasinya tak jauh dari danau terbesar se-Jepang bernama Biwako (Biwa Lake), dan Tochiu no Sato yang berlokasi di atas gunung. Berbeda dengan Kota Osaka, lokasi saya training berikutnya ini lebih dekat ke daerah perdesaan di atas pegunungan. Dinginnya bisa dibayangkan seperti kota Malang, Jawa Timur.
Ditemani oleh Nakasone sensei, pagi hari tadi Senin 02 November 2015 kami menggunakan kereta listrik dalam melaksanakan perjalanan dari Osaka menuju Shiga Ken (prefecture). Memasuki bulan November, cuaca secara perlahan menjadi semakin dingin, apalagi seharian tadi memang hujan turun dari Osaka hingga Shiga Ken. Karena transportasi yang mudah dan nyaman, perjalanan sekitar 110-an kilometer tersebut dapat kami tempuh dalam waktu 1,5 jam saja. Dan hal tersebut seimbang dengan harga tiket sebesar 1900-an yen atau sekitar 200 ribuan.
Di Shiga Ken ini, saya disediakan satu apartemen yang terletak di Takashima Shi Imazu Chou, tak jauh dari stasiun Omi-Imazu. Dan tentu saja juga tak jauh dari lembaga Sawayaka Sou. Saya akan belalar di Sawayaka Sou selama dua pekan. Dan dua pekan berikutnya akan belajar di Tochiu no Sato yang harus saya tempuh setiap hari menggunakan transportasi bus selama 30-menitan.
Suasananya berbeda 180 derajat dengan Osaka yang memang berlokasi di daerah perkotaan besar. Suasana di sini lebih alami, banyak pohon rindang, juga pegunungan. Sehingga udara terasa lebih segar namun dinginnya membuat baju harus terus dirangkap he he. Insya Allah terus bersemangat untuk belajar dengan kemampuan yang terbaik. Semoga ilmu yang didapatkan bisa dipraktikkan dengan berbagai macam modifikasi menyesuaikan kondisi konteks lokal ke-Indonesiaan.
Izumi chou, Takashima Shi – Shiga Prefecture, JAPAN
Senin malam, 21 Muharram 1437 H/02 November 2015 pukul 22.36 waktu Jepang
Dipublikasikan otomatis secara terjadwal oleh WordPress pada hari Selasa, 03 November 2015 pukul 09.00 waktu Jepang
Udah lama di jepang. Otomatis udah lumayan lancar bicara dan faham apa yg lawan bicara (org jepang) sampaikan ya akhi?
Iya, alhamdulillah. Pertama kali benar-benar tak paham dengan apa yang orang Jepang omongkan. Tapi, karena sudah begitu familiar di TV, stasiun, mall-mall dan lain-lain, untuk menguasai seluruh kosa kota memang masih mustahil, tapi paling tidak 70-80 persen apa yang orang Jepang sampaikan, dapat ditangkap maksudnya 🙂