Jejak UNIB di FORKOMKASI*

Jejak UNIB di FORKOMKASI*
Kongres Depok Sebagai Awal Penyatuan Kembali Mahasiswa Kesejahteraan Sosial se-Indonesia
Bermula dari selembar undangan berjudul “Kongres Mahasiswa Kesejahteraan Sosial se-Indonesia” yang saya terima secara mendadak pada hari Jum’at dari kakak tingkatku angkatan 2008 yang mana surat tersebut ditujukan kepada ketua umum HIMA KS FISIP UNIB yang kebetulan saat itu adalah saya sendiri.
Setelah membaca surat itu saya pun merespon sedikit terkejut dikarenakan surat tersebut baru saya terima pada hari Jum’at tanggal 25 Maret 2011, sedangkan waktu pelaksanaan kongresnya pada hari Senin-Rabu, 28-30 Maret 2011. Namun di sisi lain saya menanggapi positif kegiatan tersebut walaupun sebenarnya saat itu saya sendiri belum tahu siapa yang pertama kali menggagas kongres ini dan berasal dari kampus manakah panitianya.
Tanpa berpikir panjang di hari itu juga aku mencoba menghubungi teman-teman kabid di kepengurusan HIMA KS UNIB untuk merundingkan masalah tersebut. Walaupun hanya beberapa orang saja pengurus HIMA yang dapat aku hubungi, namun pada akhirnya teman-teman sepakat mengirimkan delegasi mewakili HIMA KS UNIB untuk mengikuti kegiatan kongres nasional tersebut.
Berdasarkan kesepakatan tersebut maka dipilihlah Triple A (sebutan yang diberikan oleh kawan-kawan KS UNIB dan para dosen kepada saya sendiri Arif, Alfa dan Azis) menjadi delegasi untuk mengikuti Kongres Depok. Kebetulan dua orang sahabat saya tersebut juga menjabat sebagai Kabid Pengembangan Organisasi dan Kabid Pengabdian Masyarakat di kepengurusan HIMA KS periode 2010-2011 yang saya ketuai.
Di sisi lain tiga orang delegasi ini menghadapi kebingungan bagaimana cara berangkat kesana dalam waktu yang sangat singkat dengan pendanaan Rp 0,- yang jumlahnya begitu besar untuk membeli 3 buah tiket pesawat. Untuk mengurus proposal ke pihak Fakultas ataupun Universitas pun tidak memungkinkan lagi karena saat itu kebetulan merupakan akhir pekan. Menghadapi hal tersebut sontak membuatku menggelengkan kepala dan memutar otak tak tanggung-tanggung sampai 360 derajat lebih, mungkin. Haaha… Namun disamping itu kami tetap bertekad bagaimanapun caranya harus berangkat ke Depok untuk mengikuti kegiatan kongres tersebut.
Walaupun dalam keadaan setengah buntu dikarenakan surat yang saya terima begitu mendadak dan waktu pelaksanaannya hanya berjarak tiga hari saja, namun saya mencoba mencari jalan keluar dengan memutuskan untuk mendiskusikan masalah ini dengan Pembantu Dekan III yang juga merupakan dosen tetap jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP UNIB.
Setelah berdiskusi dengan beliau ternyata beliau bersedia membantu dengan menganggarkan dana kemahasiswaan yang POMA (Pengembangan Organisasi Mahasiswa) untuk keberangkatan kami. Memang jumlahnya masih jauh dari mecukupi namun setidaknya sedikit membantu meringankan biaya untuk keberangkatan kami. Untuk menambah kekurangan biaya tersebut maka kami memutuskan untuk meminta bantuan alumni.
Pada dasarnya jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial UNIB telah memiliki ribuan alumni karena jurusan ini sendiri merupakan jurusan tertua di FISIP bahkan di UNIB sendiri karena lahirnya terbentuknya jurusan ini berbarengan dengan terbentuknya UNIB pada tahun 1982. Dengan adanya peluang itu maka kami pun sepakat menggunakan suatu metode yang saya sendiri menyebutnya dengan istilah “kiat sukses mendapatkan dana dalam waktu singkat” (bukan merampok atau jaga lilin loh. Haha..). Cara yang saya maksud adalah menjual stiker HIMA KS FISIP UNIB kepada alumni-alumni KS FISIP UNIB yang ada di kota Bengkulu. Dengan berbekal stiker, surat undangan dari panitia dan proposal kegiatan kongres kamipun mulai mengunjungi alumni satu-persatu yang ada berbagai instansi pemerintah, swasta maupun perusahaan yang ada di kota Bengkulu.
Memang pada awal kami menawarkan stiker ini alumni-alumni tersebut membelinya dengan harga standar namun setelah kami sampaikan maksud dan tujuan menawarkan stiker ini kemudian menunjukkan undangan dan proposal kegiatan, para alumni tersebut malah menarik kembali uangnya dan membelinya dengan harga tak wajar yaitu mencapai Rp 100-300 ribu untuk 1-3 buah stiker berukuran 8 x 7 cm ini hingga kami pun memperoleh sejumlah dana yang melebihi cukup untuk keberangkatan kami.
Walaupun cara ini terkesan instan namun inilah satu-satunya cara memperoleh dana untuk biaya keberangkatan kami dalam kondisi mendesak (bisa ditiru juga sama kawan-kawan kalo mau dan dalam kondisi kepepet. Hahaha…). Namun dari pengalaman itu ternyata membawa manfaat besar bagi kami karena dengan begitu kami dapat bersilaturahmi, mengetahui dan mengenal lebih banyak lagi alumni-alumni KS UNIB berbagai angkatan. Setelah memperoleh dana yang cukup, kami pun langsung membeli tiket pesawat untuk selanjutnya berangkat pada keesokan harinya.
Kongres pertama yang dilaksanakan di gedung Graha Insan Cita (GIC), Depok menyimpan kesan tersendiri buat saya pribadi sebab melalui kongres tersebut pengalaman dan wawasan saya bertambah serta untuk pertama kalinya saya bisa bersilaturahmi dengan kawan-kawan kessos se-Indonesia yang luar biasa, yang saya yakini merupakan calon-calon pemimpin bangsa di masa depan yang memiliki kepekaan yang tinggi atas permasalahan yang dihadapi negeri ini. Mereka diantaranya ada Hilman (UNPAD), Aziz Suhendar (UGM), Prast (UIN Jogja), Eko (UNPAD), Rully (UNEJ), Joko (STKS), Mujahidin (UMSU), Ilham (STIKS Talamanrea Makassar), Sarta (UIN Jakarta) Yogi (UI), Zia (UIN Jakarta), Ulfa (STIKS Talamanrea Makassar), Lintang (UGM), Aminus (UNCEN, Papua) dan lain-lain.
Dalam kegiatan tersebut saya juga menyempatkan diri berdiskusi tentang perkembangan bidang keilmuan kessos di masing-masing kampus dan juga bertukar pikiran tentang banyak hal termasuk juga perkembangan HMJ di masing-masing kampus.
Dengan terbentuknya FORKOMKASI pada tahun 2011 ini di bawah pimpinan Achmad Hilman Musanna (UNPAD) sebagai ketua Dewan Formatur terpilih, saya yakin ini merupakan salah satu awal untuk menyatukan mahasiswa ilmu kesejahteraan sosial Indonesia dan juga sebagai wadah pergerakan mahasiswa kessos untuk dapat berpartisipasi mewujudkan Indonesia yang sejahtera. Apalagi dengan dukungan kawan-kawan pengurus yang luar biasa akan menambah kekuatan organisasi yang baru lahir ini. Terbukti dengan perjuangan beliau bersama kawan-kawan di Pusat yang membawa FORKOMKASI sebagai salah satu anggota Konsorsium Pekerjaan Sosial Indonesia (KPSI).
Di kepengurusan generasi pertama ini tidak banyak hal yang bisa saya lakukan, namun dari kongres Depok tersebut saya telah berkomitmen untuk membesarkan FORKOMKASI ini di Sumatera serta membantu di kepengurusan Regional Sumatera yang pada saat itu dikomandoi oleh Bang Mujahidin (UMSU) sebagai DF Sumatera.
Sebuah amanah besar menjadi pengurus FORKOMKASI generasi ke-II
Selanjutnya di Kongres II Makassar saya pun kembali berangkat mewakili HIMA KS FISIP UNIB untuk mengikuti kegiatan kongres di sana bersama Ardean seorang adik tingkat yang juga sekretaris saya di kepengurusan HIMA KS FISIP UNIB periode kedua. Pada kongres kedua ini saya tidak lagi mendapatkan kesulitan anggaran sebab setelah kongres pertama yang lalu untuk pengiriman delegasi kegiatan Kongres FORKOMKASI telah saya masukkan dalam rancangan anggaran dan agenda kerja tetap HIMA KS FISIP UNIB. Memang dananya tidak seberapa namun paling tidak sedikit membantu untuk memberangkatkan delegasi HIMA KS FISIP UNIB ke depannya di setiap kegiatan kongres FORKOMKASI.
Mengunjungi Pulau Sulawesi tepatnya di kota Makassar merupakan pengalaman pertama buat saya sebab di ranah ibu pertiwi ini jejak kaki saya selama ini hanya sebatas pulau Jawa saja, namun pada kesempatan kali ini saya berhasil menginjakkan kaki di pulau Sulawesi, sebuah harapan yang telah lama saya impikan.
Kongres II Makassar yang telah dilaksanakan di Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) Kota Makassar pada tanggal 31 Maret – 02 April 2012 yang lalu telah memilih dan menetapkan kepengurusan generasi ke-II untuk meneruskan estafet organisasi dalam rangka menyamakan visi dan misi mencapai tujuan bersama demi mewujudkan Kesejahteraan sosial di Indonesia.
Dalam kongres tersebut saya juga merupakan salah satu yang diberi amanah besar untuk menjalankan roda organisasi ini sebagai Dewan Formatur (DF) di Regional Sumatera yang saya sendiri tidak pernah menyangka sebelumnya. Mengemban amanah dan kepercayaan dari kawan-kawan kessos se Indonesia menjadi salah satu Dewan Formatur FORKOMKASI di Regional Sumatera untuk masa bakti 2012-2013 merupakan suatu kebanggaan sekaligus tantangan sangat besar, sebab saya yang notabenenya memang senang berorganisasi pada saat bersamaan juga sedang mengemban amanah besar di 4 organisasi berbeda di Kota Bengkulu baik di eksternal maupun internal kampus yang salah satunya sebagai Ketua Umum HIMA KS FISIP UNIB periode kedua, sehingga kondisi seperti itu menuntut saya untuk bekerja lebih ekstra. Namun hal itu tidak mematahkan semangat saya untuk tetap menjalankan amanah dan tugas secara profesional karena saya selalu meyakini berorganisasi bukanlah bekerja sendiri akan tetapi bekerja dengan tim sehingga tidak ada kata sulit.
Menjalankan roda organisasi di Regional Sumatera dimana cakupannya wilayah teritorialnya cukup luas karena terdiri dari 3 kampus yaitu Universitas Bengkulu (UNIB), Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) dan IAIN Ar-Raniry Aceh yang berada di provinsi yang berbeda dan jaraknya saling berjauhan memang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Untungnya di kepengurusan ini saya bersama teman-teman di Sumatera diantaranya Munawar (IAIN Ar-Raniry, Aceh), Afrizal (UMSU) dan pengurus regional Sumatera yang lainnya mencoba terus melakukan pergerakan dan membangun koordinasi.
Dengan adanya persoalan jarak antara Aceh, Medan dan Bengkulu yang saling berjauhan dan untuk menempuh perjalanan ke tiga provinsi tersebut bisa ditempuh melalui jalur darat namun menghabiskan waktu berhari-hari di jalan, sedangkan untuk jalur udara harus transit dahulu di Jakarta yang tentunya akan menghabiskan banyak biaya. Dengan adanya keterbatasan itu maka kami mencoba formulasi terbaru dengan mengembangkan sistem desentralisasi yang mana dalam setiap pelaksanaan program kerja Regional Sumatera dilaksanakan di daerah masing-masing.
Selain itu untuk memperkuat komunikasi antar daerah di Regional Sumatera saya mengambil inisiatif untuk mengembangakan sekaligus memaksimalkan sistem online. Untuk pertama kalinya di FORKOMKASI Regional Sumatera menggunakan sistem online tersebut dalam memperkuat koordinasi. Sistem online ini sendiri dimulai dari pembuatan group Facebook Regional Sumatera. Untuk menyebarkan berbagai macam informasi maka group ini juga merupakan wadah yang selalu di gunakan oleh kawan-kawan regional Sumatera. Selain itu untuk memperkuat masifitas organisasi dalam setiap rapat-rapat regional kami juga menggunakan sarana online ini.
Dalam rangka menjalankan proses regenerasi FORKOMKASI di Sumatera kami selalu berkomitmen untuk memperkenalkan organisasi ini kepada setiap mahasiswa baru baik di UNIB, UMSU maupun IAIN Aceh. Di Bengkulu sendiri karena saya juga menjabat ketua Umum HIMA KS FISIP UNIB, maka dalam setiap materi pengenalan HIMA yang saya sampaikan tidak lupa selalu saya selipkan materi khusus mengenai FORKOMKASI. Harapan saya selain mahasiswa baru KS UNIB bisa mengenal HIMA KS juga mereka dapat mengetahui tentang FORKOMKASI.
Selanjutnya di bidang akademik kami juga telah mengadakan kegiatan diskusi publik dengan mengundang pembicara nasional dan pembicara lokal diantaranya dari Kementerian Sosial RI, Dinas Kesejahteraan Sosial Provinsi Bengkulu dan Dosen jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP UNIB membahas mengenai tema “Relevansi Pekerja Sosial Dalam Sektor Pemerintahan” yang telah dilaksanakan pada tanggal 08 Februari 2008 yang lalu di Universitas Bengkulu (UNIB). Kegiatan itu dihadiri oleh pendahulu FORKOMKASI Mas Eko Kurnia Saputra, S.Sos yang juga kami berikan kehormatan untuk menjadi salah satu pemateri dalam diskusi publik tersebut.
Diskusi publik tersebut pada intinya membahas mengenai eksistensi profesi peksos di indonesia, peluang-peluang peksos dalam sektor pemerintahan, serta rancangan undang-undang peksos. Kegiatan tersebut tidak hanya diikuti oleh seluruh mahasiswa KS angkatan 2008-2012, tetapi juga mahasiswa umum, BEM seluruh universitas yang ada di Kota Bengkulu baik negeri ataupun swasta, alumni, serta Sakti Peksos yang ada di Bengkulu. Kemudian kami juga melaksanakan salah satu program kerja yang telah dilaksanakan waktu kejadian bencana di Sumatera. Kegiatan yang lebih tepatnya disebut bakti sosial tersebut kami laksanakan dengan mengumpulkan bantuan untuk membantu korban gempa bumi sumatera. Untuk Teknis pelaksanaan pengumpulan bantuan dilaksanakan di masing-masing kampus (UNIB, UMSU, IAIN Ar-Raniry Aceh) kemudian disalurkan dengan korban gempa. Di Bengkulu sendiri kegiatan tersebut kami laksanakan di beberapa titik sentral seperti di gerbang kampus UNIB dan juga di pusat kota yaitu di simpang lima. Hasil yang kami peroleh kemudian kami salurkan langsung ke pos peduli gempa sumatera yang ada di Bengkulu.
Saya menyadari organisasi ini di tataran regional tidak akan kuat kalau hanya bergerak sendiri maka dari itu, dalam melakukan pengembangan organisasi tidak lupa pula saya mencoba menjalin relasi dengan Ikatan Pekerja Sosial Profesional Indonesia (IPSPI) perwakilan Bengkulu salah satunya dengan menggandeng ketuanya langsung yaitu Drs. Cucu Syamsudin, M.Si sebagai dewan Pembina FORKOMKASI Regional Sumatera.
Selain itu di Bengkulu khususnya saya juga membangun relasi dengan beberapa stakeholder lainnya diantaranya adalah Dinas Kesejahteraan Sosial Provinsi Bengkulu, Dinas sosial Kota Bengkulu, BEM FISIP UNIB dan beberapa NGO yang ada di kota Bengkulu.
Dalam menjalankan sebuah organisasi yang besar seperti FORKOMKASI, tentunya saya menyadari tugas seorang DF bukan hanya mengawasi dan mengontrol kepengurusan di regional saja tetapi juga menjalankan fungsi enabler sebagai penghubung dengan pengurus di tataran yang lebih tinggi yaitu dengan cara menjalin koordinasi dengan pengurus pusat maupun DF masing-masing pulau. Oleh karena itu setiap ada kendala di regional, saya pun selalu berusaha mengkomunikasikannya kepada Ketua DF Agung Prastowo dan juga meminta saran dari DF lain sekaligus juga bertukar pendapat tentang kondisi kekinian kepengurusan di tiap-tiap regional.
Perjuangan Panjang Mewujudkan Kongres III Bengkulu
Berawal dari keinginan untuk memperkenalkan kota kecil tempat saya dilahirkan ini kepada seluruh kawan-kawan kessos se-Indonesia yang pada umumnya masih penasaran dengan kondisi kota Bengkulu yang belum pernah mereka kunjungi. Maka saya berniat menjadikan Regional Sumatera khususnya Bengkulu sebagai tuan rumah penyelenggaran kongres III. Memang bukan perkara yang mudah untuk melaksanakan kegiatan sebesar itu apalagi untuk meyakinkan kawan-kawan di Bengkulu dan saya sangat menyadari akan hal itu tetapi niat tersebut seakan tidak bisa di bendung lagi. Tekad itu seolah-olah sudah merasuk dalam otak saya untuk memperkenalkan Bengkulu kepada seluruh kawan-kawan se-Indonesia. Oleh karena itu saya mencoba untuk menyampaikan keinginan untuk menjadikan Bengkulu khususnya Universitas Bengkulu (UNIB) sebagai tuan rumah pelaksanaan kongres III kepada teman-teman di kepengurusan HIMA yang saya pimpin.
Pada awalnya di kepengurusan HIMA tersebut terpecah 2 kongsi ada yang setuju dan ada juga yang tidak mengingat pendanaan yang begitu sulit. Memang saya menyadari setiap mengadakan kegiatan pasti hal yg terus dibenturkan adalah masalah pendanaan apalagi untuk melaksanakan kongres III tersebut pihak kampus tidak mempunyai anggaran untuk kegiatan ini sedangkan dari FORKOMKASI sendiri pada dasarnya memang juga tidak menyediakan bantuan anggaran. Namun bagi saya dengan alasan tersebut bukan berarti UNIB tidak mampu mengadakan kegiatan itu dan alasan seperti itu juga begitu klasik yang entah mengapa sejak dulu otak saya tidak pernah mau menerima alasan seperti itu.
Oleh karena itu sayapun tidak pernah patah semangat dan saya terus berusaha sampai pada akhirnya saya mampu meyakinkan kawan-kawan di pegurusan HIMA KS UNIB untuk mewujudkan rencana saya ini. Setelah mendapat persetujuan dari kawan-kawan di kepengurusan HIMA saya pun mencoba mendiskusikan hal ini kepada para pendahulu saya di kampus yang biasa disebut dengan nama senior. Hehe… Mendengar ide tersebut ternyata para seniorku itu mendukung penuh niat baik itu untuk menjadikan Bengkulu sebagai tuan rumah pelaksanaan Kongres III walaupun mereka menyadari nantinya tidak bisa membantu secara penuh kegiatan tersebut. Bagi saya itu tidak menjadi masalah karena yang saya butuhkan adalah dukungan moril.
Berbekal dukungan dari kawan-kawan di kepengurusan HIMA dan senior-seniorku dengan semangat yang terus menggebu-gebu akupun berangkat ke kota Jember, Jawa Timur untuk mengikuti kegiatan rakornas FORKOMKASI sekaligus menyampaikan niatku ini dengan teman-teman se Indonesia.“Dimana Ada Kemauan Disitu Ada Jalan” mungin itu merupakan peribahasa yang tepat sekali untuk menggambarkan rasa bahagia saya yang pada saat itu hanya berangkat sendiri mewakili UNIB dan juga Regional Sumatera. Betapa tidak, ternyata 99% peserta Rakornas yang hadir pada saat itu setuju dengan kesediaan Bengkulu menjadi tuan rumah pelaksanaan kongres III FORKOMKASI.
Pasca Rakornas Jember yang telah menetapkan Bengkulu sebagai tuan rumah pelaksanaan Kongres III FORKOMKASI tahun 2013, maka saya pun mengambil langkah cepat untuk segera membentuk kepanitiaan kongres melalui rapat besar HIMA KS FISIP UNIB. Melalui rapat tersebut maka terbentuklah panitia kongres III Bengkulu yang terdiri dari gabungan angkatan 2010, 2011 dan 2012. Kemudian hasil rapat itu juga menetapkan triple A (Arif, Alfha dan Azis) sebagai SC kegiatan Kongres III Bengkulu.
Selanjutnya untuk memperkuat community building panitia yang telah terbentuk, maka saya bersama 2 orang sahabat saya tersebut melakukan training terhadap panitia selama 1 minggu. Ternyata seiring berjalannya waktu, pembentukan panitia ini tidak serta merta berjalan mulus. Di tengah perjalanan ternyata ketua panitia terpilih mengundurkan diri dengan alasan yang tidak jelas. Kami sebagai SC pun sangat kecewa dengan keputusan ketua panitia terpilih tersebut.
Terlepas dari itu kami sebagai SC tidak dapat berbuat banyak untuk mempertahankan apalagi memaksa ketua panitia tersebut agar tetap bertahan karena nantinya akan berdampak negatif terhadap anggota panitia lain yang pada umumnya memiliki semangat yang tinggi untuk melaksanakan kegiatan Kongres III ini. Untuk menyelamatkan panitia dan menghindari kekosongan ketua panitia maka saya berinisiatif untuk mengambil alih kepanitiaan untuk sementara waktu hingga nantinya terpilih ketua panitia yang baru. Pada akhirnya berdasarkan rapat luar biasa yang dilakukan panitia dan SC maka diperolehlah kesepakatan untuk mengangkat Meike Inda Erlina sebagai ketua panitia yang baru yang sebelumnya merupakan sekretaris panitia.
Ternyata perjuangan untuk melaksanakan kongres tersebut tidak berhenti sampai di situ saja, tantangan terbesar datang kembali dari pihak fakultas dan jurusan yang pada awalnya sangat mendukung kegiatan tersebut tiba-tiba berubah menjadi sebaliknya. Alasannya karena berdasarkan hasil analisa dan rekapitulasi dana riil mengacu pada konsep dan run down acara yang ditawarkan SC dan panitia menembus angka yang fantastis dan cukup besar, sedangkan jurusan dan fakultas sama sekali tidak memiliki anggaran untuk membantu kegiatan tersebut, kalaupun ada jumlahnya hnya sedikit tidak melebihi 10% dari jumlah dana yang dibutuhkan.
Oleh karena itu mereka tidak mau mengambil resiko jika kegiatan tersebut tidak berjalan sebagaimana yang direncanakan. Akan tetapi sama seperti sebelumnya bukan bermaksud lebih pintar dari mereka ataupun memberontak akhirnya kami pun tidak mau menerima dengan alasan klasik itu. Bagi saya selagi ada kemauan pasti ada jalan itulah yang selalu saya yakini dalam setiap melaksanakan kegiatan. Memang pada dasarnya konsep acara yang SC buat bersama panitia sangat berbeda jauh dengan kongres-kongres sebelumnya yang kebanyakan indoor, pada kongres III ini kami berani menawarkan konsep yang bukan hanya di dalam ruangan tetapi juga di lapangan dimana perubahan run down acara tersebut membutuhkan tambahan biaya ekstra.
Apalagi dari dengan jumlah hari yang kami jadwalkan untuk kegiatan tersebut lebih lama yaitu selama 1 minggu sedangkan untuk biaya registrasi peserta pun tidak berbeda jauh dari kongres sebelumnya di Makassar. Tujuannya adalah demi totalitas sebuah kegiatan, sehingga bisa meninggalkan kesan yang baik untuk pihak-pihak yang berpartisipasi dalam kegiatan tersebut teutama untuk peserta kongres nantinya. Oleh karena itu untuk mempertahankan kegiatan kongres ini tetap berjalan dengan baik, maka kami dari SC pun mencoba meyakinkan kembali pihak jurusan dan fakultas dengan menyatakan siap bertanggung jawab penuh atas kegiatan tersebut. Memang sebuah keputusan besar yang penuh tantangan dan beresiko tinggi, namun menurut kami itulah bentuk dari sebuah komitmen dan loyalitas.
Rasa syukur kepada Allah SWT pun tak terhenti kami ucapkan karena dengan perjuangan selama 6 bulan terakhir sebelum hari pelaksanaan kongres tersebut kami pun berhasil menjawab semua tantangan besar tersebut terutama untuk meyakinkan pihak fakutas dan jurusan. Dengan memaksimalkan relasi dan stakeholder yang kami miliki pada akhirnya kendala terbesar yang selalu tidak luput dari perbincangan seluruh pihak yaitu pendanaan tidak lagi menjadi masalah dengan adanya dukungan dari para stakeholder terutama seperti DIKTI, UNIB, Pemprov Bengkulu, Pemkot Bengkulu, Pemkab Kepahiang dan pihak-pihak sponsor lainnya.
Namun sayangnya di balik kesiapan yang dimiliki oleh SC dan Panitia tersebut ternyata kendala yang tidak kalah besar kembali hadir melalui hasil rapat online FORKOMKASI yang diadakan sebulan sebelum kegiatan dimana rapat tersebut diikuti oleh lebih dari 85% mahasiswa perwakilan kampus-kampus anggota tetap FORKOMKASI di seluruh Indonesia. Kesimpulan rapat tersebut sebagian besar kampus menyepakati untuk mengundur kegiatan tersebut dari awalnya direncanakan pada tanggal 10-14 Juni 2013 diundur menjadi bulan September 2013.
Adanya keputusan tersebut didasari oleh alasan bahwa tanggal tersebut berbenturan dengan jadwal UAS sebagian besar kampus yang dikhawatirkan akan berpengaruh pada jumlah peserta kongres yang akan hadir nantinya. Melihat kenyataan tersebut rasa kecewa pun baik dari SC maupun Panitia tak dapat dipungkiri lagi, namun kamipun tidak bisa berbuat banyak atas keputusan tersebut. Namun terlepas dari itu SC dan Panitia tidak menyerah begitu saja dan memilih tetap berkomitmen untuk melaksanakan kongres tersebut dengan segala konsekuensi terutama untuk meyakinkan kembali seluruh stakeholder dan sponsor.
Setelah berjuang menghadapi seluruh rentetan rintangan, masalah, hambatan dan tantangan yang ada, maka pada tanggal 11-15 September 2013 kongres III Bengkulu akhirnya kongres III FORKOMKASI pun terlaksana dengan baik sesuai dengan apa yang diharapkan sebelumnya. Kegiatan tersebut di awali dengan acara pembukaan yang dilaksanakan pada tanggal 11 September 2013 di Ruang Rapat Utama Rektorat Universitas Bengkulu (UNIB dan dibuka langsung secara simbolik oleh Kepala Dinas Kesejahteraan Sosial Propinsi Bengkulu, Rektor UNIB, Kabadiklit Kemensos RI, Gubernur Bengkulu, Bupati Kabupaten Kepahiang, Ketua IPPSI, Sekjen KPSI & Ketua DF Forkomkasi periode 2012-2013.
Selanjutnya kegiatan pembukaan tersebut juga dihadiri oleh Perwakilan Komisi 3 dan Komisi 4 DPRD Provinsi Bengkulu, Pimpinan FISIP UNIB, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Wakil Rektor Bidang Akademik, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu, Kepala Dinas Tenaga Kerja Provinsi Bengkulu, Pimpinan beberapa LSM di kota Bengkulu, Sakti Peksos Bengkulu, Dosen KS UNIB, BEM universitas se-Kota Bengkulu, Mahasiswa Kesejahteraan Sosial se-Indonesia (yang juga merupakan peserta kongres), Mahasiswa Kesejahteraan Sosial FISIP UNIB perwakilan berbagai angkatan dan mahasiswa umum.
Dengan hadirnya tamu-tamu besar pada pembukaan Kongres III Bengkulu yang berasal dari berbagai elemen tersebut juga membuktikan bahwa FORKOMKASI memiliki daya tawar yang tinggi terutama di Provinsi Bengkulu. Adanya kekuatan dan eksistensi FORKOMKASI di regional Sumatera tidak terlepas dari perjuangan kawan-kawan pengurus di Regional Sumatera, SC dan Panitia yang telah bekerja keras untuk mengenalkan dan mempromosikan organisasi ini melalui kegiatan-kegiatan sebelumnya dan juga kegiatan Kongres III tersebut.
Acara pembukaan selanjutnya di lanjutkan dengan kegiatan Seminar Nasional dengan tema “Enterpreneur Sebagai Solusi Pembangunan dan Kesejahteraan” dengan pemateri Ir. Ciputra (Tokoh Enterpreneur Nasional), Bapak Drs. Bando Amin C Kader MM (Bupati Kabupaten Kepahiang), Dr. Ir. R. Harry Hikmat, M.Si (Kabadiklit Kemensos RI), DR.Soni Akhmad Nulhaqim S.Sos.M.Si (Ketua Ikatan Pendidik Pekerjaan Sosial Indonesia), dan Ibu Miryam Nainggolan P.Si, MSW (Sekjen konsorsium Pekerjaan Sosial Indonesia). Kegiatan seminar tersebut berlangsung selama hampir kurang lebih 2,5 jam dikarenakan dikarenakan menariknya pembahasan dan juga antusias peserta seminar melalui tanya jawab.
Sebelum menuju ke lokasi kongres di Gedung Balai Pelatihan Kesehatan (Bapelkes) Provinsi Bengkulu, peserta diajak menuju Feel Resto. Di sana panitia telah menyiapkan santapan siang untuk para peserta kongres di ikuti dengan pementasan musik akustik, hiburan, stand up comedy, dan dilanjutkan dengan perkenalan masing-masing peserta Kongres. Tujuan dari item acara tersebut adalah untuk membentuk dinamika kelompok dan keakraban di antara peserta kongres. Setelah item acara tersebut kemudian peserta diajak menuju gedung Balai Pelatihan Kesehatan (Bapelkes) Provinsi Bengkulu untuk melaksanakan agenda tetap kongres yaitu Persidangan. Sidang tersebut dilaksanakan di aula gedung Balai Pelatihan Kesehatan (Bapelkes) Provinsi Bengkulu yang dipimpin oleh 3 orang presidium sidang tetap yaitu Dian Sari Seruni (UMSU), Alba Akbar Syachbana (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), Siti Nurjanah (STIKS Talamanrea Makassar).
Sidang tersebut pada awalnya berlangsung kaku dikarenakan presidium sidang maupun peserta sidang merupakan generasi-generasi baru yang notabenenya belum pernah mengikuti agenda kongres sebelumnya namun setelah dibimbing oleh ketua DF Agung Prastowo (UIN Suka Jogja), beserta beberapa kawan-kawan lainnya diantaranya Fajar (UNPAD), Alfha (UNIB), Azis (UNIB), Mega Silvana (UGM), Aan (UIN Suka Jogja), Ipah Rosipah (UNPAS) dan lain-lain suasana kongres pun menjadi lebih hidup dan bersemangat.
Pada siang tanggal 14 November 2013 rangkaian acara kongres dilanjutkan dengan mengunjungi komunitas nelayan “Serumpun” di daerah Pelabuhan Pulau Baii Kota Bengkulu kemudian field trip mengunjungi objek-objek wisata di dalam Kota Bengkulu. Keesokan harinya tanggal 15 September 2013 peserta kongres pun diajak mengunjungi Kabupaten Kepahiang yang menempuh perjalanan selama 2,5 jam lebih dari Kota Bengkulu. Adapun agenda yang dilaksanakan adalah kuliah umum bersama Pemerintah Kabupaten Kepahiang sekaligus melihat potensi daerah dan mengunjungi objek-objek wisata yang berada di Kabupaten Kepahiang.
Di sisi lain melalui Kongres III Bengkulu ini juga akhirnya Ketua DF 2012-2013 Agung Prastowo dan seluruh jajarnnya termasuk saya sendiri sebagai DF Regional Sumatera harus mengakhiri perjuangan sebagai pengurus generasi ke-II untuk kemudian digantikan oleh generasi selanjutnya. Berat memang ketika harus melepas tanggung jawab sebagai pengurus yang telah memberikan banyak pengalaman dan pembelajaran ini. Tetapi saya sadar bahwa setiap awal pasti memiliki akhir begitupun dengan kepengurusan generasi ke-II ini yang harus berakhir bertepatan dengan terlaksananya Kongres III Bengkulu, namun estafet organisasi harus tetap dilanjutkan oleh pengurus baru generasi selanjutnya. Pada saat itu terpilihlah Ketua Umum FORKOMKASI yang baru Devita Murni (STKS Bandung). Sebuah sejarah baru bagi FORKOMKASI dimana kaum hawa untuk pertama kalinya terpilih sebagai ketua umum di organisasi ini. Namun terlepas daripada itu kami sebagai pengurus demisioner tetap yakin dan optimis pengurus generasi ke-III mampu membawa FORKOMKASI ke depannya lebih baik lagi dari sebelumnya.
Harapan Besar untuk FORKOMKASI
Pada dasarnya membangun sebuah organisasi menjadi organisasi besar yang dan memiliki bargaining position yang kuat tidak bisa dilakukan oleh salah satu pihak ataupun ketuanya saja akan tetapi perlu dukungan semua pihak, begitu juga dengan FORKOMKASI untuk membangunnya menjadi organisasi yang besar diperlukan dukungan dari seluruh pengurus lainnya dan khususnya pengurus di tataran regional beserta anggotanya, karena tidak dapat dipungkiri kekuatan terbesar FORKOMKASI bergantung pada kekuatan di regional.
Berkembangnya FORKOMKASI di Regional Sumatera terutama yang sangat saya rasakan di Bengkulu tidak terlepas dari dukungan semua pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini saya mengucapkan ribuan terima kasih kepada seluruh stakeholder yang tidak dapat disebutkan satu persatu dimana telah banyak membantu terutama kepada pengurus FORKOMKASI pusat dan kawan-kawan pengurus FORKOMKASI Regional Sumatera baik yang berada di UNIB, UMSU dan IAIN Ar-Raniry Aceh.
Sebagai salah satu orang yang memiliki keterlibatan langsung dalam perumusan FORKOMKASI pada kongres pertama di Depok hingga sekarang dan juga menjadi seorang demisioner pengurus FORKOMKASI generasi ke-II tentunya telah memberikan banyak pengalaman, pembelajaran dan wawasan khususnya buat saya pribadi. Apalagi melalui organisasi ini saya dapat bertemu dan mengenal lebih banyak lagi mashasiswa-mahasiswa Kessos dari seluruh Indonesia yang memiliki semangat yang luar biasa. Selain itu juga organisasi ini telah berjasa mengantarkan saya dan kawan-kawan yang lainnya untuk berpetualang menjelajahi negeri ini serta mempelajari setiap budaya-budaya lokal masyarakat Indonesia.
Rasanya belum puas untuk tetap berkecimpung di organisasi ini, namun hal tersebut tidak mungkin karena harus ada regenerasi kepengurusan demi keberlangsungan organisasi ini ke depan. Meskipun saya tidak bisa lagi terlibat langsung dalam kepengurusan FORKOMKASI, namun saya menyadari masih memiliki tanggung jawab moral untuk regenerasi selanjutnya. Hal ini tidak bisa saya abaikan begitu saja karena hidup atau matinya organisasi ini terutama di Regional Sumatera yang sekarang menjadi Regional Bengkulu dan Regional Sumbagut merupakan salah satu tanggungjawab besar saya sebagai pengurus demisioner DF Sumatera. Oleh karena itu tanggung jawab tersebut saya laksanakan dengan tetap membimbing, mengontrol dan mengikuti terus perkembangan FORKOMKASI di Sumatera.
Tentunya dengan ini saya dan kawan-kawan yang lainnya berharap banyak kepada pengurus FORKOMKASI generasi ke-III dan seterusnya agar dapat melanjutkan perjuangan generasi sebelumnya untuk menjalankan estafet organisasi ini agar ke depannya dapat tumbuh dan berkembang menjadi sebuah organisasi yang besar dan mandiri. Cita-cita tersebut tentu dapat terwujud jika adanya kesadaran dan kemauan untuk saling mendukung antara pengurus pusat dengan dengan pengurus di regional kemudian sama-sama bekerja keras dan menjalin koordinasi, apalagi didukung oleh adanya sumberdaya luar biasa yang dimiliki oleh mahasiswa-mahasiswa KS di Indonesia bukan suatu yang mustahil.
Hiduuup FORKOMKASI!!!
Hiduuup Mahasiswa Kesejahteraan Sosial Indonesia!!!
*Oleh: Arif Rahman H, Alumni Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial Universitas Bengkulu (UNIB).
Dewan Formatur FORKOMKASI Perwakilan Sumatera Periode 2012-2013
—
Kutipan: “Ilmu bagaikan hewan buruan, dan tulisan/pena adalah ibarat tali pengikatnya. Oleh karena itu ikatlah hewan buruanmu dengan tali yang kuat” [Imam Syafi’i]
Dipublikasikan otomatis secara terjadwal oleh WordPress pada hari Senin, 02 November 2015 pukul 15.00 waktu Jepang