Lika-Liku FORKOMKASI di Makassar*

Lika-Liku FORKOMKASI di Makassar*
Kongres ke-II di Makassar sepertinya memiliki banyak hal yang harus menjadi perhatian dan konsentrasi pengembangan kita sebagai mahasiswa kesejahteraan sosial. Makassar sebagai tuan rumah kongres ke-II FORKOMKASI, sejak awal ditetapkannya Makassar menjadi tuan rumah, tentu ini menjadi titik awal lahirnya jiwa Peksos di Sulawesi khususnya di daerah Makassar.
Ilham Supiana dan Fadlyana Ulfa Faisal yang diberi mandat dalam lahirnya FORKOMKASI pertama di Jakarta utusan dari Sulawesi (Makassar), dengan tugas yang baru kami dapatkan, ini tentu menjadi sebuah amanah baru yang harus dijalankan.
Munculnya info kongres pertama dari Jakarta kepada kami itu tidak terlepas dari jejaring sosial (facebook) sesama aktifis kampus yang bernaung dalam payung kesejahteraan sosial. Keberangkatan kami berdua ke Jakarta untuk mengikuti kongres ingin melihat sampai sejauh mana perkembangan kessos di Indonesia, dan berharap ada kongres ke-II, dan kongres selanjutnya harus di Makassar.
Pertemuan mahasiswa kesos se Indonesia dari berbagai kampus, tentulah memberikan warna yang lebih menarik. Ide dan pemikiran tentang model pembelajaran ilmu kessos di setiap kampus tentulah berbeda-beda, namun dengan perbedaan itu. Kami tahu banyak hal tentang ilmu kessos yang ada di perguruan tinggi.
Proses kepengurusan kami dalam pengembangan FORKOMKASI di Sulawesi khususnya di Makassar. Menjadi titik awal kebangkitan kessos di Sulawesi dengan membangun komunikasi antar perguruan tinggi di Makassar. Info yang kami dapatkan, ilmu kessos yang ada di perguruan tinggi Makassar berjumlah dua universitas yaitu: STIKS Tamalanrea Makassar dan UIN Alauddin Makassar.
Membangun komunikasi dengan perguruan tinggi lain tentulah memiliki banyak kendala dengan membentuk FORKOMKASI Regional Sulawesi, untuk mengawali lahirnya FORKOMKASI di Makassar kami mengadakan Seminar Nasional dengan pembicara: Dr. Hj. Sahawiyah Abdullah, M.Si. (Staf Ahli Kemensos), Suwandi Mahendra (Kepala Dinas Sosial Prov. Sulawesi Selatan), Hilman (Ketua umum FORKOMKASI 2011-2012), dan sebagai moderator Dr. Ronawati Anasiru, M.si (Ketua IPSPI Sulawesi Selatan).
Dari hasil Seminar Nasional tersebut, kami yakin bahwa dengan banyak kekuatan yang bersatu akan mampu meningkatkan sinergitas antara perguruan tinggi kessos. Selain itu, kami juga menyarankan untuk melaksanakan pertemuan antara ketua umum FORKOMKASI dengan Pengurus BEM STIKS dan Pengurus HMJ UIN Alauddin Makassar. Dengan memaksimalkan waktu yang ada kami pun menyepakati bahwa Makassar siap menjadi tuan rumah kongres ke-II FORKOMKASI di Makassar.
Agenda ini pun kami bahas dalam rapat dengan Pengurus Regional se Indonesia, Hilman selaku Ketua Umum FORKOMKASI, Ilham Supiana (Regional Sulawesi), Sarta (Regional Jawa), Mujahidin (Regional Sumatera), Mishry (Regional Kalimantan) dan Aminus (Regional Papua). Rapat tersebut menyepakati bahwa Makassar yang ditetapkan sebagai tuan rumah kongres ke-II FORKOMKASI.
Dari hasil rapat dengan kawan-kawan regional, saya membawa agenda ini ke teman-teman pengurus BEM STIKS Tamalanrea Makassar dan Pengurus HMJ UIN Alauddin untuk mempersiapkan segala yang dibutuhkan dalam kongres di Makassar. Langkah awal yang kami laksanakan yaitu dengan membentuk kepanitiaan, melakukan koordinasi dengan masing-masing perguruan tinggi kessos, membuat proposal kongres, melakukan koordinasi dengan lembaga pemerintahan maupun swasta, lembaga sosial, media, serta sponsor kegiatan dan berbagai pihak yang dibutuhkan dalam persiapan kongres.
Kongres ke-II di Makassar bersamaan dengan rencana penetapan harga BBM
Menjelang persiapan kongres di Makassar, 5 hari sebelum pelaksanaan kongres menjadi dilema dan problem serta menjadi diskusi dengan kawan-kawan regional, apakah ditunda atau sesuai rencana awal ini diakibatkan dengan waktu penetapan harga BBM oleh pemerintah. Ini menjadi perhatian oleh para kaum buruh dan mahasiswa dengan menolak rencana kenaikan harga BBM tersebut.
Dengan melihat kondisi kesiapan panitia kongres ke-II FORKOMKASI dan kawan-kawan regional lain tidak mempermasalahkannya maka sesuai rencana awal kongres tetap berlangsung dengan waktu dan tempat dari rencana awal. Pengurus dan peserta mulai berdatangan dari bandara Sultan Hasanuddin Makassar, panitia telah siap untuk menjemput peserta dari bandara. Dan membawa ke rumah ketua STIKS Tamalanrea Makassar yang digunakan sebagai sekretariat panitia dan tempat istirahat peserta.
Peserta dipindahkan dari rumah Ketua STIKS ke Balai Diklat Kemensos RI. Dan Harus berjalan kaki 300 meter bukan karena panitia tidak bisa mengatarnya melainkan jalanan macet akibat demonstrasi penolakan harga kenaikan BBM hingga larut malam, tak terelakkan lagi gerimis dan becek menjadi suatu kenangan yang menarik oleh pengurus, panitia dan peserta.
Semua peserta, pengurus dan panitia yang bertugas menuju Balai Diklat Kesos RI (BBPPKS RI) Regional Sulawesi. Semua peserta menuju kamar masing-masing sambil menunggu info makan malam.
Audensi dengan Media
Beberapa panitia dan pengurus FORKOMKASI menuju salah satu media cetak yang ada di Makassar. Dalam perjalanan dari lokasi kongres menuju kantor media, menyisakan pengalaman yang menarik, kami berangkat 10 orang dengan mengendarai 5 unit motor, jalanan sudah mulai sepi kendaraan dialihkan ke jalur lain, kami semua berangkat dari jarak 50 meter terlihat beberapa mahasiswa Makassar mulai menutup jalan di depan kampus mereka, dengan keberanian dan merasa kami bagian dari mereka (mahasiswa) kami lewat saja, sambil berteriak hidup mahasiswa dan direspon beberapa demostran mahasiswa lainnya, sebagian mahasiswa membukakan jalan di depan kami.
Kami menyadari dalam perjalanan entah itu kami diikuti polisi atau tidak, tentulah kami harus waspada karena bertepatan hari rencana penetapan harga kenaikan BBM tepat pukul 24.00 wita beberapa orang di jalan bahkan pengendara memperhatikan kami, apa yang akan kami lakukan dan mau kemana kami, tentulah itu sebagian benak dari orang-orang yang memperhatikan kami. Dan syukurlah, semua berjalan dengan lancar sampai di tujuan.
Kami semua masuk ke ruang tunggu kantor media yang rencana akan menjadi partner kami dalam pemberitaan Kongres ke-II FORKOMKASI. Hal ini tentulah sangat diharapkan oleh semua kawan-kawan demi kemajuan dan perkembangan kessos di masa depan.
Kami diterima oleh salah satu redaksi media dan beberapa orang wartawan: diawali saya untuk membuka pertemuan, dan menjelaksan maksud kedatangan kami di tempat ini (kantor media). Satu per satu pengurus pusat dan regional menjelaskan tentang organisasi yang kami miliki sampai pelaksanaan Kongres ke-II di Makassar.
Suasana keakraban antara dewan redaksi dengan mahasiswa FORKOMKASI tentulah sangat diharapkan, kerjasama dalam pengembangan kessos di Indonesia khususnya Makassar.
Kongres ke-II di Makassar
Pembukaan Kongres ke-II di Makassar yang dibuka oleh Kepala Badiklit Kemensos RI Sulawesi Selatan (Makassar) Bapak Dr. Hayat, M.Si. sebagai langkah awal mahasiswa kessos sebagai mitra pengembangan kessos di Sulawesi khususnya di kalangan mahasiswa.
Agenda yang dipersiapkan dalam rangkaian kongres ke-II di Makassar, Seminar Nasional yang sangat diapresiasi oleh kalangan akademisi, peksos, lembaga kesos dan beberapa panti sosial yang sangat senang dan bangga dapat hadir serta ikut berpartisipasi dalam kegiatan seminar tersebut.
Pembicara dalam Seminar Nasional tentulah dari Kementerian Sosial RI yang dibawakan oleh Bapak Prof. Dr. Sahabuddin, M.Ag. dari Direktorat Bantuan Sosial dan Korban Bencana Sosial, dari akademisi yakni kanda Arqan Azikin, juga Achmad Hilman Musanna (Ketua Umum FORKOMKASI), serta kanda Eko Kurnia Saputra (staf sekretariat Tenaga Ahli Mensos RI) sebagai moderator.
Proses perkembangan kessos sangat terasa pasca berakhirnya penutupan kongres ke-II FORKOMKASI. Tentulah dalam pergantian generasi baru memberi warna dan nuansa baru bagi kepengurusan baru.
Tentang Ilham Supiana di FORKOMKASI
Terima kasih kawan-kawan dengan adanya FORKOMKASI di Makassar, terasa pintu jaringan pengembangan kessos sangat terasa, serta saya sangat merasakan atmosfer perkembangan ilmu kesejahteraan sosial.
Mulai dari membangun hubungan dengan lembaga swasta, lembaga pemerintahan dalam hal ini Dinas Sosial kota Makassar, Dinas Sosial Provinsi Sulawesi Selatan, TAGANA, PMI, panti sosial, dan Balai Diklat Kemesos Makassar, sangat saya rasakan sampai kepada junior-junior saya.
Dan Mereka dilibatkan dalam berbagai kegiatan sosial sampai kesiap-siagaan bencana, pelatihan manajemen konflik bagi mahasiswa, pelatihan karang taruna, pendampingan masyarakat miskin dan gelandangan.
Secara pribadi saya pun melanjutkan pendidikan S2 di STKS (Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial) Bandung dengan mendapatkan Beasiswa Pendidikan sampai biaya hidup dijamin, tentulah ini tidak mudah untuk mendapatkannya tanpa ada usaha dan doa, terlebih lagi kerja keras yang baik dengan membangun mitra.
*Oleh: Ilham Supiana, Alumni Sekolah Tinggi Ilmu Kesejahteraan Sosial (STIKS) Tamalanrea, Makassar-Sulawesi Selatan.
Dewan Formatur FORKOMKASI Regional Sulawesi Masa Bhakti 2011-2012
—
Kutipan: “Ilmu bagaikan hewan buruan, dan tulisan/pena adalah ibarat tali pengikatnya. Oleh karena itu ikatlah hewan buruanmu dengan tali yang kuat” [Imam Syafi’i]
Dipublikasikan otomatis secara terjadwal oleh WordPress pada hari Senin, 26 Oktober 2015 pukul 15.00 waktu Jepang