Urgensi Tarbiyah dalam Dakwah di Jepang*

Urgensi Tarbiyah dalam Dakwah di Jepang*
*Oleh Joko Setiawan, A Social Worker, 32nd Trainee of Asian Social Welfare Worker’s Training Program by Japan National Council of Social Welfare (JNCSW/Zenshakyou)
Sejak akhir bulan Juli kemarin saya tidak lagi tinggal di Tokyo, dikarenakan tengah melaksanakan magang di salah satu lembaga pelayanan dan perlindungan anak di Minami ku, Sagamihara shi, Kanagawa Ken. Perjalanan ditempuh sekitar 2 jam dari Kota Tokyo. Bersyukur sekali karena orang-orang di lembaga tempat saya magang ini sangat menghargai mengenai apapun tentang Indonesia, dan terlebih lagi karena saya seorang muslim, mereka menjaga hal-hal apa yang tidak boleh dimakan/diminum, kapan waktu sholat, dan lain sebagainya.
Menginjak lebih dari 10 hari saya magang di tempat ini, tersiar kabar akan adanya kajian Islam yang berkaitan dengan membangkitkan spirit seorang muslim tentang praktik ke-Islam-annya selama ini, dan menyadari akan sebuah sistem yang perlu dibangun untuk bisa mengajak lebih banyak orang kepada kebaikan-kebaikan yang bersumber dari nilai-nilai Islam yang luhur. Kemudian, saya pun meminta izin kepada lembaga. Sebenarnya ini agak berat, karena pelaksanaan kegiatan tersebut di hari kerja. Namun di luar dugaan, ternyata mereka dengan sangat ramahnya mempersilahkan saya mengikuti kegiatan ke-Islam-an tersebut.
Materinya adalah “Urgensi Tarbiyah” yang saya pikir memang sangat penting, mengingat saat ini di Jepang umat muslim Indonesia sebagai minoritas, maka sudah selayaknya menjadikan diri duta-duta agama yang memperkenalkan Islam kepada para masyarakat Jepang yang memandang agama sebagai bagian dari produk budaya semata, sehingga kebanyakan dari orang Jepang tidak memeluk salah satu agama apapun.
Berikut ini akan saya berikan rangkuman dari materi yang telah disampaikan oleh narasumber. Semoga dapat memberi manfaat dan menjadi penyemangat tersendiri untuk kita dalam rangka mengkokohkan tekad dakwah di Bumi Negeri Sakura. Aamiin.
—
Ustad pemateri mengawali pembahasan dengan menyatakan bahwa hidayah sebenarnya telah diberikan oleh Allah dan menjadi hak bagi setiap individu manusia. Tinggal, apakah manusia tersebut menyambut hidayah, lalu menjadi beriman karena taat&takut kepada-Nya.
Nabi dan Rasul juga telah diturunkan dari zaman ke zaman, tapi manusia selalu saja membangkang. Dan sejak Nabi Isa terakhir diturunkan, maka ada senggang waktu sekitar 7 abad lamanya, tidak ada Nabi baru yang diperintahkan untuk membimbing manusia ke jalan yang lurus. Setelahnya, barulah diutus Nabi Muhammad shallallahu ‘alayhi wasallam di tengah-tengah masyarakat Arab yang jahiliyah.
Adapun ciri-ciri atas masyarakat Jahiliyyah, antara lain: 1)Kebodohan (jahl), 2)Kehinaan (dzillah), 3)Kefaqiran (faqr), dan 4)Perpecahan (tanafur). Inti dari masyarakat jahiliyyah, sebagaimana yang telah disebutkan di dalam kandungan Al Qur’an surat Ali Imran ayat 164 adalah sebuah kesesatan yang nyata (dholalim mubiin). Bodohnya masyarakat jahiliyyah bukan karena mereka lemah akal, melainkan karena mereka meninggalkan Allah, meninggalkan aturan dari Allah dan kemudian menyembah hal-hal konyol .
Perilaku manusia pada dasarnya hampir sama dengan apa yang dilakukan oleh hewan, yakni hanya memiliki tiga macam kemampuan: makan, kawin, dan bertahan. Maka, ketika manusia tidak mendapat bimbingan dari langit, dengan alat penerjemah yang telah diberikan yaitu akal, maka perilaku manusia akan mirip dengan hewan, bahkan lebih rendah dari itu. Akibat dari tidak adanya tarbiyah, maka masyarakat menjadi jahiliyah.
Adapun solusi dari kejahiliyahan itu tidak lain adalah dengan diturunkannya seorang Nabi dan Rasul oleh Allah sebagai Murabbi dan Da’i. Lalu dengan jalan keluar tarbiyah, yakni melalukan pembinaan secara berkesinambungan. Hal ini terdapat di dalam Al Qur’an surat Al Baqarah ayat 151. “Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al Kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui”. (Q.S 2:151)
Inti dari surat Al Baqarah ayat 151 tersebut diantaranya yaitu, 1)Tilawah (baca, dibacakan), 2)Tazkiyah (bersih diri), 3)Pengajaran Al Qur’an dan Hadist (ta’limul qitab wa hikmah). Ketiganya adalah sebuah proses tarbiyah yang telah diajarkan oleh para Nabi dan Rasul yang menjadi jalan pembinaan para muslim. Tarbiyah ini tidak berhenti pada pemahaman kognitif (knowledge) semata, melainkan haruslah menjadi sebuah amalan nyata dalam tindakan.
Tarbiyah ini sejatinya adalah untuk menciptakan umat terbaik. Adapun ciri-ciri umat terbaik (khairu ummah), sebagaimana tersebut di dalam Al Qur’an surat Ali Imran ayat 110 yaitu: 1)Berpengetahuan (‘ilmu), 2)Terhormat (‘izzah), 3)Kekayaan (ghina), dan 4)Persaudaraan (ukhuwwah). Namun, terkait dengan kakayaan, jangan pula disalahartikan. Zaman khalifah Umar bin Abdul Aziz, masyarakatnya sejahtera, tidak ada yang mau menerima zakat, hingga akhirnya zakat tersebut diberikan kepada umat di luar jazirah Arab. Sebabnya tidak lain adalah karena beliau menurunkan standar qona’ah, sehingga itu diteladani oleh seluruh rakyatnya. Umat muslim kala itu hidup terhormat, tanpa melakukan banyak kesia-siaan atau berlebih-lebihan.
Urgensi tarbiyah, pada dasarnya dikarenakan dua hal: 1)Hakikat jiwa yang butuh pembinaan, sebagaimana dalam Al Qur’an surat Asy Syams ayat 8-10, dan 2)Waqi’ul ummah (realitas umat pada saat ini). Kondisi umat pada saat ini seperti busa (ghutsa), berbuih dan tidak ada bobotnya. Jumlah yang banyak itu ternyata keropos dan tidak bisa membawa kebanggaan untuk kemenangan Islam. Hal itu dikarenakan umat saat ini terserang penyakit WAHN, yaitu terlalu cinta dunia dan takut mati.
Semoga kita dapat menjadi orang-orang yang bersegera menyambut panggilan. Karena kecekatan itulah yang disenangi oleh Allah. Itulah mengapa ciri seorang muslimin itu tidak hanya sekedar menjalankan perintah semata, namun bersegera melaksanakan perintah tersebut. Tugas kita hanyalah melakukan copy paste atas jalan yang telah ditempuh oleh Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam, yakni senantiasa terus mentarbiyah umat ini.
Salam hangat dan semangat selalu dalam dekapan ukhuwwah.
Minamu ku, Sagamihara Shi – Kanagawa Ken, JAPAN
Jum’at, 29 Syawal 1436 H/14 Agustus 2015 pukul 13.30 waktu Jepang
Dipublikasikan otomatis secara terjadwal oleh WordPress pada hari Jum’at, 21 Agustus 2015 pukul 07.00 waktu Jepang
Comments
One Response to “Urgensi Tarbiyah dalam Dakwah di Jepang*”Trackbacks
Check out what others are saying...[…] Source: Urgensi Tarbiyah dalam Dakwah di Jepang* […]