Rok Pendek dan Musim Panas di Jepang*

Rok Pendek dan Musim Panas di Jepang*

*Oleh Joko Setiawan, A Social Worker, 32nd Trainee of Asian Social Welfare Worker’s Training Program by Japan National Council of Social Welfare (JNCSW/Zenshakyou)

Entah dimulai dari kapan, para siswi perempuan sekolah-sekolah di Jepang yang saya temui selama ini, hampir kebanyakan menggunakan rok ‘super’ pendek, entah apa yang dipikirkan dengan pakaian semini itu untuk dipergunakan dalam kegiatan belajar dan mengajar. Saya juga temukan pelajar perempuan dengan rok yang masih bisa dikatakan “sopan” menurut standar orang non muslim, tapi hanya sebagian kecil saja sedikit di bawah lutut. Selebihnya entah apa itu bisa disebut sebagai berpakaian atau tidak karena tidak yang rok pendeknya mencapai kira-kira 15cm di atas lutut.

Untuk para perempuan kalangan pegawai atau karyawan, rok yang dipakai lebih sopan, karena memang dipadankan dengan pakaian kerja. Namun, hal tersebut berbeda ketika memasuki Musim Panas. Lambat laun pakaian yang dipakai menjadi lebih tipis, roknya juga menjadi lebih pendek dari biasanya. Satu-satunya alasan yang mereka kemukakan adalah karena musim panas itu “gerah” dan dengan berpakaian semacam itu menjadi lebih sejuk.

Sebagai seorang muslim, tentu kita memiliki persepsi yang berbeda mengenai hal tersebut. Setelah lebih dari tiga bulan tinggal di Tokyo dan banyak berinteraksi dengan orang Jepang dari kalangan pelajar, mahasiswi, karyawan hingga lansia, saya kemukakan beberapa pelajaran yang bisa dipetik, diantaranya sebagai berikut:

  • Orang Jepang masih menganggap bagian sensitif wanita (dada dan bawah) tetap menjadi sesuatu yang “haram” hukumnya untuk dilihat/dipamerkan.

Buktinya, meski mengenakan rok super mini (dan ini lazim kita temui), mereka ketika duduk di kereta atau tempat-tempat umum lainnya, akan menutupi bagian bawah tersebut dengan tas atau barang bawaan lain. Dengan demikian, secara fitrah sebenarnya bagian itu memang hal berharga yang harus dilindungi, tidak untuk dipamerkan atau diperlihatkan seenaknya begitu saja. Apalagi secara alamiah bagian tersebut memang akan dapat menimbulkan ketertarikan seksual dari lawan jenis. Dan inilah hal terpenting yang dijaga oleh Islam.

  • Banyak terjadi kasus pelecehan seksual.

Pada saat jam berangkat kerja dan pulang kerja, kereta bawah tanah (subway) selalu penuh sesak, dan hal ini menjadi celah para lelaki hidung belang untuk melakukan pelecehan seksual dengan meraba atau sengaja menempelkan badannya kepada para wanita yang turut serta berada di dalam kereta tersebut. Itulah mengapa, kita akan dengan mudah menemukan pengumuman yang berada di setiap gerbong, bahwa pihak pengelola telah meningkatkan pengawasan melalui CCTV. Dengan demikian diharapkan para perempuan yang merasa dilecehkan segera melapor kepada petugas kereta, dan akan segera ditangani secara cepat.

  • Pandangan mengenai “sopan” yang bergeser.

Ketika kita menanyakan kepada generasi “senja” di Jepang, yakni antara usia 50-80 tahun, maka mereka akan memberikan jawaban bahwa pakaian mini dan seksi tersebut bukanlah budaya orang Jepang, dan bahkan hal tersebut dianggap sebagai sesuatu yang tidak sopan. Tapi, mungkin karena peradaban barat yang telah maju pesat dari sudut pandang kemajuan teknologi itu cahayanya terlampau menyilaukan. Alhasil, tren “buka-bukaan”, terutama di musim panas menjadi semakin banyak dan terlihat sebagai sebuah kelaziman. 

  • Budaya yang butuh Agama.

Salah satu penyebab kondisi sosial keagamaan masyarakat Jepang saat ini adalah karena tidak adanya pegangan yang teguh pada salah satu agama. Banyak orang Jepang yang telah menceritakan kepada saya bahwa mereka ketika lahir akan merayakannya dengan tata cara Bukyou (Budha), kemudian di sekolah mereka sedikit belajar tentang agama Shinto dan pergi beribadah ke Jinja (tempat ibadah orang beragama Shinto). Tapi di sisi yang lain, mereka juga gemar merayakan valentine dan natal, serta menikah dengan cara tradisi orang Nasrani (kristen). Dan pada akhirnya, mereka tidak memilih salah satu agama apapun, dan lebih menempatkan agama sebagai produk budaya semata. Padahal, agama telah mengatur tentang pakaian, aurat, hasrat seksualitas, kesopanan dan lain-lain, yang itu dapat ditemukan dalam Al Qur’an dan Hadist. Maka, Islam datang untuk menyempurnakan budaya supaya lebih bersifat manusiawi secara universal.

  • Sesuatu yang menjadi kelaziman tidak berarti akan jadi fakta sebuah kebenaran.

Hidup dan tinggal di negara Jepang yang merupakan negara maju, berteknologi tinggi, penuh kebebasan, dan juga sekuler. Kita akan dapati hal-hal yang sama sekali berbeda dengan negara berpenduduk mayoritas Islam seperti di Indonesia. Seperti judul awal dari tulisan ini, tentang rok pendek yang telah menjadi kelaziman, tidak menjadikan hukum asal tentang aurat akan berubah. Apa yang telah ditetapkan oleh Allah di dalam Al Qur’an akan selamanya memandag itu sebagai aurat yang harus ditutupi, dilidungi dari pandangan liar orang-orang yang bukan mahram (keluarga). Hampir setiap hari kita akan dihadapkan pada kenyataan itu, yakni begitu banyaknya perempuan Jepang dengan rok mini, dan sebagai agen muslim di negeri mayoritas ateis ini, hal yang patut dilakukan adalah dengan menundukkan pandangan. Sebagaimana firman Allah, “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat” (Q.S An Nuur, 24:30).

Di luaran sana, beberapa kelompok orang berpendapat bahwa orang-orang “ndeso” saja yang tidak pernah melihat dunia luar (luar negeri) secara langsung itulah yang konservatif dan fundamentalis terhadap Islam. Dan sekelompok orang tersebut dengan bangganya karena pernah menginjakkan kaki di Amerika, Yunani, Belanda, Korea, dan bagian negara lainnya, ingin menyebarkan pandangan bahwa jilbab itu tidak wajib, homo dan lesbianisme adalah suatu pemberian dari Tuhan, semua agama itu benar, dan berbagai macam propaganda lain sejenisnya.

Maka, di sebuah tulisan sederhana ini saya ingin katakan bahwa apa yang telah mereka katakan tersebut adalah 100% SALAH. Yang salah bukan Islam yang menurut mereka harus disesuaikan dengan zaman, tetapi adalah pikiran pribadinya yang mengikuti hawa nafsu. Karena pada faktanya kita akan melihat banyak orang Islam yang menjalankan ajaran agamanya secara lurus meskipun hidup di negara maju yang sekuler dan menjadi kaum minoritas.

Hmm.. Di Jepang saat ini tengah berada pada musim panas, hati-hati dan mari jaga pandangan.

Salam hangat dan semangat selalu dalam dekapan ukhuwwah

Kokuryo, Chofu Shi – Tokyo, JAPAN
Jum’at sore, 23 Ramadhan 1436 H/10 Juli 2015 pukul 15.10 waktu Jepang

Dipublikasikan otomatis secara terjadwal oleh WordPress pada hari Sabtu, 11 Juli 2015 pukul 09.00 waktu Jepang

Comments
One Response to “Rok Pendek dan Musim Panas di Jepang*”
Trackbacks
Check out what others are saying...
  1. […] Source: Rok Pendek dan Musim Panas di Jepang* […]



Tinggalkan Jejak ^_^

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: