Dari Harajuku sampai Cambodia Festival*

Jalan-jalan dari Harajuku Station --> Yoyogi Park --> Cambodia Festival dan lain-lain

Jalan-jalan dari Harajuku Station –> Yoyogi Park –> Cambodia Festival dan lain-lain

Dari Harajuku sampai Cambodia Festival*

*Oleh Joko Setiawan, A Social Worker, 32nd Trainee of Asian Social Welfare Worker’s Training Program by Japan National Council of Social Welfare (JNCSW/Zenshakyou)

きのうビバリさん(マレーシア)がわたしにはなしました、どようびよよぎこうえんにいきます。Aah, ternyata masih cukup sulit untuk merangkai kata dalam bahasa Jepang ya he he. Kurang lebih tulisan di atas artinya seperti ini, “kemarin Bivari-san (Malaysia) bilang kalau hari Sabtu kita akan pergi ke Taman Yoyogi”. Tapi paling tidak selama belajar sebulan Bahasa Jepang di sini, sudah lumayan bisa merangkai kata dan “rada” paham dengan omongan orang Jepang asli he he.

Siang hari tadi, saya bersama dengan Park-san, Beverley-san dan Julie-san pergi bersama-sama ke Yoyogi Park, sedangkan Fang-san tidak bisa ikut karena kepalanya agak pusing dan butuh istirahat lebih lama di Shukusha. Kabar dari Takashi-san (kenalan Beverley-san) bahwa hari Sabtu ini (25 April 2015) akan ada Cambodia no Matsuri di Yoyogi Park (Shibuya-Tokyo) dari pukul 11.00 sampai dengan pukul 16.00 JST.

Kami berempat berangkat dari Kokuryo no Shukusha pada pukul 12.30. Via KEIO Line kami sampai ke Shinjuku eki. Dari sini pindah ke JR Line (Yamanote sen) dan hanya melewati dua stasiun saja kemudian turun di Harajuku eki. Pukul 13.30 keluar dari stasiun dihadapkan pada pemandangan Takeshita Street yang menjadi lautan manusia.

Dari pintu keluar Harajuku eki kami berjalan beberapa puluh meter saja ke arah kanan dengan suasana jalanan yang cukup ramai. Sampailah di kawasan Meiji Shrine (tempat ibadah orang beragama Shinto). Dari namanya, Meiji adalah nama dinasti di Jepang, dan kuil ini menjadi sejarah besar bagi Jepang. Memasuki semacam pintu gerbang terbuka yang terbuat dari kayu dan berukuran super besar itu, kami melewati pemandangan hutan yang menyejukkan. Ada juga jembatan mini dengan dibawahnya semacam sungai besar yang airnya akan berhilir di semacam danau mini (mungkin dahulunya sebagai taman raja).

Terus jalan lurus, kami menemukan pajangan tempat menyimpan sake (minuman memabukkan/arak khas orang Jepang) dari masa ke masa. Melanjutkan perjalanan sampailah di pintu Gerbang Meiji Shrine. Sebelum memasuki Shrine, ada semacam tempat mencuci yang dikeramatkan oleh orang Beragama Shinto. Kalau umat muslim mungkin bisa dikatakan sebagai “wudhu” kali ya he he. Di sini juga tampak digunakan untuk acara pernikahan lengkap dengan foto-foto keluarganya. Mereka tampak begitu gagak dan cantik dengan pakaian kimono ^_^

Setelah puas melihat-lihat dan mengambil gambar di Meiji Shrine. Kami melanjutkan perjalanan ke Yoyogi Park. Orang-orang begitu ramai dengan membawa keluarganya untuk sekedar duduk-duduk menggelar karpet sambil makan bersama. Taman tampak nyaman, bersih dan tidak desak-desakan seperti di taman depan masjid Agung Kota Bandung itu. Kita patut bangga dengan kerja keras Kang Emil membangun taman-taman baru sebagai tempat alternatif rekreasi yang murah dan sehat, namun pengguna dari taman-taman itu juga perlu edukasi panjang. Di Jepang ini, tentunya tidak ada PKL layaknya di kota-kota besar di Indonesia. Semua tertata rapi, orang-orangnya ramah, nyaman dan tentu saja aman dari perilaku penjahat/pencopet.

Berjalankan kaki ini terus sampai melewati jembatan sebagai tempat menyeberang jalan raya di sisi satunya. Di sana tampak ramai dengan suara musik dan juga banyak booth seperti tengah menjual sesuatu. Sampai di lokasi, ternyata itu adalah acaranya Tokyo Rainbow Pride, sebuah acara sosial penggalangan dana bagi pengidap HIV/AIDS dari kalangan LGBT. Banyak booth-booth yang berdiri dengan menawarkan berbagai macam dagangannya (melakukan sesuatu untuk sekian persen masuk kas pemerduli LGBT), juga panggung utama yang diisi musik-musik dari artis Jepang.

Di sisi yang lain ternyata itulah letak dari Cambodia Matsuri (festival). Di situ banyak stand makanan, souvenir dan lain-lain. Selain kamboja, ternyata juga ada Thailand dan India yang menyajikan makanan khas negara mereka. Di pintu masuk Cambodia Matsuri, kita bisa melihat Yoyogi National Stadium, sedangkan di akhir jejeran stand Cambodia Matsuri ini kita bisa melihat kantor NHK Jepang.

Usai dari situ, kami melanjutkan akhir perjalanan, yakni mengunjungi Takshita Street, barangkali menemukan barang bagus namun terjangkau harganya untuk dibeli. Suasana ramai memang tak bisa dihindari. Orang lokal Jepang maupun pengunjung dari mancanegara tumpah ruah menjejali jalan ini hingga terlihat penuh sesak. Namun ketika masuk ke dalamnya, tetap nyaman dan aman.

Yatta (asyik), benar saja. Kami menemukan tempat jualan jam tangan model apapun yang harganya 1000 yen saja. Kalau kurs 1 yen adalah 110 rupiah, maka jam tangan itu seharga Rp 110.000. Setelah memilah dan memilih, saya puj akhirnya membeli satu buah jam tangan yang saya anggap keren dan cocok untuk menghiasi tangan kiri saya. Setelah terbeli, mba-mba penjualnya nyuruh ke samping untuk motongkan tali jam supaya pas di tangan. Sampai di situ, ternyata harus membayar 500 yen hoho. Maka, akhirnya sebenarnya jam ini dijual seharga 1500 yen. Ya tidak apa-apa lah, tetap saja murah dengan kualitas jam yang tampak mahal itu.

Hmm.. Jujur saya akui bahwa kagum dengan tata kota di Jepang ini. Selain kebersihan, keteraturan dan pemanjaan terhadap pejalan kaki dan juga pengguna sepeda. Tata kota di sini juga saling berdekatan untuk akses fasilitas publik. Perhatikan saja tamasya saya kali ini hanya dengan berjalan kaki tanpa merasa capek bisa berkunjung ke beberapa tempat sekaligus. Kereeeen, Indonesia di masa depan juga akan seperti ini, aamiin. Mari tetap bersemangat, karena harapan itu masih ada.. ^_^

Salam cinta dan semangat selalu dalam dekapan ukhuwwah

Kokuryo, Chofu Shi – Tokyo, JAPAN
Sabtu malam, 07 Rajab 1436 H/25 April 2015 pukul 23.05 waktu Jepang

Dipublikasikan otomatis secara terjadwal oleh WordPress pada hari Ahad pagi, 26 April 2015 pukul 09.00 waktu Jepang

Jpeg == Jpeg

Jpeg == Jpeg

Jpeg == Jpeg

Jpeg == Jpeg

Jpeg == Jpeg

Jpeg == Jpeg

Jpeg == Jpeg

Jpeg == Jpeg

Comments
2 Responses to “Dari Harajuku sampai Cambodia Festival*”
  1. :/ eh Mas Broo… udah lama gak mampir. kok aq foto ente pas nikah! jadi ingat pas wktu itu aq datag (ke blog ini) pas itu belum ke jepang kan??
    Meiji Shrine ya?! 😀 saya mau! saya mau ke ssna. :3 pengen.. pemandangannya indah.

    Saran: mungkin harus ganti theme, atau paling tidak foto-fotonya dikasih tagline/keterangan biar pembaca lebih paham.

    kalo saya sih cuma paham Meiji Shirnenya aja! tuh pintunya gede. yang takashita street gak bisa bayangin :p hehee

    • Ohh iya iya, selamat datang kembali ke blog ini, terima kasih sudah berkenan mampir 🙂

      Mau sih ngasih tagline tiap foto, tapi jadinya harus satu baris satu foto saja, ga bisa dua foto kayak di atas.

      Masukkannya bagus. Nanti, tiap tempat yang saya ceritakan, akan saya kasih contoh gambar ukuran kecilnya, dan foto lebih banyak bisa dilihat di galeri paling bawah setelah narasi selesai 🙂

      Salam hangat dan semangat selalu dari Tokyo 🙂

Tinggalkan Jejak ^_^

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: