Profesionalisme Orang Jepang dalam Bekerja*

Profesionalisme Orang Jepang dalam Bekerja*
*Oleh Joko Setiawan, A Social Worker, 32nd Trainee of ASEAN Social Welfare Worker’s Training Program by Japan National Council of Social Welfare (JNCSW/Zenshakyou)
Sangat sedikit kita dapati orang Jepang yang bekerja dengan malas-malasan. Jepang adalah sebuah negara maju dengan tingkat kecintaan pada pekerjaan yang begitu tinggi. Pantas saja beberapa kalangan kerap menyebut orang Jepang sebagai orang yang “gila kerja”.
Namun jika kita menelisik lebih jauh lagi, ternyata tidak hanya kecintaan pada pekerjaan yang mereka agung-agungkan. Namun sebuah sikap untuk menunjukkan kualitas pekerjaan terbaik sebagai buah kerja keras dan memberikan pelayanan terbaik atas hasil buah pekerjaannya.
Lagi-lagi ini adalah kebalikan cara berpikir negeri-negeri berkembang atau bahkan miskin. Banyak orang di negeri berpikir sedikit bekerja tapi punya uang banyak. Kalau orang Jepang berpikirnya kalau ingin punya sesuatu ya harus mengusahakannya dengan kerja keras. Seseorang akan mendapatkan bagian atas kerja keras yang telah dilakukannya. Inilah pelajaran penting lainnya yang bisa kita ambil dari orang Jepang.
Jangan dikira semua orang Jepang melakukan pekerjaan istimewa dengan gaji tinggi. Ternyata memang ada orang Jepang yang bersih-bersih toilet, jadi satpam, ngamen dengan gitar elektrik dan bahkan menjadi orang bayaran untuk membantu kampanye kandidat setingkat –Chou dengan cara membagi-bagikan selebaran di dekat stasiun kereta.
Orang Jepang juga sangat all out dan berusaha maksimal melakukan pada pekerjaan apapun yang ditekuninya. Dengan cepat dan tanggap mereka bisa membantu keperluan kita. Misalkan di dalam supermarket, jika kita bertanya akan langsung dibantu dan diantarkan sampai pada tempat barang yang kita cari. Begitu pula di pusat pembelanjaan elektronik, sapaan hangat dan super sopan (okyakusama) menghiasi tiap tempat dan super ramah kepada pelanggan orang asing dengan memberikan penjelasan dan pelayanan sebaik mungkin dan sebaik yang mereka bisa.
Orang Jepang kebanyakan juga lebih senang menekuni satu hal dan melaksanakannya dengan sepenuh hati. Contohnya para Shokuin di Zenshakyo kebanyakan waktu kerjanya lebih dari 20 tahun. Dan dengan menekuni pekerjaan selama itu, namun dengan kami para kenshusei yang lebih banyak tidak patuh dengan adat kebiasaan orang Jepang, mereka dengan begitu sabar membantu. Kehangatan suasana keluarga yang ditampilkan juga lebih dari hubungan pekerjaan, tapi begitu tampak alamiah layaknya satu keluarga sungguhan.
Maka pelajar yang dapat kita ambil adalah bahwa ketika suatu saat nanti Indonesia menjadi negeri maju, bukan berarti orang-orangnya tanpa kerja bisa jadi kaya. Namun tetap terus bekerja keras apapun peranannya. Karena yang terpenting adalah kesungguhan hati untuk melakukan pekerjaan kita dengan sungguh-sungguh sehingga menciptakan harmoni.
Salam cinta dan semangat selalu dalam dekapan ukhuwwah
Kokuryo, Chofu Shi – Tokyo, JAPAN
Sabtu malam, 16 Jumadil Akhir 1436 H/04 April 2015 pukul 21.36 waktu Jepang
Dipublikasikan otomatis secara terjadwal oleh WordPress pada hari Kamis, 09 April 2015 pukul 07.00 waktu Jepang