Assalamu’alaikum Tokyo Part#1*

Assalamu’alaikum Tokyo Part#1*
*Oleh Joko Setiawan, A Social Worker, 32nd Trainee of ASEAN Social Welfare Worker’s Training Program by Japan National Council of Social Welfare (JNCSW/Zenshakyou)
Keberangkatan dari Bandung pukul 16.00wib menggunakan Cipaganti Travel trayek Simpang Dago-Bandara Soekarno Hatta. Di jalan ternyata macetnya luar biasa, dan baru bisa sampai Bandara pukul 21.40wib. Turun di terminal 2F saya telah ditunggu oleh Mba Sania, beliau adalah trainee JNCSW angkatan 31 yang hendak menitipkan kurma untuk Ueda sensei sembari mengucapkan selamat jalan dan sukses untuk keberangkatan saya. Ya, saya dapat rasakan bahwa para alumni program ini sungguh sangat mendukung adik-adik angkatannya. Mulai dari Kang Nandang, Mba Henny, Mba Sania dan lain-lainnya.
Ada pengalaman sangat mendebarkan mengiringi pra keberangkatan saya. Yang pertama adalah waktu yang terlalu mepet untuk check in. Pesawat Garuda GA 874 check in terakhir adalah pukul 22.15wib sedangkan saya baru tiba di bandang pukul 21.40wib. Itupun saya harus bertemu dan bersalam sapa dengan Mba Sania yang sudah beberapa waktu menunggu kedatangan saya.
Karena waktu mepet dan tergesa-gesa itulah saya kehilangan handphone android satu-satunya. Bagaimana bisa? Begini ceritanya 🙂
Awal memasuki ruang check in bandara, saya melewati X-ray checking. Di sana saya harus memasukkan barang-barang bawaan juga handphone yang ditaruh pada kotak yang telah disediakan. Pertama saya masukkan koper besar, koper besar, tas punggung dan terakhir handphone ASUS Zenfone 4 itu dalam kotak persegi panjang.
Karena tergesa-gesa dikejar waktu itulah, saya lupa menunggu handphone keluar dari X-ray dan segera berlalu menuju tempat Check in Garuda tujuan Haneda-Jepang. Perjalanan dari X-ray checking menuju tempat check in membutuhkan kira-kira 2 menit. Sesampainya di tempat Check in, saya baru ingat ketika merogoh celana dan saku jaket, ternyata handphone saya tidak ada. Saya ingat dan sangat yakin bahwa handphone tertinggal di bagian X-ray checking. Saya segera sampaikan ke petugas check in untuk mengambil handphone tapi staf tersebut meminta saya menunggu beberapa waktu sampai check in selesai. Akhirnya kira-kira menjelang 10 menit saya menghabiskan waktu untuk check in. Perasaan sudah sangat khawatir karena waktu boarding pass tidak lama lagi dibuka.
Usai check in saya langsung bergegas dengan setengah berlari menuju bagian X-ray checking. Saya sampaikan bahwa saya ketinggalan handphone di sana. Petugas kemudian menanyai saya secara cepat namun detil tentang nama handphone dan ciri-cirinya, di bagian mana saya masukkan handphone, sudah berapa lama meninggalkan X-ray dan lain-lain. Setelah itu petugas mengatakan bahwa hanya ada handphone merk Samsung yang tertinggal, tidak ada ASUS Zenfone 4. Sang petugas pun meminta saya untuk menuliskan nomor telpon saya agar dihubungi. Ternyata handphone masih aktif namun tidak ada yang mengangkatnya. Saya semakin berdebar dibuatnya, waktu yang mepet dan handphone yang hilang. Aaahhh, semua perasaan bercampur aduk kala itu.
Segera saja petugas berkoordinasi dengan bagian lain tapi masih di sekitar lokasi yang sama. Mereka berdiskusi dengan sigap dan segera memanggil saya. Mereka menanyakan apakah benar hilang? Tidak lupa menaruh di dalam tas? Mereka pun kemudian menyuruh saya untuk mengeluarkan laptop dan beberapa peralatan elektronik lainnya untuk dicek ulang melalui X–ray, siapa tahu terselip di dalam tas. Saya segera menurutinya namun dengan tetap menegaskan bahwa saya yakin sudah mengeluarkan handphone dan menaruhnya di dalam kotak persegi panjang kemudian memasukkan ke X-ray checking.
Dua kali X-ray Checking ulang dan hasilnya nihil. Waahhh, perasaan saya semakin tidak karuan. Ada petugas lain yang sepertinya jabatannya lebih tinggi mengatakan bahwa pihak mereka segera berkoordinasi untuk mengecek melalui kamera CCTV. Dengan cepat mereka mengatakan bahwa sudah ada penelusuran cepat dan terindikasi handphone dibawa oleh seseorang, namun belum bisa dipastikan itu penumpang atau petugas bandara. Beliau segera meminta alamat lengkap dan kontak person yang bisa dihubungi untuk mengambil Handphone saya apabila telah ditemukan.
Petugas tidak yakin jika waktunya akan mencukupi sehingga mereka bisa mengantarkannya ke ruang boarding saya. Itulah mengapa, alamat lengkap dan nomor telpon dibutuhkan jika waktu keberangkatan saya ke Jepang telah lewat dan handphone baru ditemukan. Ini sungguh ketidaknyamanan yang luar biasa. Di detik-detik keberangkatan, saya malah tidak bisa menghubungi kelurga untuk pamitan. Dan di handphone tersebut tersimpan berbagai macam aplikasi belajar bahasa Jepang, termasuk kewajiban membawa kamus yang saya persiapkan dalam bentuk aplikasi di handphone.
Setelah lengkap mencatat alamat lengkap beserta kontak person isteri saya, petugas pun menyarankan untuk lapor kepada staf Garuda mengenai kejadian kehilangan ini. Lapor bahwa handphone hilang dibawa orang dan dalam status proses pengejaran. Bilang juga apakah bisa pihak Garuda menunda untuk beberapa waktu saja. Saya pun mendatangi staf Garuda dan menyampaikan hal tersebut, namun mereka bilang tidak bisa menunda jadwal keberangkatan karena ini penerbangan internasional dan menyangkut pelayanan profesional Garuda. Petugas juga menyarankan untuk meninggalkan alamat lengkap dan kontak person saja, jadi sewaktu-waktu keluarga dapat mengambil handphone-nya.
Ya, di sinilah saya pasrah. Berpikir bahwa usaha terbaik telah dilakukan dan tinggal memanjatkan doa saja kepada Allah. Saya segera pamit dari tempat check in dan segera menuju ruang boarding pass. Sekitar 10 menit lagi waktu naik pesawat GA 874 menuju Haneda-Jepang akan dibuka. Sesampai di petugas boarding pass, dua botol aqua sedang yang saya bawa ditahan dan tidak boleh dibawa naik pesawat. Dengan nafas terengah-engah saya mohon izin untuk meminum satu botol dahulu sembari curhat bahwa handhone hilang dan berharap petugas dapat mengantarkannya di ruang tunggu boarding sebelum waktu naik pesawat dibuka. Petugas pun membantu doa agar handphone segera ditemukan dan diantar tepat pada waktunya.
Dengan perasaan gelisah namun tetap berbaik sangka kepada takdir dari Allah, dengan cepat saya melangkahkan kaki menuju ruang tunggu boarding pas. Duduk di ruang tunggu, terlihat waktu 7 menit menuju waktu naik pesawat dibuka saya banyak-banyak istighfar seperti yang kerap kali dianjutkan oleh sang isteri tercinta. Kurang lebih dua menit berlalu, dan saya melihat petugas yang membantu saya di ruang X-ray checking, saya pun menyunggingkan senyum berharap ada kabar baik yang dibawa.
Dan ternyata benar, sang petugas melemparkan senyum balik dan kemudian mengatakan, “ini masih rejeki Anda mas”. Kemudian beliau menyerahkan handphone saya tersebut dan menceritakan bahwa ada penumpang yang mengambil dan saat itu juga dalam proses interogasi oleh petugas yang berwenang. Saya mengucapkan terima kasih berulang kali dari lubuk hati terdalam kepada bapak petugas check-in dan juga staf Garuda Indonesia. Lirih tahmid, tahlil dan takbir terus menggema di bibir saya. Ternyata Allah masih cinta pada hamba-Nya yang fakir ini.
Lima menit menjelang waktu naik pesawat. Saya langsung menghubungi isteri, Kak Cup, Kang Nandang dan lain-lain. Saya sampaikan bahwa Handphone sempat hilang dan saat ini tinggal beberapa menit menjelang waktu naik pesawat. Tak lama kemudian handphone pun saya matikan karena waktu naik pesawat telah tiba.
Hati saya merasa lega, dan mantap menatap masa depan dalam menjalani hari-hari selama di Jepang. Tanggal 25 Maret 2015 ukul 23.45wib pesawat meluncur dari Bandara Internasional Soekarno Hatta dan sampai di Jepang pukul 08.20 waktu Jepang setelah menempuh jarak sekitar 5800-an kilometer jauhnya melewati samudera dan beberapa negara.
Assalamu’alaikum Tokyo. Saya pun mendarat di Bandara Internasional Haneda-Tokyo pada hari Kamis pagi, tanggal 26 Maret 2015 pukul 08.20 waktu Jepang. The story was begin from here..
Salam cinta dan semangat selalu dalam dekapan ukhuwwah
Kokuryo, Chofu Shi – Tokyo, JAPAN Ahad, 10 Jumadil Akhir 1436 H/29 Maret 2015 pukul 23.26 waktu Jepang
Dipublikasikan otomatis secara terjadwal oleh WordPress pada hari Jum’at, 03 April 2015 pukul 07.00 Waktu Jepang
ya ampun.. saya kok ikut deg2an baca nasib si hp, dan juga pas mau boarding… magnet jepang mmg menarik ya mas.
salam kenal btw 🙂
Iya mba Tia, handphone mau dibawa ke Jepang kok pake pindah tangan ke orang lain dulu segala ya 😀
Salam kenal juga ya Mba Tia. Terima kasih sudah berkenan membaca celotehan saya 🙂
Salam hangat,
Joko Setiawan
Ebina shi, Kanagawa ken-Japan.