26 Tahun Menggapai Impian*


Saat Berkunjung di Alun-Alun dan Masjid Agung Bandung setelah direnovasi oleh kepemimpinan Kang Emil
26 Tahun Menggapai Impian*
*Oleh Muhammad Joe Sekigawa, A Social Worker, Seorang Pembelajar Sepanjang Zaman
Alhamdulillahirobbil’aalaamiin.. Puji syukur ke hadirat Allah Yang Maha Esa, sampailah pada hari ini usia saya menginjak ke 26 tahun. Tepat sedari 27 Januari 1989 silam hingga 27 Januari 2015. Dunia memang terlampau cepat berputar, sedangkan sedikit sekali amalan yang tertabungkan untuk mempersiapkan kehidupan yang kekal kelak di akhirat. Toh sejatinya memang demikian, usia yang dalam hitungan kita bertambah, maksudnya adalah jatah hidup kita di dunia fana ini terus dan semakin berkurang.
Jika di usia seperempat abad yang lalu (baca: 25 tahun) saya menargetkan diri untuk menikah. Maka pada hari ini, saya sudah ditemani bidadari cantik jelita bernama Iis Syarifah Latif. Akhwat KAMMI Politeknik Negeri Bandung (POLBAN) ini akhirnya resmi menjadi isteri saya pada tanggal 30 Mei 2014 bertempat di KUA Desa Sekeloa Kecamatan Coblong, Kota Bandung.
Menginjak usia 26 tahun ini insya Allah merupakan tahun bersejarah karena terjadi perubahan jalan hidup secara radikal. Menjadi pengangguran dan berkesempatan mengikuti Les Bahasa Jepang. Dua hal ini adalah salah satu episode kehidupan yang baru pertama kali saya rasakan. Ya, sedari lulus kuliah, tidak ada satu hari pun yang saya lewati dengan status “pengangguran”, sedangkan Les Bahasa Jepang adalah keinginan yang belum sempat terwujud sejak masa kuliah dulu.
Sejak akhir Desember 2014 kemarin saya melepaskan status karyawan tetap dari PT. Silva Rimba Lestari (Agra Bareksa Group), sebuah perusahaan Hutan Tanaman Industri (HTI) di Kembang Janggut Kabupaten Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur dimana saya menjadi bagian pengelola dana Corporate Social Responsibility (CSR)-nya. Bukannya tanpa resiko, namun keyakinan saya adalah tidak ada perubahan tanpa adanya pengambilan resiko.
Meski demikian, sebuah resiko yang akan merepotkan banyak orang ini (terutama keluarga besar) saya yakini akan membuahkan hasil manis di kemudian hari. Mendapatkan kesempatan untuk belajar di Negeri Orang, apalagi se-modern dan se-maju Jepang bukanlah perkara sederhana. Ini adalah sebuah kesempatan luar biasa yang entah kapan bisa mendatangi saya lagi. Maka, risk taker selalu saja bersanding dengan kesempatan mendapatkan opportunity yang lebih luas. Prinsip sederhananya, do more and get more. Simple bukan? ^_^
Ucapan terima kasih tak terkira saya haturkan kepada Ma’e dan Pa’e, pahlawan sejatiku yang sampai dengan hari ini masih saya repotkan. Kakanda Muhamad Yusuf yang dengan segala keridho’annya masih saja tak jemu untuk direpotkan. Serta saudara-saudara yang lain seperti Mas Wahib, Mbak Eni dan juga Kak Irhamni beserta seluruh isteri, suami dan anak-anaknya.
Yang kedua adalah untuk Isteriku Tercinta yang senantiasa mendampingi serta menyemangati. Engkau memang mutiara tak terganti duhai Isteri tercintaku :-). Ibu dan Bapak Mertua yang juga sangat pengertian dengan keadaan saya saat ini, saya rasa tidak ada mertua sebaik kalian duhai Bapak dan Ibu Mertuaku. Uhibbukum fillah… ^^
Dan terakhir kalinya adalah para sejawat, kawan, sahabat dan siapa saja yang mengenal saya, serta dengan ketulusan hati memberikan ucapan selamat milad di Facebook, sms, WA, LINE dan lain-lain. Doa terbaik senantiasa terlantunkan untuk kalian semua.
Ya, tahun ini insya Allah menjadi tahun Menggapai Impian. Meniti Jalan Mencerap Ilmu di Negeri Bunga Sakura, JEPANG.. (^_^)
Salam hangat dan semangat selalu dalam dekapan ukhuwwah
Kubang Sari-Sekeloa, Bandung – Jawa Barat
Selasa sore, 07 Rabiul Akhir 1436 H/27 Januari 2015 pukul 14.42wib
Dipublikasikan otomatis secara terjadwal oleh WordPress pada hari Rabu, 28 Januari 2015 pukul 07.00wib
semoga dimudahkan ya. dapet beasiswa disananya? waah, ditunggu tulisan-tulisannya, apalagi penasaran sama negeri yang kalau turun salju, saljunya melimpah.. sampai lupa nih, saya panggilnya Kak Jo apa Kak Joko?
alhamdulillah, Bandung udah makin keren semenja Kang Ridwan Kamil jadi gubernur ya. apalagi alun-alunnya, jadi kayak di luar negeri lapangannya.
oke, syukron linknya. bedanya yang 48 sama 24 halaman itu apa ya? selain harganya.
Alhamdulillah dapat beasiswa, hanya internship/training saja, jd cuman 1 tahun di sana 🙂
Di dumay lebih kerap dipanggil “Mas Joe” ^^
Ups Kang Ridwal Kamil tuh Walikota, Gubernurnya Kang Aher ^_^
Bedanya terkait sberapa sering kita perjalanan ke LN. Kalau 24 kan artinya cepat penuh dan hrs diurus lagi ke Imigrasi. Kalo 48 , jd lumayan banyak dan stay longer gitu deh hehe
waah, udah mau berangkat ya.. baarokallaahu fiik, semoga dimudahkan ya.. seneng dengernya, nanti ditulis kak gimana di jepang..
orang bandung rupanya ya, kirain kalimantan. bikin paspor kemarin berapa kak?
^_^ Mohon doanya ya Ukh Winda 🙂
Insya Allah akan menuliskan setiap sesi kehidupan di sana nanti.
Ya, saat ini stay di Bandung, hampir dua tahun kemarin stay di Kalimantan Timur ^^
Bikin passpor lewat Online dulu, biayanya 300 ribu aja. Tidak ada biaya tambahan apapun, dalam tiga hari kerja (setelah foto dan wawancara), Paspor sudah bisa diambil.
Mangga di cek di sini http://bandung.imigrasi.go.id/index.php/layanan-publik/warga-negara-indonesia/biaya-pembuatan-paspor