Suatu Saat Nanti Kubawa Kau ke Negeri Matahari Terbit*

Suatu Saat Nanti Kubawa Kau ke Negeri Matahari Terbit*

*Oleh Muhammad Joe Sekigawa, A Social Worker, Seorang Pembelajar Sepanjang Zaman

Aku adalah orang yang tergolong tidak terlalu update dengan hal-hal baru. Dalam hal ini, seringkali ketinggalan untuk “menjadi yang pertama” menonton film-film inspiratif terbaru. Selain film, misalkan contoh lainnya aku juga sama sekali tidak update mengenai perkembangan handphone dengan fasilitas terkini semacam BBM atau lainnya. Dengan gaji lebih dari empat juta per bulan dalam teorinya harusnya aku mampu untuk membeli handphone seharga satu atau satu setengah juta dengan fasilitas modern, tapi sampai tulisan ini dibuat, pada kenyataannya aku masih memakai hape merk China seharga 500 ribu yang kubeli satu setengah tahun lalu. 😀

Film tahun 2013 silam yang baru sempat kutonton berjudul “99 Cahaya di Langit Eropa”. Untuk menunjukkan betapa besar sumbangsih umat muslim di Eropa, saya rasa ini cukup berhasil. Namun, bagi para aktivis organisasi ke-Islam-an yang gemar mendalami tentang tema-tema semacam ini sedari awal, film ini adalah kulit terluar atas apa yang seharusnya dapat dipahami secara baik dan benar oleh seorang muslim. Namun bagi masyarakat awam, tentu film ini memberikan sumber inspirasi kebanggaan yang begitu luar biasa. ^^

Nah, yang menjadi fokus perhatianku adalah tema lainnya, yakni keinginanku untuk memboyong isteri dan juga beberapa waktu sembari membesarkan anak di luar negeri, khususnya di Negeri Matahari Terbit alias Jepang. Dan ini tergambar bagaimana sulitnya menjadi seorang muslim yang berpendidikan tinggi tapi tetap “taat” dikala harus dihadapkan pada beberapa pilihan/masalah yang sebenarnya tidak dipahami secara baik oleh kolega kita di luar negeri.

Inilah tantangannya. Menjadi seorang muslim yang “taat” di negeri yang mayoritas penduduknya tidak memahami Islam yang sebenarnya akan lebih sulit dibandingkan dengan kehidupan ramah kita di Indonesia, dimana mayoritas masyarakatnya memang beragama Islam. Menariknya, banyak masyarakat kita yang awalnya di Indonesia pemahaman Islamnya biasa-biasa saja, namun begitu berinteraksi dengan masyarakat non muslim di luar negeri, menjadi lebih perduli terhadap agamanya, dan akhirnya menjadi lebih “taat” dari sebelumnya. Tentu saja hal tersebut tidak terlepas dari interaksi intens dengan para muslim yang sama-sama berjuang mempertahankan perintah agama tetap dilaksanakan dan menjauhi segala apa yang dilarang oleh agama.

Setiap kali menonton film-film inspiratif semacam ini, angan-anganku selalu melayang jauh memikirkan impian-impian yang masih jauh dari jangkauan. Sudah sejauh mana persiapanku untuk melamar beasiswa S2 ke Jepang? Apakah penguasaan bahasa Inggrisku sudah bagus? Bagaimana alur pendaftaran beasiswa dan ke lembaga mana untuk mengirimkan aplikasi beasiswa tersebut? Pikiranku juga telah latah memikirkan betapa bahagianya ketika sang isteri tercinta, Iis Syarifah Latif dapat bersama-sama menemani proses belajar dua tahunku di Negeri Bunga Sakura. 🙂

Secara sederhana, urutan untuk mewujudkan impian mendapatkan beasiswa keluar negeri saya rangkum sebagai berikut:

  1. Alih bahasa segala kebutuhan administrasi seperti transkrip nilai dan ijazah, identitas diri dan keluarga, dan semacamnya;
  2. Skor TOEFL yang diakui secara internasional minimal 500-550 atau 6.0-6.5 untuk IELTS;
  3. Memulai kontak calon profesor pembimbing di universitas yang kita tuju;
  4. Mendapatkan rekomendasi dari dekan/rektor/ketua kampus tempat kita belajar;
  5. Pemahaman dasar tentang negara tujuan kita menuntut ilmu di tingkat pascasarjana.

Lalu bagaimana dengan persiapanku selama ini? Aahhh, rasanya masih jauh dan hal ini tak bisa terus menerus dibiarkan. Pekerjaan memang melelahkan di setiap harinya, namun di sela-sela rasa lelah tersebut, harus tetap tersimpan semangat untuk belajar dan terus belajar, sehingga segala persiapan untuk melamar beasiswa tersebut dapat terpenuhi tanpa ada kendala yang berarti.

Saya menjadi tersadar berkali-kali. Sejatinya di dalam diri manusia ini tersimpan potensi-potensi luar biasa yang terkadang dirinya sendiri tidak menyadarinya. Itulah mengapa kita butuh ada orang lain untuk menyemangati, dan itulah juga mengapa para motivator selalu laris didatangi oleh para audiensnya. Begitu banyak orang tak mampu membangkitkan motivasi tertingginya sendiri, dan ia butuh bantuan. Maka bentuk bantuan tersebut dapat berupa arahan dari orang terdekat, mengikuti sesi motivator handal, dan atau menonton film, dokumenter atau tayangan yang berkaitan erat dengan cita-cita yang kita tetapkan.

Dan inilah coretan terakhir yang ingin aku sampaikan kepadamu duhai isteri sholihahku –Iis Syarifah Latif-, yakinlah pada mas, akan kubawa Engkau ke Negeri Matahari Terbit, menemani hari-hari mas belajar untuk mendapatkan gelar Master of Social Work. Kita nantikan waktunya, semoga dalam waktu yang tidak lama lagi. Insya Allah.. (^_^)

Salam hangat dan semangat selalu dalam dekapan ukhuwwah

Camp PT SRL Pulau Pinang-Kembang Janggut, Kabupaten Kutai Kartanegara – Kalimantan Timur
Senin malam, 12 Dzulhijjah 1435 H/06 Oktober 2014 pukul 23.12wita

Dipublikasikan otomatis secara terjadwal oleh WordPress pada hari Jum’at, 17 Oktober 2014 pukul 08.00wita

Tinggalkan Jejak ^_^

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: