Kok Belum Cinta?*

Kok Belum Cinta?*

*Oleh Joko Setiawan, A Social Worker, Seorang Pembelajar Sepanjang Zaman

Mungkin terdengar aneh ya, tapi memang beginilah kenyataannya. Sampai tulisan ini dibuat, rasanya saya masih belum menyimpan rasa cinta yang menggebu kepada calon isteri. Apakah ini salah? Saya rasa tidak kok. Saya beberapa kali mendengarkan ceramah dari Ustad Salim A. Fillah bahwa beliau pun ternyata juga demikian. Beberapa hari setelah menikah, barulah merasakan cinta yang memang benar-benar cinta, yang sebelumnya tidak pernah sempat dirasakan sama sekali, sebuah perasaan mencintai lawan jenis dalam ikatan pernikahan..

Sejak pertama kali mendapatkan biodata akhwat tersebut. Saya telah mewanti-wanti kepada Murobbi agar tidak menampilkan fotonya. Jadi, saya meminta data itu benar-benar biodata saja tanpa disertai foto. Setelah saya baca dengan seksama, dan ada kemantapan hati di dalamnya, barulah saya meminta Murobbi untuk mengirimkan biodata plus fotonya, agar kemudian dapat saya pastikan, lanjut ke proses berikutnya atau tidak..

Singkat cerita, saya pun meng-iya-kan untuk proses berikutnya, yakni biodata saya akan disodorkan pada sang akhwat, jika ia juga merasa mantap hatinya, maka akan diatur waktu pertemuan ta’aruf. Sesi ta’aruf yang berlangsung singkat tersebut, saya pun tak dapat memandang secara “jelas” dan “lama”, karena tentu saja saya merasa malu untuk memandangnya terlalu lama. Sekilas yang saya lihat, perawakannya tak beda jauh dengan foto yang saya terima beberapa waktu sebelumnya. Dan saya rasa itu sudah cukup..

Dari satu kali pertemuan ta’aruf tersebut, saya rasa tidak ada yang memberatkan, atau alasan yang dapat membuat saya berpaling. Perasaan untuk menyegerakan pernikahan ini telah bulat, agar diri dapat terjauhkan dari hal-hal maksiat yang selalu mengintai di setiap nafas jalan perjuangan. Hari itu juga, saya nyatakan bahwa proses dapat dilanjutkan pada tingkat berikutnya, yakni pembicaraan mengenai teknis khitbah. Menunggu waktu sehari, esok paginya pun jawaban telah saya dapatkan, yakni sang akhwat juga berkenan untuk dilanjutkan pada proses berikutnya..

Pun pada saat itu juga, rasa cinta menggebu itu tidak tumbuh seperti kebanyakan cerita dari teman-teman awam di kampus. Bahwa ketika mereka mencintai seseorang, akan selalu terbayang wajahnya, mendengar namanya saja akan bergetar rasa di dada, dan hal-hal “lebay” lainnya. Saya kok masih biasa saja ya. Dan bahkan sebenarnya sangat asing terhadap sang akhwat. Saya sama sekali tidak tahu dan tidak mengenali sikap dan seluk beluk kisah kehidupannya seperti apa..

Ah sudahlah, mengenai pengenalan sikap dan karakternya lebih dalam, suatu saat nanti akan saya lakukan. Yaitu setelah akad terlantunkan. Dan otomatis kami telah menjadi satu ikatan halal. Lambat laun, seiring perjalanan hidup kami berdua, juga akan saling mengenali satu sama lain. Sebuah pengelanan dan pemahaman diri yang tidak akan pernah berhenti. Long life, sepanjang hidup itulah kami akan berusaha saling belajar, saling memahami, dan saling menguatkan satu sama lain..

Tanggal 9 Januari yang lalu, khitbah secara resmi dari pihak keluarga saya kepada keluarga akhwat pun telah usai dilaksanakan. Rasa cinta itu, saya rasa tidak bertambah dan tidak berkurang. Yang berubah adalah tentang kemantapan hati, bahwa telah ada seorang akhwat yang saya lamar, dan akan menjadi pendamping hidup saya setelah akad nikah dilangsungkan, sampai kami diwafatkan, dan kemudian dikumpulkan kembali menjadi keluarga di Jannah-Nya kelak..

Kalau belum cinta, lalu apa? Sebegitu nekadnya kah menikahi seseorang yang tidak dicinta? Hm.. sepertinya ini yang harus diluruskan. Belum cinta yang saya maksud tentu bukan berarti tidak cinta? Benih-benih cinta suci itu telah ada, namun tidak menggebu hingga terpikir siang malam dan terus menderu kalbu. Bukan cinta yang demikian. Melainkan benih cinta, yang akan tumbuh subur dan terus subur pasca pernikahan nanti. Insya Allah..

Benih itu senantiasa terkuatkan karena background pendidikan enam tahun selama masa Madrasah Tsanawiyah dan Aliyah (usia SMP hingga SMA). Kemudian keaktifannya di LDK Kampus POLBAN hingga tergabung di KAMMI Komisariat POLBAN dan KAMDA Bandung. Dunia pekerjaan yang juga diliputi oleh ikhwah sholeh dan sholehah, yakni di Rumah Zakat, menjadikanku semakin yakin bahwa dirinya senantiasa terjaga ruhiyahnya..

Yang patut dikhawatirkan sebenarnya malah ada pada diri saya ini. Saya adalah orang baru di jama’ah Tarbiyah, yaitu baru sejak di akhir tahun 2011 silam. Kekhawatiran itu patutnya melekat erat pada sang akhwat karena akan mempercayakan masa depannya kepada seorang ikhwan semacam diri saya yang tidak jelas asal-usul dan masa lalunya..

Namun, ketika kemantapan hati keduanya telah tersimpan rapat di dalam dada. Apa lagi yang akan dikhawatirkan? Bukankah Allah akan mendekat lebih dekat daripada apa yang kita lakukan? Jika keduanya sama-sama belajar mencintai diri mereka masing-masing berlandaskan rasa kecintaan kepada Rabb-Nya, maka semoga Allah pun ridho. Memberkahi langkah-langkah perbaikan diri yang terus diikhtiarkan. Memberikan petunjuk-Nya agar keluarga baru tersebut meniti jalan lurus yang tidak bengkok, agar tidak tersesat dari jalan-Nya..

Cover 18 Mar 2014 - CopyYa.. Saya memang belum cinta secinta-cintanya kepada akhwat calon isteri tersebut. Tapi, semuanya itu terganti dengan ketenangan hati. Bahwa sang akhwat juga akan menenangkan dirinya, sampai tiba pada waktunya. Tiba di waktu ketika segala kecintaan dan kerinduan memang telah halal terlaksana. Akan tiba pada saatnya nanti, kami benar-benar akan saling cinta dan mencintai, hanya karena Allah. Mencintai karena ketaatan kami kepada perintah-Nya serta menjauhi larangan-Nya. Mencintai karena rasa cinta kami kepada saudara-saudara kami seperjuangan, bahwa cinta dan ukhuwah haruslah sedekat urat nadi..

Salam hangat dan semangat selalu dalam dekapan ukhuwwah

Kembang Janggut-Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur
Ahad siang, 17 Rabiul Awal 1435 H/19 Januari 2014 pukul 12.01 wita

Dipublikasikan otomatis secara terjadwal oleh WordPress pada hari Jum’at, 25 Juli 2014 pukul 08.00wita

Keterangan: Artikel ini termasuk rangkaian cuplikan narasi dalam Buku “Kado Cinta 4 Isteri Sholihah” yang dihadiahkan sebagai mahar kepada Sang Isteri Tercinta [Iis Syarifah Latif] yang kami telah melaksanakan akad nikah pada tanggal 30 Mei 2014.

Comments
2 Responses to “Kok Belum Cinta?*”
  1. kakaakin says:

    Ternyata sekarang semakin cinta kaan 😀

Tinggalkan Jejak ^_^

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: