Antara Perkenalan-Lamaran-Pernikahan*

Antara Perkenalan-Lamaran-Pernikahan*
*Oleh Joko Setiawan, A Social Worker, Seorang Pembelajar Sepanjang Zaman
“Fabiayyi aalaa i robbikumaa tukadzdzibaan” (Q.S Ar Rahmaan: 13). Maka nikmat Tuhanmu yang mana lagikah yang dapat kamu dustakan? Sebuah pertanyaan retoris dari Allah kepada hamba-Nya. Ayat ini menyadarkan kita betapa besar nikmat yang telah diberikan Allah kepada diri kita. Kalau menghitung-hitungnya, tinta seluas lautan dan ditambah lagi dengan seluas itu, tidak akan pernah cukup menuliskan kemurahan-Nya yang dicurahkan kepada kita semua..
Nikmat ini juga tak kalah hebatnya. Sebuah proses yang cukup singkat, lancar, tanpa ada masalah yang memberatkan, dalam suasana kekeluargaan dan saling percaya. Alhamdulillah, tsumma Alhamdulillah. Proses ta’aruf pertama kali dalam seumur hidup, yang kemudian sama-sama ridho dan merasa cocok satu sama lain, hingga hari berikutnya telah dibicarakan teknis khitbah atau melamar..
Satu kali pertemuan dengan sang akhwat pada saat ta’aruf, kemudian dua kali bertemu dengan ibundanya, dan tiga kali bertemu dengan ayahandanya. Meski demikian, keputusan yang sangat besar telah diambil. Ya, sebuah pertemuan yang hanya sekali seumur hidup tersebut, melahirkan keputusan untuk meneruskan pada kisah hidup bersama untuk selamanya..
Ta’aruf dilaksanakan pada hari Senin sore, 23 Desember 2013 berlokasi di rumah salah satu kader dakwah, di daerah Dago Jati. Pada pertemuan ini, saya bertemu lengkap, baik itu sang akhwat, abi dan juga umi-nya yang memang sengaja ingin langsung menemani proses ta’aruf anak ke-2 nya tersebut..
Keesokan harinya, Selasa, 24 Desember 2013, keluarlah jawaban dari sang akhwat, bahwa dirinya siap untuk melanjutkan pada proses berikutnya. Proses berikutnya adalah membahas teknis khitbah atau lamaran. Kali ini saya hanya bertemu dengan ayahandanya saja bertempat di kantor DPRD Kota Bandung. Di sini, kami membicarakan perkiraan waktu khitbah dan juga ancang-ancang waktu walimatul ursy nya. Dan pada akhirnya, ditetapkan bahwa tanggal 30 Desember 2013, keluarga saya akan hadir ke Bandung untuk datang ke rumah melakukan lamaran. Sedangkan, untuk waktu akad nikah dan walimahan nya direncanakan akan dilaksanakan sekitar bulan Mei tahun 2014. Keesokan harinya, karena kebetulan tanggal merah, beliau mempersilahkan saya untuk bersilaturahmi ke rumah..
Rabu, 25 Desember 2013 pagi hari, saya pun berangkat ke rumah keluarga sang akhwat di Sekeloa. Berbekal alamat di biodata sang akhwat, saya pun mencari alamat ditemani sahabat terbaik, Abd Muhni Salam. Tak terlalu lama, dalam waktu singkat kami pun menemukan gang rumah yang kami cari-cari. Muhni saya pulangkan ke asrama, dan saya pun mencari sendiri sampai ketemu tepat di rumahnya..
Ayahanda sang akhwat kaget dengan kehadiran saya sekitar pukul 09.00wib karena dikira beliau saya akan datang pada sore hari. Perbincangan pun dilanjutkan di dalam rumah. Percakapan mengalir dengan suasana penuh kekeluargaan. Sebenarnya sang akhwat juga ada di rumah, tapi saya hanya bisa melihat ayahanda dan ibundanya saja, sedangkan sang akhwat begitu malu hingga tak mau menampakkan dirinya di hadapan saya..
Tak hanya ayah dan ibunya saja, saya juga sempat berbincang dengan kakek sang akhwat, bapak dari ayahandanya sang akhwat. Tak banyak yang bisa kami bincangkan, karena saya memang masih tak begitu paham bahasa Sunda. Sedangkan untuk usia setua beliau, memakai bahasa Indonesia juga menjadi kendala tersendiri. Intinya, silaturahim kali ini juga berjalan dengan begitu lancar. Bahkan, kami memperbincangkan jauh ke depan, mengenai kemungkinan membawa sang akhwat hijrah ke Kalimantan dan lain sebagainya. Sang ayahanda memberikan tawaran alternatif solusi untuk menempati kamar di lantai dua yang kamar mandinya sudah di dalam, sebelum mendapatkan tempat tinggal yang cocok di Kota Tenggarong Kabupaten Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur..
Hari Kamis keesokan harinya, 26 Desember 2013 saya berangkat ke Kota Depok untuk memastikan bahwa perwakilan keluarga Bancar yang kebetulan tengah berada di Depok itu, apakah bisa hadir ke Bandung tanggal 30 Desember 2013 atau tidak. Dari perbincangan panjang, diputuskan untuk mengundur waktu khitbah sampai dengan tanggal 9 atau 10 Januari 2014. Alasan utamanya adalah karena agenda yang cukup padat di akhir tahun, dan juga kebetulan ada keluarga dari suami kakak perempuan saya yang berniat untuk ikut hadir ke Bandung..
Maka, jika semua rencana ini dilancarkan oleh Allah. Waktu perkenalan tanggal 23 Desember 2013, kemudian Lamaran tanggal 9 Januari 2014 dan dilanjutkan dengan akad nikah pada bulan Mei 2014. Semoga Allah memudahkan langkah-langkah untuk menyempurnakan separuh agama-Nya ini. Aamiinn ya Rabbal aalaamiin..
Salam hangat dan semangat selalu dalam dekapan ukhuwwah
Kembang Janggut Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur
Kamis malam, 01 Rabiul Awal 1435 Hijriah/02 Januari 2014 pukul 21.01 wita
Dipublikasikan otomatis secara terjadwal oleh WordPress pada hari Jum’at, 18 Juli 2014 pukul 08.00wita
—
Keterangan: Artikel ini termasuk rangkaian cuplikan narasi dalam Buku “Kado Cinta 4 Isteri Sholihah” yang dihadiahkan sebagai mahar kepada Sang Isteri Tercinta [Iis Syarifah Latif] yang kami telah melaksanakan akad nikah pada tanggal 30 Mei 2014.
Subhanallaah.
Barokallahu lakuma. Mudah mudahan langgeng sampai di surga-Nya 🙂
Aaamiiin… Syukron ya Mba Vinda..
Ma’assyukri 🙂