Memoar Kampus Dago 367*

Memoar Kampus Dago 367*
*Oleh Joko Setiawan, A Social Worker, Seorang Pembelajar Sepanjang Zaman
Bandung bagiku adalah sebuah kota yang sama sekali tidak pernah aku impikan sebelumnya. Ya, aku hanyalah seorang anak desa yang akhir-akhir masa sekolah SMK memimpikan pergi melancong ke Negeri Jepang..
Dan impian, memang tak selalu harus langsung dikabulkan. Pasca lulus dari SMKN 4 Bojonegoro, aku mendapatkan pekerjaan di PT. Astra Daihatsu Motor (ADM) Jakarta, setelah tidak lolos ujian tulis beasiswa Monbukaghakhuso (beasiswa dari Pemerintahan Jepang). Dari sinilah aku memupuk mimpi kembali untuk bisa kuliah meski orang tua tidak memiliki dana yang cukup untuk membiayai kuliahku tersebut..
Berkat usaha dan cita-cita untuk melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi, maka Allah Yang Maha Tahu memberikan jalan mulus kepadaku untuk dapat menginjakkan kaki dan menorehkan cerita perjuangan di Kota Kembang..
Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung menjadi tempat tujuan pertama dan utama. Ya, dan di sinilah aku mendapatkan status resmi sebagai mahasiswa di pusat keramaian Kota Bandung, Dago 367..
Dari STKS Bandung segalanya bermula. Aktivitas kawan-kawan LDK, Himpunan Mahasiswa Jawa, Hima Rehsos, BEM, aktivitas dengan mahasiswa dari Korea Selatan, FORKOMKASI dan juga KAMMI. Itu semua menjadi kisah manis yang menghiasi perjalanan hidup selama empat tahun dua bulan di Kota Paris van Java..
Kisah-kisah tersebut akan terus teringat dan menjadi kenangan sepanjang hidup. Peralihan sifat remaja kepada dewasa awal juga terjadi pada masa-masa ngampus di Dago 367. Dan hal yang paling menggembirakan adalah dengan memperbanyak teman dan kenalan, memperluas jaringan dan menyebarkan kebaikan ke berbagai tingkatan status sosial masyarakat..
STKS Bandung memang bukanlah sebuah kampus besar. Angkatan saya yang masuk kuliah di tahun 2008 saja hanya ada sekitar 240 mahasiswa, disusul mahasiswa angkatan 2009 sebanyak 320 mahasiswa, kemudian mahasiswa angkatan 2010 sebanyak 380 mahasiswa dan seterusnya. Rata-raat mahasiswa yang diterima setiap tahunnya dapat dikatakan hanya ada 300 mahasiswa saja. Maka, sudah dapat dibayangkan sebesar apa kampus dengan total mahasiswa sekitar 1200-an orang tersebut..
Tapi jangan salah, dari Dago 367 inilah lahir orang-orang hebat yang menggawangi Kementerian Sosial, orang hebat di sebuah perusahaan multinasional dan juga United Nation member seperti UNICEF, UN-OCHA, UNDP, UN-ESCAP, dan lain-lain..
Mahasiswanya, dari tahun ke tahun juga mengalami peningkatan kualitas atas saringan ujian masuk yang lebih ketat dan berbobot. Dan tujuannya tidak lain adalah untuk meningkatkan kualitas bersaing STKS Bandung secara umum dengan berbagai universitas dan perguruan tinggi lain yang menyelenggarakan studi/jurusan serumpun..
Fokus memandang pada peningkatan kualitas mahasiswanya, saya selalu berkaca pada suasana perkuliahan di luar negeri. Saya pun mengakui bahwa kualitas sumber daya manusia bangsa Indonesia tidaklah kalah dengan sumber daya di negara-negara lain. Hanya saja, masalahnya adalah pada penyediaan fasilitas, dukungan riset, dan suasana belajar mengajar yang cukup nyaman..
Ke depannya, STKS Bandung juga harus berbenah di banyak hal mulai dari fasilitas belajar mengajar, kegiatan kemahasiswaan, akademik dan juga hubungan dengan kampus-kampus di dalam dan luar negeri. Saya pribadi, memimpikan bahwa suatu saat nanti STKS Bandung bisa memiliki international corner yang dapat menyediakan banyak informasi pertukaran mahasiswa, event budaya internasional, konferensi internasional dan lain-lain..
Akhir kata, STKS Bandung tetap di hati, sampai kapan pun juga. Insya Allah.. ^_^
Salam hangat dan semangat selalu dalam dekapan ukhuwwah
Kembang Janggut-Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur
Selasa sore, 08 Jumadil Akhir 1435 H/08 April 2014 pukul 17.05 wita
Dipublikasikan otomatis secara terjadwal oleh WordPress pada hari Senin, 21 April 2014 pukul 08.00wita