Pengalaman Mahasiswi STKS Bandung di Seventh Youth Peace Ambassador di Nepal

7 Temple

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakaatuh

Salam Sahabat Muda,

Tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta. Mungkin kata ini melekat bagi generasi ke generasi. Perkenalkan nama saya Titin Anisa. Saya anak pertama dari dua orang bersaudara. Saya lahir pada tanggal 8 Oktober 1994, dan saya sekarang kuliah di Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung.

Beberapa waktu lalu, tepatnya pada tanggal 19-25 Januari 2014, saya mewakili Indonesia di kancah internasional, dalam kegiatan SEVENTH INTERNATIONAL YOUTH PEACE AMBASSADOR TRAINING WORKSHOP (YPA7) di Kathmandu and Lumbini, Nepal. Pada awalnya, saya memulai aktif di kegiatan DUTA ANAK SUMATERA BARAT. Tak puas dengan itu saja, ajang internasional pun ingin saya selami. Tapi tetap pada kodrat saya, berpatokan pada Hak-hak anak.

Kita memulai perjalanan pada tanggal 17 Januari 2014. Kami perwakilan dari INDONESIA sebanyak 13 orang yang tersebar dari berbagai provinsi, yakni Sumatera Barat, Pekanbaru, Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang, Pontianak, dan lain sebagainya. Kami berkumpul dan bertemu untuk pertama kalinya di Kuala Lumpur (LCC Terminal).  Mungkin perasaan canggung pun menghampiri kami, dikarenakan kali pertama bertemu dengan orang-orang ini.

Dengan memiliki perasaan senegara, kami pun mulai mengenal satu sama lain, walaupun sangat instan. Kami mulai mencairkan suasana dengan foto bersama sebelum keberangkatan dan saling bertukar pikiran satu sama lain.

Foto  1: sewaktu memulai keberangkat ke Kathmandu, Nepal

Foto 1: sewaktu memulai keberangkat ke Kathmandu, Nepal

Sesampai kita di Tribhuvan International Airport, Nepal. Kami langsung disambut panitia dan dibawa ke Hilltake Health Spa & Resort. Pada tanggal 18 Januari 2014, kami langsung memulai aktivitas di Nepal. Disambutlah kami dengan acara NEPAL CULTURAL FEST pada malam harinya. Sontak kami dimanjakan dengan budaya, baik itu tarian, cindera mata, dan baju-baju adat khas Nepal. Setidaknya kami dibekali dengan buku-buku pengenalan negara Nepal.

Sampailah pada saat yang ditunggu, tanggal 19 Januari 2014, dimulailah aktifitas kami di YPA7. Dimulai dengan pembukaan acara, dan pengenalan tentang Youth Peace Ambassador 1-6 dan pengenalan sesama anggota YPA7.

Sontak udara dingin pun kami rasakan. Yang awalnya kami hanya merasakan suhu Indonesia yang tropis dan cenderung hangat, sekarang kami harus dihadapkan dengan suhu ekstrim sampai 3 derajat Celcius. Huhuhu….. Alangkah dinginnya tempat itu, tak heran ada salah satu rekan kami dari Indonesia yang jatuh sakit untuk beberapa hari. Dan yang paling disayangkan, makanan mereka sangat berbeda dengan masakan Indonesia, khususnya rempah-rempahnya. Satu lagi, tak ada daging, ayam dan ikan di sana, otomatis kami vegetarian selama satu minggu.

Di hari pertama YPA7, kami diharuskan memaparkan apa kegiatan yang telah dilakukan sebelum mengikuti YPA7. Saya yang domisilinya berkutat dibidang pemenuhan hak-hak anak, kami langsung memaparkannya di depan anggota YPA7 lainnya.

Foto 2: Kami memaparkan program Duta Anak Sumatera Barat

Foto 2: Kami memaparkan program Duta Anak Sumatera Barat

Pada hari keduanya bertepatan tanggal 20 Januari 2014, kami diwajibkan membuat suatu Action Plan yang mana akan kami kerjakan selama setahun ke depan. Kami yang awalnya terdiri dari 3 orang perwakilan Sumatera Barat (Titin Anisa, Rinaldi Hermansyah, Hary Novar) sekarang kedatangan satu orang tambahan di grup kami. Berkaitan dengan Action Plan, kami tetap bersikukuh di bidang pelayanan anak. Dan akhirnya sekarang kami mengangkat tema “CHARITY FOR CHILDREN WITH ARTIFITIAL LEGS”.

Tujuan kami mengambil tema ini, dikarenakan banyaknya orang yang memiliki keterbatasan fisik, banyak yang putus asa dan butuh suntikan semangat. “Siapa bilang kami berbeda?“
Nah dengan ini, kami mulai mencari akarnya, yang dimulai dengan anak-anak yang berkubutuhan khusus (disabilitas), khususnya yang keterbatasan pada aktifitas berjalan, yakni kaki. Project kami ini bertumpu pada penyambung kaki bagi anak-anak yang mengalami kecacatan kaki.

Project kami ini mendapatkan apresiasi yang luar biasa dari Mr. Darrl Macer selaku Director Eubios Ethics Institute. Dengan suntikan apresiasi tersebut, menambah semangat pula bagi kami dalam pengerjaan project ini.

Di sela-sela waktu coffee break, kami selaku Indonesian delegation menyempatkan untuk berfoto bersama, kami kompak untuk memakai baju batik pada hari kedua conference.

Foto 3: Indonesian delegation berfoto bersama dengan memakai batik

Foto 3: Indonesian delegation berfoto bersama dengan memakai batik

Foto  4: kami memaparkan hasil action plan kami tentang charity for children with artifitial legs (Titin Anisa, Rinaldi Hermansyah, Angraini Charisma, hary Novar)

Foto 4: kami memaparkan hasil action plan kami tentang charity for children with artifitial legs (Titin Anisa, Rinaldi Hermansyah, Angraini Charisma, hary Novar)

Foto 5: Hasil Action Plan kami direvisi oleh Mr. Darrl

Foto 5: Hasil Action Plan kami direvisi oleh Mr. Darrl

Setiap harinya kami berkutat dengan Action Plan masing-masing. Dan datanglah waktu yang ditunggu-tunggu, pada tanggal 22 Januari, kami semua partisipan YPA7, melakukan perjalanan 8 jam ke kota Lumbini by land. Banyak pengalaman unik yang kami dapatkan di sana, baik itu saling menyanyikan lagu negara masing-masing, saling belajar bahasa negara masing-masing ketika di dalam bis, dan pengalaman paling unik ketika ban dari bis kami mengalami kebocoran. Sambil menunggu bapak sopir untuk membenahi bannya. Mr.Darrl mengambil inisiatif untuk membuat game kecil di lapangan sekitar.

Foto 6: Mr. Darrl mengajak kami untuk bermain game kecil sewaktu menunggu pergantian ban mobil

Foto 6: Mr. Darrl mengajak kami untuk bermain game kecil sewaktu menunggu pergantian ban mobil

Sesampai di Lumbini, kami disambut dengan sajian makanan yang berbeda dengan di Kathmandu, untunglah di sana ada masakan yang berbau ayam goreng, setidaknya menolong perut kami yang merindukan ayam goreng .. hahaha #curhat.

Kami diajak mengunjungi tempat-tempat bersejarah di Lumbini, dan tak heran Nepal disebut dengan Negara Seribu Candi, dan memang bnyak sekali ditemukan candi-candi di sana. Dan domisili warga Nepal yakni Budha.

Foto 7: Kami berfoto bersama di salah satu temple yang terkenal di Lumbini

Foto 7: Kami berfoto bersama di salah satu temple yang terkenal di Lumbini

Hari berganti hari, dan kami banyak mendapatkan pengalaman di sana,baik tentang penanganan bencana, hipnoterapi, action plan, yoga, pengenalan tentang agama Budha, phyloshopy work dan lain sebagainya. Tak terasa tanggal 25 Januari telah datang. Pada hari ini akan diberikan sertifikat bagi partisipan YPA7. Dan berkhirnya acara Youth Peace Ambassador 7 ditutup dengan Farewell Lunch.

Foto 8: Pemberian sertifikat dari Direktur Eubios, General Manager dan Presiden Youth UNESCO’s Club

Foto 8: Pemberian sertifikat dari Direktur Eubios, General Manager dan Presiden Youth UNESCO’s Club

Foto 9: Foto bersama pada acara penutupan Youth Peace Ambassador 7 di Nepal

Foto 9: Foto bersama pada acara penutupan Youth Peace Ambassador 7 di Nepal

Banyak pembelajaran yang dapat saya petik dari pengalaman tersebut, baik itu menambah relasi dari masing-masing negara sahabat, menambah ilmu pengetahuan, dan masih banyak lagi. Pengalaman itu hanya sekali, kesempatan itu juga datangnya sekali, pengalaman lain juga akan datang, tapi pasti berbeda dengan pengalaman sebelumnya. Maka nikmatilah pengalaman yang engkau dapati, ambil sisi potitifnya, apabila ada sisi negatif dari pengalaman itu, carilah sisi terbaliknya, untuk menemukan yang positifnya.

“Jangan takut untuk inofatif, jangan takut menentang menyontek”
“Jangan takut untuk terbalik, jangan takut untuk berbeda”

Narasi selesai ditulis Oleh Titin Anisa pada hari Sabtu, 01 Februari 2014. Dipublikasikan di Blog Bocahbancar atas seizin resmi dari yang bersangkutan.

—–

69533_586927061402328_1979080281_nAbout Titin Anisa, titin_anisa20@yahoo.com

Hy. I am 19 years old and I study social work at the Bandung Collage of Social Welfare, West Java, Indonesia. I have been an active participant of the social activities in Indonesia as a child forums Supervisor agam,agam regency, West Sumatra. Volunteer at school expectations in Lembang, Bandung, West Java, Indonesia. My experience started from the Youth Peace Ambassador 7 in Nepal, and this experience for overseas debut. However, at this point I am not satisfied because I have not reached the goal of changing the world for the better, both in themselves and others.

In line with my ambition to become a social worker, an issue that most caught my attention was concerned. I have practiced community development in medical humanities studies module at school but I’m sure there are more horizon to be exceeded. Experience, however, actually contributed as part of a bigger picture to the public leads me to believe that doctors are required to work continuously for the betterment of mankind. By no means will this show that we have to work in isolation. It is essential that everyone from different backgrounds act together to create a better tomorrow…

You can get to know me on facebook account: Titin Anisa Syahrial, my Twitter account: @anisasyahrial, My instagram: aiianisa, and mobile phone: (+62) 83180358999.

The peace Youth Ambassador, I take about carity action plan for children with artifitial legs. I hope to finish my plan, and can develop in the community, especially to help others. 

Greetings to us all

Comments
13 Responses to “Pengalaman Mahasiswi STKS Bandung di Seventh Youth Peace Ambassador di Nepal”
  1. Titin Anisa says:

    iya mas Joko,, semoga menginspirasi teman2 lainnya untuk mencari kesuksesan yang mereka dambakan, Insyaallh mohon doanya, anisa akan mengisi acara di STTD Bekasi, dalam acara Ambassador road to Campus,,, hihih pada senin 17 nov 2012,, mohon doanya keluarga2 semua

  2. Titin Anisa says:

    Wah baru baca comment2 nya.. Subhanallah bhgia sekali ketika membaca commentnya, Anisa juga masih belajar. Msih sibuk mencari pengalaman yang berserakan diluar sana. Byk inspirator handal yang saya patok, salah satunya adalah senior saya penulis book of dream, tim yang luar biasa yg sangat menginspirasi saya buat lebih maju. Terimakasih dukungan semua keluarga tercinta.. Trmksih atas semuanya. Terharu,,, hiks hiks

    • Insya Allah kita akan terus menginspirasi ya. Tidak pandang senior atau junior, selama kita bergerak dengan impian besar dan usaha yang sungguh-sungguh, maka kesuksesan itu ada di depan mata. Ya, tepat 1 cm di depan mata 🙂

      Tetep semangat ya Anisa untuk menorehkan prestasi-prestasi lainnya..

      Salam hangat dan semangat selalu

  3. irmawati says:

    saya sangat bangga dengan semangat positif dan cita cita yang mulia dari anisa..saya bangga bahwa ada mahasiswi stks yang aktif mengembangkan profesinya..semoga menjadikan kemajuan dan kebarokahan dan memberikan semangat kepada alumni lainnya..amin

  4. nengwie says:

    Wa alaykumussalam warahmatullahi wa barakaatuh…

    Asyik bacanya dan seru pengalamannya, semoga rencana2 nya bisa terealisasikan yaaa…

  5. Desmiarti Iboekoe says:

    pengalaman yang sangat berharga……Selamat ya Titin…”Jauah bajalan banyak diliek,lamo iduik banyak diraso”

  6. Titin Qeren,,
    Good luck trus yy say,,
    🙂

Tinggalkan Jejak ^_^

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: