Seperempat Abad*

Seperempat Abad*
*Oleh Joko Setiawan, A Social Worker, Seorang Pembelajar Sepanjang Zaman
Alhamdulillah. Segala puji dan syukur memang patut kita panjatkan hanya kepada Allah semata, Tuhan, Rabb sekalian alam semesta beserta seluruh isinya. Dunia berputar pada porosnya, sembari ia pelan-pelan mengitari Matahari sebagai pusat orbital planet-planet sejagat raya. Dengan demikian, waktu pun terus berjalan, hari berganti pekan, bulan berganti tahun, dan dari tahun ke tahun, sampailah di 100 per empat, seperempat abad..
Rasanya seperti baru hari kemarin saya biasa mandi di kali bersama teman-teman masa kecil, sekolah Jurusan Geologi Pertambangan dengan segala ilmu barunya, menjadi karyawan di Pabrik Mobil Daihatsu dengan tingkat kedisplinan super tinggi, menjalani kuliah empat tahun di Bandung, berangkat dari kajian ke kajian hingga aksi demontrasi turun ke jalan bersama ikhwah Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI), bergabung dengan Tim DRM PKPU Lembaga Kemanusiaan Nasional, dan sampailah perjalanan di sini, Kabupaten Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur..
Kesyukuran pertama adalah bahwa Allah masih mengizinkan saya untuk menghirup udara dunia-Nya hingga sampai di usia ke-25 tahun Masehi. Kemudian saya menjadi teringat bahwa di angka tahun inilah, Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam menjemput Ibunda Khadijah sebagai isteri terbaik sepanjang zaman. Maka, tak salah jika saya pun memimpikan yang sama, yakni mampu menjemput bidadari dunia itu untuk menjadi pendamping hidup baik di dunia pun di akhirat kelak..
Mimpi tinggallah mimpi jika tanpa diikuti oleh aksi bertahap dan nyata di tataran kehidupan dunia. Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, kecuali mereka mengubah dari diri mereka sendiri, karena ada sebab, maka jadilah itu akibat. “. . . Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaanyang ada pada diri mereka sendiri. . .” (Q.S Ar Ra’du: 11)..
Di usia seperempat abad ini, juga menjadi sarana agar saya dapat berkontemplasi, merenungi segala aktivitas dan pencapaian selama ini. Apakah sudah sadar akan tujuan hidup di dunia? Impian-impian mana yang belum mewujud? Dan ternyata jawabannya sangat sederhana. Tujuan hidup di dunia adalah mencari bekal semaksimal mungkin untuk hidup kekal di akhirat. Kesadaran ini harus menyatu dalam alam pikiran bawah sadar, alam pikiran sadar, dan juga teraplikasi dalam keseharian. Ibarat kita menyadari akan berlayar di lautan, namun enggan untuk membuat suatu alat yang dapat mengapungkan kita di tengah samudera, padahal mengandalkan tubuh sendiri untuk berenang adalah suatu kesia-siaan yang akan mematikan kita karena kehabisan tenaga..
Lalu berbicara mengenai impian. Impian “duniawi” terbesar saya saat ini adalah untuk meraih full scholarship untuk melanjutkan pendidikan Master (S2) di Negeri Sakura alias Jepang. Ya, impian saya bukanlah jalan-jalan, liburan, atau bekerja, tapi kuliah, menuntut ilmu untuk kemaslahatan lebih banyak manusia. Nah, kemudian pada saat proses menyelesaikan S2 di Jepang nanti, saya juga berkeinginan untuk berkeliling dunia. Dengan adanya jaringan OISAA (Overseas Indonesian Student Association Alliance) atau PPI Dunia, maka impian tersebut sangat logis untuk diwujudkan melalui penerbitan jurnal internasional, seminar-seminar dan juga simposium antar bangsa..
Tak lupa, Makkah dan Madinah juga menjadi pusat kerinduan lain dari kerinduan-kerinduan saya atas negara-negara kaum Muslimin yang dikebiri oleh orang-orang zalim seperti Palestina, Mesir, Suriah dan negara-negara serumpun. Kerinduan saya atas mereka, adalah sebuah kerinduan ukhuwah Islamiyah, bahwa persaudaraan Islam adalah persaudaraan sedunia, tidak memandang asal negara, suku, etnis, ataupun rasis..
Di usia seperempat abad ini, saya terus berdoa untuk diberikan keistiqomahan di jalan dakwah. Masa lalu yang kurang menyenangkan, biarlah menjadi pelajaran berharga yang tidak boleh terulang kembali. Karena keistiqomahan itu ditentukan pada akhirnya, maka tidak boleh lama-lama berlengah diri, kondisi futur haruslah segera terantisipasi dengan banyaknya kajian keislaman yang diikuti, serta menjadi bekal amalan diri..
Dan. . . Isteri yang sholihah dan memahami kekurangan diri, tentu menjadi dambaan dan pujaan hati. Ya, di usia 25 tahun inilah, semoga dipertemukan dengan perhiasan terbaik di dunia. Aamiin..
Tuban-JATIM, 27 Januari 1989 – Tenggarong-KALTIM, 27 Januari 2014
Salam hangat dan semangat selalu dalam dekapan ukhuwwah
Kembang Janggut-Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur
Senin pagi, 25 Rabiul Awal 1435 H/27 Januari 2014 pukul 07.00 wita
Selamat ulangtahun Jo, semoga sehat selalu dan harapan-harapan nya satu persatu terkabul. Wohooo 25! 😀
Thanks a lot ya Sya.. Iyo euy, sudah di angka 25 🙂
selamat tahun baru semoga makin di mudahkan apa yang cita citakan
Happy birthday mas.
Salam Kammi!
moga-moga segera dapat jodoh ya.
😀
Syukron… Aamiin… 🙂
selamat ulang tahun ^_^
Syukron mas.. 🙂