Ariel&Abiel di Kampung Padi*

Ariel&Abiel di Kampung Padi*
*Oleh Joko Setiawan, A Social Worker, Seorang Pembelajar Sepanjang Zaman
Kedatangan saya ke Bandung pada rentang tanggal 23-28 Desember 2013 kemarin memberikan pengalaman yang berbeda. Saya tak lagi tinggal di kostan lama, tempat berteduh selama empat tahun di Bandung ketika masih menyandang status mahasiswa Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS). Kali ini, saya tinggal di kostan Akh Dik Hidayat yang berlokasi di Kampung Padi, Dago Pojok..
Agak mengejutkan, seorang anak kelas II Sekolah Dasar tersebut mampu langsung akrab dengan diri saya, padahal baru pertema kali bertemu. Namanya Ariel. Tetangga kostan Akh Dik Hidayat. Saya takjub dengan sikapnya yang begitu mudah cair dengan orang baru, sikapnya ramah, parasnya cakep apalagi ada tahi lalat mini di atas bibir sebelah kirinya..
Ariel memang berasal dari keluarga sederhana. Ayahnya seorang seniman lukis, pekerjaannya lebih banyak melukis baju. Ibunya bekerja di salah satu minimarket. Dan Ariel ini memiliki adik usia empat tahun bernama Abiel..
Hal mengejutkan lain adalah ketika saya dan Akh Dik hendak sholat berjama’ah menuju masjid, dengan penuh semangat Ariel berkata ingin ikut. Kami gembira, dan ia pun senang dapat turut sholat berjamaah bersama saya dan Akh Dik, meski jarak tempuh dari kostan menuju masjid cukup lumayan jauh dengan medan naik turun (maklum, lokasi Kampung Padi ini semacam lembah)..
Pada sesi yang lain, saya mengajak Ariel untuk sholat berjama’ah di masjid Ad Da’wah, kemudian bertemu dengan Abiel, adiknya Ariel. Setelah mengetahui kami hendak sholat berjama’ah di masjid, Abiel pun dengan semangat menggebu bilang ingin ikut. Jadilah kami bertiga berangkat bersama-sama untuk sholat maghrib di Masjid Ad Da’wah. Sewaktu akan pulang dari masjid, bahkan ada seorang bapak-bapak yang tersenyum gembira, menyalami saya, dan menyalami Ariel dan Abiel. Mungkin bapak tersebut berpikir, betapa bahagianya saya karena mampu membawa anak-anak pergi ke masjid sedari usia dini, dan tidak rewel/gaduh di dalam masjid. Padahal, yang saya bawa adalah anak tetangga kostan he he..
Bagi saya, Ariel adalah anak yang cerdas, santun, dan penuh semangat. Saya pernah mengajaknya untuk mencari makan malam setelah usai sholat maghrib, ia saya ajak berpikir kira-kira warung mana yang enak menyajikan makanan. Maka, saat itu juga ia tampak berpikir serius mencari lokasi tempat makan enak di dalam benaknya. Dan sesampainya di warung, ia malah tidak mau dibelikan makan juga, dan hanya bisa saya paksa untuk mengambil minum, itupun ia hanya mengambil teh kotak mini seharga Rp 1.000,-. Sungguh, anak ini ganteng, cerdas, santun, tidak manja, dan tahu kondisi keseharian hidupnya, tidak mudah iri dengan kondisi berlebih dari kawan-kawan sebayanya..
Pengalaman menarik lainnya adalah ketika dalam perjalanan pulang ke kostan, saya mampir ke tukang gorengan. Di sana, dengan spontan si ibu penjual gorengan berkata,”dedeknya cakep ya, apalagi ada tahi lalat di atas bibirnya”. Wah, kalau saya saya adalah ayah kandungnya Ariel, tentu sangat senang dan bangga mendengar pujian dari ibu penjual gorengan tersebut. Dan yang lebih membuat saya bahagia adalah, ternyata menurut pandangan si ibu penjual gorengan, roman muka saya sudah pantas untuk menggandeng seorang anak, tentu anak yang sholeh/sholehah, aamiin.. ^_^
Insya Allah, menjadi target pribadi, tahun 2015 semoga dianugerahi oleh Allah, seorang anak yang mungil, lucu, generasi mujahid dan mujahidah penerus estafeta dakwah fi sabilillah..
Ana, uhibbuki fillah ya ukhty yang masih menjadi misteri (sebelum akad nikah dilantunkan).. (^_^)
Salam hangat dan semangat selalu dalam dekapan ukhuwwah
Kembang Janggut-Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur
Rabu pagi, 01 Januari 2014 pukul 10.40 wita
Dipublikasikan otomatis secara terjadwal oleh WordPress pada hari Sabtu, 18 Januari 2014 pukul 08.00wita