Lembut Tapi Kuat*
*Oleh Joko Setiawan, A Social Worker, Seorang Pembelajar Sepanjang Zaman
Karakter seorang muslim yang jelas tergambar di dalam Al Qur’an adalah lemah lembut, tapi juga keras (kuat). Oleh karenanya, sebagai seorang yang beriman kita dituntut untuk mampu bersikap lemah lembut dalam situasi tertentu dan menjadi keras serta membela dengan harta, raga dan jiwa pada situasi lainnya. Seperti firman-Nya, “Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui” (Q.S Al Maidah: 54)..
Lembut adalah sesuatu yang dapat diterima oleh semua orang, dakwah dapat berjalan melalui tipikal sifat ini. Allah berfirman, “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. . . “ (Q.S Ali Imran: 159). Tapi di sisi lain, kelembutan juga banyak diartikan sebagai sebuah ketidakberdayaan/kelemahan (tidak kuat)..
Contoh kasus adalah ketika beberapa waktu lalu, dengan begitu tidak sopannya, ada beberapa karyawan perusahaan tempat saya bekerja yang menawarkan untuk minum bir bersama. Padahal mereka jelas-jelas tahu, bahwa kami baru saja usai menunaikan ibadah sholat Ashar berjama’ah di masjid. Sungguh, hal tersebut adalah sebuah penghinaan yang begitu luar biasa. Mereka dapat berlaku demikian karena mungkin menganggap kami lemah, menganggap orang yang gemar memakmurkan masjid adalah orang-orang pengecut yang hanya bisa rukuk dan sujud saja..
Namun, ada kemakluman yang dapat saya ambil dari kejadian tersebut. Bahwa, ternyata realitas di sekitar masih begitu buruknya, padahal mereka adalah orang muslim juga seperti kami, bukan orang non muslim seperti mayoritas penduduk di Camp Rig ini..
Saya menjadi tersadarkan bahwa kekuatan orang beriman tidak diukur hanya dengan kekuatan fisik an sich, namun ketika kekuatan tersebut dipergunakan pada jalan yang benar, waktu yang tepat, musuh yang jelas-jelas memusuhi Islam. Ketika yang dipermasalahkan adalah mengenai pola tingkah atau pergaulan tanpa dasar agama, maka masih dapat dimaklumi. Tapi, ketika yang direndahkan adalah tentang agama kita, maka wajib untuk menyuarakan kebenaran, bahkan menggunakan kekuatan fisik jika memang diperlukan..
Sekali lagi, bahwa muslim itu lembut, tapi kuat, tidak lemah, tidak pengecut. Ia sadar akan kekuatannya akan dipergunakan untuk apa, tidak untuk memenuhi hawa nafsu kemarahan belaka..
Salam hangat dan semangat selalu dalam dekapan ukhuwwah
Kembang Janggut-Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur
Senin, 13 Shafar 1435 H/16 Desember 2013 pukul 16.54 wita
Dipublikasikan otomatis secara terjadwal oleh WordPress pada hari Rabu, 08 Januari 2014 pukul 08.00wita
Reblogged this on Nuraesa Nufus Faurani.
*sedang berusaha menjadi muslim yang lembut tapi kuat, terimakasih mas Joko 😀
Siipphh.. Semangat ya Mas Agfian… 🙂
Reblogged this on Cerita Aku Untuk Dunia and commented:
kerenn
like this mas joko…memotivasi saya dalam menjalankan segala urusan saya..thanks yaa 🙂
Terima kasih mba Mila… Salam hangat dan semangat selalu dalam dekapan ukhuwah 🙂