Menasehati Diri Sendiri*

Menasehati Diri Sendiri*

*Oleh Joko Setiawan, A Social Worker, Seorang Pembelajar Sepanjang Zaman

Hal pertama dan utama ketika hendak menasehati orang lain adalah dengan melakukan hal yang benar dan mengupayakan semaksimal mungkin untuk tidak melakukan kesalahan sehingga dapat meruntuhkan kepercayaan mad’u (objek dakwah). Menjadi contoh atau teladan merupakan kewajiban yang harus dipenuhi sebelum bergerak memberikan nasehat kepada orang lain..

Inilah uniknya seorang muslim. Ia diamanahkan untuk menyebarkan dakwah kepada seluruh umat manusia, tapi di sisi lain juga diancam untuk tidak terlalu banyak bicara namun minim dalam keteladanan. Maka, singkatnya adalah bahwa agama ini memerintahkan kita untuk menyampaikan dakwah yang secara garis besarnya disampaikan melalui lisan, dan seiring dengan hal tersebut, kita juga dituntut untuk memberikan keteladanan atas apa yang telah kita sampaikan. Allah berfirman, “Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan” (Q.S Ash Shaff: 3)..

Kita menyadari, sebagai seseorang yang turut serta menyampaikan risalah dakwah, iman juga terkadang naik dan terkadang turun, hal tersebut merupakan suatu kewajaran, namun tidak juga lantas dijadikan pembenaran. Naik turunnya iman disebabkan karena kejenuhan dan bisa juga semakin banyaknya maksiat diri. Hal seperti ini harus segera disadari dan ditangani, serta diantisipasi agar tidak terulang di kemudian hari..

Turunnya iman tak lantas menjadikan kita meninggalkan kewajiban dan melanggar larangan Allah. Ketika kita tak memiliki ghirah untuk menargetkan yang lebih atas capaian dakwah kita hari ini, bisa jadi itu adalah sebuah penurunan iman. Dan hal paling sederhana untuk melihat hal tersebut adalah ketika ibadah kita stagnan, tidak tertarik untuk memikirkan orang lain, menjadi egois dan mudah emosi..

Dengan demikian, maka nasihat mutlak diperlukan bagi siapa saja. Kita bisa mendapatkan nasihat dari membaca, mendengarkan ceramah, atau bahkan minta diberi nasihat secara langsung oleh sahabat karib, murabbi, kyai dan atau ulama. Nasehat yang dilakukan oleh diri sendiri adalah dengan melakukan muhasabah diri. Muhasabah idealnya selalu kita lakukan di setiap aktivitas. Minimalnya adalah setiap akan memejamkan mata menuju alam mimpi, kita dapat mengevaluasi akitivitas seharian ini, dan berusaha memperbaiki kesalahan-kesalahan kecil yang tidak disadari, serta melakukan continuous improvement (perbaikan secara berkelanjutan)..

Ya. Inilah tugas kita yang tak boleh disepelekan. Karena saking menumpukan amanah dakwah itulah, maka menasehati diri sendiri merupakan suatu hal mutlak yang wajib dipenuhi haknya. Kita tengah berhadapan dengan manusia yang unik, menginginkan dihargai person to person, dan super sensitif pada hal-hal tertentu..

Maka, mari kita nasehati selalu diri kita dahulu, sebelum pada tahap selanjutnya menyampaikan nasehat kepada sanak saudara, sahabat karib, kawan aktivis kampus, kawan sekantor dan atau masyarakat di sekitar lingkungan tempat tinggal kita..

Salam hangat dan semangat selalu dalam dekapan ukhuwwah

Kembang Janggut-Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur
Kamis, 10 Shafar 1435 H/12 Desember 2013 pukul 11.40 wita

Dipublikasikan otomatis secara terjadwal oleh WordPress pada hari Sabtu, 04 Januari 2014 pukul 08.00wita

Tinggalkan Jejak ^_^

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: