Pemuda yang Terlalu Banyak Alasan*
Pemuda yang Terlalu Banyak Alasan*
*Oleh Joko Setiawan, A Social Worker, Seorang Pembelajar Sepanjang Zaman
Bahagia mendengar sahabat, teman sejawat atau adik kelas yang telah menggenapkan separuh agamanya. Kebahagiaan tersebut murni keluar dari lubuk hati yang terdalam, kemudian ada rasa iri. Namun bukan sebuah iri yang berubah menjadi dengki hingga benci, namun iri kepada kebahagiaan yang mampu mereka tempuh dengan cara syar’i sesuai tuntunan agama Islam yang bersih dan suci. Sungguh indah, “Barangsiapa memberi karena Allah, menolak karena Allah, mencintai karena Allah, membenci karena Allah, dan MENIKAH karena Allah, maka sempurnalah imannya” (HR. Abu Dawud)..
Pembicaraan mengenai pernikahan masih dianggap sebagai hal yang tabu bagi sebagian besar mahasiswa. Karena kebanyakan mereka menganggap bahwa masa mahasiswa itu tak ada bedanya dengan masa sekolah, kewajiban utamanya adalah belajar menuntut ilmu dan berorganisasi, sedangkan pernikahan adalah suatu hal yang jauh tidak terjangkau karena belum memiliki penghasilan yang tetap..
Baik disadari ataupun tidak, kita sebagai aktivis dakwah juga telah larut dalam pemahaman yang serupa, yakni takut setengah mati untuk menikah ketika masih menyandang gelar mahasiswa. Seolah-olah, pernikahan akan menutup segala pintu kreativitas, rizki dan pengembangan diri. Menikah diidentikkan dengan kemunduran peradaban karena sepasang suami isteri akan terkucil dari pergaulan teman sebayanya, prestasi tinggi menjadi tidak berarti karena harus mengurus anak di rumah mungilnya, serta tak akan sempat untuk sekedar silaturahmi karena sibuk mengais rizki..
Idealnya, seseorang menikah pada rentang usia 18-25 tahun. Namun, kita sebagai kaum terpelajar (mahasiswa) menganggap 20 tahun adalah terlalu muda untuk melangsungkan pernikahan. Semester akhir atau beberapa bulan pasca menyabet gelar Sarjana menjadi legitimasi kesiapan menjemput sunnah pernikahan. Tapi masalahnya, yang berpikir demikian adalah para wanita, sedangkan para laki-lakinya masih menunda waktu tersebut dengan dalih mendapatkan pekerjaan yang layak terlebih dahulu. Dari sini meningkat lagi dengan persiapan “harta” yang ditumpuk-tumpuk hingga ia bisa digunakan untuk membeli kendaraan bermotor pribadi, sewa rumah dan lain sebagainya. Begitulah, tak terasa alasan demi alasan terus saja digulirkan hingga usia telah diambang angka 30 tahun..
Harusnya saya malu ketika menulis risalah ini, karena di usia yang hampir mencapai 25 tahun ini, saya juga masih berstatus lajang alias belum menikah. Tapi hal tersebut tidak menjadikan saya mundur untuk menulis tema semacam ini. Bukankah tulisan itu sebagai pengingat diri sendiri ketika orang lain belum ridho untuk menerima pesan yang terkandung di dalamnya? Ketika tidak ada yang sepakat dengan tulisan ini, bisa jadi suatu saat nanti, tulisan ini akan dicari, dicocokkan dengan realita zaman, dan ternyata tak jauh dari kenyataan..
Menikah itu tidak hanya perkara pemenuhan kebutuhan biologis dan meneruskan keturunan. Di dalamnya terkandung begitu banyak kemaslahatan yang bisa berdampak besar bagi dakwah Islam di muka bumi. Pernikahan seorang muslim juga berbeda dari pernikahan yang hanya mengedepankan syahwat. Karena ia melakukan tarbiyah (pendidikan) sedari masa pemilihan calon isteri yang sholehah, dididik dalam lingkungan yang sholeh, barulah melahirkan generasi yang sholeh/hah dan terus mendidiknya dalam suasana yang Islami..
Tapi beginilah pada kenyatannya, mungkin saya atau barangkali juga Anda adalah para pemuda yang terlalu banyak alasan untuk menunda pernikahan. Belum siap mental, belum punya penghasilan yang layak, belum ada calon yang tepat, sampai terlalu perfeksionis dengan memilah dan memilih wanita yang tanpa cela? Mau sampai kapan? Harusnya kita ingat umur yang semakin bertambah tua, dan beban-beban dakwah yang semakin banyak pula..
Saya sedang memprovokasi Anda untuk segera memberanikan diri untuk menikah, itu benar. Dan di waktu yang sama, saya juga tengah memprovokasi diri saya sendiri, itu juga benar. Tapi dikatakan sebagai provokasi, sebenarnya tidak sepenuhnya tepat ya. Karena menikah adalah tuntunan dari Rasulullah yang dengannya kita mampu untuk menggenapkan agama. Bahkan, Rasulullah mengecam orang-orang yang tidak mau menikah dan tidak punya anak lantaran takut miskin. Di sisi yang lain, Rasulullah juga menganjurkan agar para pemuda untuk segera menikah agar bisa menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan..
Terlalu banyak alasan yang akan Engkau kemukakan guna menunda-nunda pernikahan. Mantapkanlah hati, persiapkan diri, dan mulailah untuk memproses ajuan proposal diri. Ayolah, jangan jadi pengecut, ketika mampu untuk menjadi pejuang sejati. Duplikasi amal akan terjadi setelah terjadi pernikahan yang suci, perjuangan hidup akan lebih “terasa hidup” setelah ada beberapa nyawa yang menggantungkan dirinya pada kerja kerasmu. Awali dengan niat yang benar, jalani dengan proses yang benar, dan nantikanlah, berkah dan ridho Allah senantiasa dialirkan kepada hamba-hamba-Nya yang bertakwa..
Abdullah Ibnu Mas’ud Radliyallaahu ‘anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda pada kami: “Wahai generasi muda, barangsiapa di antara kamu telah mampu berkeluarga hendaknya ia menikah, karena ia dapat menundukkan pandangan dan memelihara kemaluan. Barangsiapa belum mampu hendaknya berpuasa, sebab ia dapat mengendalikanmu“
(Muttafaq ‘Alaihi)
Salam hangat dan semangat selalu dalam dekapan ukhuwwah
Kembang Janggut-Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur
Senin, 28 Muharram 1435 H/02 Desember 2013 pukul 16.54 wita
Dipublikasikan otomatis secara terjadwal oleh WordPress pada hari Sabtu, 28 Desember 2013 pukul 08.00wita
Reblogged this on KAMMI STKS BANDUNG.
penundaan pernikahan pasti ada sesuatu alasan yang tepat jelasnya,entah itu dari pihak pria dikarenakan masih belum siap dari segi ekonomi..
Selalu saja dari pihak laki-laki karena alasan belum punya pekerjaan tetap, belum punya motor, belum mampu kontrak rumah, belum mampu punya rumah dan lain sebagainya..
Harusnya, ketika telah siap (usia dan mampu bekerja), menikah akan membawa berkah, insya Allah.. 🙂