Membara di Dalam Dada*
Posted by Muhammad Joe Sekigawa on July 19, 2013 · Leave a Comment
Membara di Dalam Dada*
*Oleh Muhammad Joe Sekigawa, seorang Pembelajar Sepanjang Zaman
“Siapa yang tidak belajar (ta’lim) pada masa mudanya maka takbirkanlah empat kali untuk kematiannya. Demi Allah, yang namanya pemuda adalah yang berilmu dan bertakwa. Jika tidak ada keduanya maka jangan anggap dia itu ada”
(Imam Syafi’i)
Ulama sekaliber Imam Syafi’i saja begitu keras menekankan mengenai esensi seorang pemuda. Ketika tidak ada pada mereka ilmu dan takwa, maka jangan anggap para pemuda itu ada. Pemuda identik dengan giat dan enerjik, banyak ide, kreatif, serta tidak pantang menyerah. Itulah sekelumit cirri-ciri dari seorang pemuda. Namun ketika potensi diri yang muda tersebut tidak dipergunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah subhanahu wata’ala, tiadalah gunanya.
Pemuda dalam fitrahnya memiliki kekuatan yang besar untuk melakukan perubahan. Pikirannya dipenuhi dengan hal-hal baru, merasa tidak nyaman dengan keadaan stagnan dan berusaha untuk bisa mengubah suasana agar lebih dinamis dan berkembang sesuai zaman. Kemudian, di sisi lain kita tengah mengamati Islam. Para pengemban dakwah Islam ini kebanyakan dari kelompok pemuda yang haus akan ilmu pengetahuan, namun juga penuh kesopanan. Sungguh, kombinasi terindah untuk peradaban di masa depan adalah ketika para pemudanya faham akan aturan agama, visioner, juga negarawan.
Kekuatan fisik, kecerdasan akal, kelembutan hati, kedalaman ilmu, dan kebagusan akhlak harusnya bisa menyatu di dalam diri sang pemuda muslim. Ia membawa misi peradaban yang suci, penyebaran visi rahmat bagi seluruh alam tertanam kuat di dalam tekad yang bulat. Meski demikian, ini semua tidak serta merta menjadikannya angkuh dan sombong, namun sebaliknya, seorang yang pekerja keras, tapi sabar dan tidak mudah putus asa. Karena ia teringat betul bahwa sebagai umat muslim –terlebih kalangan pemuda- tidak boleh berputus asa dari rahmat Allah bagaimanapun keadaannya.
Letupan semangatnya membangkitkan aura penuh makna. Berkobar, membakar, menyebar, ke dalam relung jiwa, bergemuruh di dalam dada. Inilah semangat yang tak kunjung padam, menyalakan tungku kebenaran dan keadilan. Cahaya Illahi menjadi pedoman dalam kehidupan keseharian, khusyu’ dalam beribadah, usaha maksimal dalam bekerja. Dalam doa ba’da shubuhnya terlantun, “Allahumma ‘ilman nafi’an, wa rizqan tayyiban, wa’amalan mutaqobbalan/ Ya Allah berilah hamba ilmu yang bermanfaat, rizki yang baik dan amal yang penuh berkah”.
Kelak, pemuda ini akan menjadi pemimpin yang tak hanya berwawasan dan tegas, namun juga sholeh serta hanya takut kepada adzabnya Allah saja. Perilakunya begitu jelas terinspirasi dari Al Qur’an, “. . . yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. . . “ (Q.S Al Maa’idah, 5:54). Wallahu a’lam bisshowab.
Salam hangat dan semangat selalu dalam dekapan ukhuwwah
#Kembang Janggut-Kutai Kartanegara, Kamis malam, 20 Juni 2013#
Dipublikasikan otomatis secara terjadwal oleh WordPress pada hari Jum’at, 19 Juli 2013 pukul 08.00wita.