Kontribusi 15 Tahun KAMMI dan Jejaknya di Kampus STKS Bandung

Semarak reformasi diramaikan oleh berbagai kalangan perindu perubahan di kala itu. Masa-masa ketika ORLA dan ORBA tidak ada bedanya. Banyak kepentingan rakyat yang terpinggirkan, desa yang terlantar, dan riuhnya kemaksiatan yang tak dapat dibendung lajunya. Terlebih lagi, Islam sebagai agama terbesar yang dianut oleh masyarakat bangsa ini, aturannya kian dicampakkan, disimpan, bahkan dibuang.
Pancasila masih saja selalu dikondisikan berlawanan dengan Islam. Pro Islam berarti kontra terhadap Pancasila sebagai ideologi bangsa, begitu pula sang pendukung pancasila selalu saja menempatkan dirinya berseberangan dengan pengusung ideologi Islam. Konflik begitu berkepanjangan, dan pembawa pesan Islam waktu itu sebagai yang “kalah” dalam persaingan.
Bahkan masih lekat dalam ingatan bahwa siswi-siswi di SMA kala tahun 60 sampai dengan 80-an masih “dilarang” mengenakan kerudung/jilbab karena dianggap sebagai muslim yang fundamentalis. Belum lagi sistem pendidikan yang dipakai juga begitu kentara untuk menancapkan sebuah pemahaman bahwa agama itu terpisah dari kepentingan politik, dengan dalih tidak boleh mem-politis-kan agama, karena agama itu hanya terbatas pada hubungan individu terhadap Tuhannya semata.
Ah, sepertinya pendapat semacam itu benar, sehingga banyak sarjana-sarjana agama kita (dari IAIN atau UIN) yang didanai untuk kuliah keluar negeri seperti Kanada dan Amerika Serikat untuk belajar studi Perbandingan Agama. Tujuannya tak lain adalah untuk menanamkan pemahaman bahwa pluralitas masyarakat bangsa Indonesia harus diiringi oleh pluralisme agama. Paham ini, tentu saja sesat lagi menyesatkan. Seperti apa yang disampaikan oleh Tokoh Cendikiawan Muslim Abad 21, Ustadz Dr. Adian Husaini yang mengemukakan bahwa istilah pluralisme agama merupakan istilah khusus dalam kajian agama-agama, sehingga pemaknaannya pun tidak dapat dilakukan secara sembarangan seperti menyamakan dengan istilah toleransi, saling menghormati dan lain-lain.
Tahun 1998 sebagai tahun bersejarah dalam perjalanan kehidupan Bangsa Indonesia menjadi titik momentum perubahan dari seluruh elemen masyarakat bangsa Indonesia. Baik kalangan “kanan” maupun kalangan “kiri”. Sebagai seorang muslim yang paham akan arah pedoman agamanya, aktivis dakwah masjid kampus yang lebih banyak berkegiatan di area masjid kampus dan sekitarnya sadar harus mengambil langkah lebih jauh dari hal yang biasanya dilakukan.
Masjid tetap menjadi basis perjuangan, dan aktivitas ritual ibadah serta mendekatkan diri kepada Rabbul izzati, namun juga aksi lain patut dilakukan untuk turut serta berkontribusi terhadap membaiknya keadaan buruk kondisi negeri yang bernama Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Maka, mengambil momentum Kongres FS-LDK (Forum Silaturahim Lembaga Dakwah Kampus) yang dihadiri oleh 59 LDK yang berafiliasi terhadap 63 kampus PTN/PTS di seluruh Indonesia. Maka, terbentuklah Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) pada tanggal 29 Maret 1998 di Malang. KAMMI hadir untuk menjawab tantangan persoalan bangsa, dan mengkontribusikan dirinya sebagai salah satu agen perubahan untuk menjunjung nilai-nilai dan semangat Islam dalam perjuangan.
Tepat 15 tahun usianya ketika menghitung dari 29 Maret 1998 sampai dengan 29 Maret 2013. Sebuah usia yang jika dikonotasikan dengan usia manusia, maka telah sampailah pada masa akil baligh/remaja. Masa di mana warna-warni perjalan organisasi senantiasa bergejolak, namun tidak lepas dari kontribusinya bagi bangsa dan negara yang dipersembahkan hanya untuk kemuliaan Islam.
Ada 6 prinsip perjuangan dan 4 paradigma gerakan organisasi dakwah bernamakan Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia ini, diantaranya:
Prinsip Perjuangan KAMMI
- Kemenangan Islam adalah Jiwa Perjuangan KAMMI
- Kebatilan adalah Musuh Abadi KAMMI
- Solusi Islam adalah Tawaran Perjuangan KAMMI
- Perbaikan adalah Tradisi Perjuangan KAMMI
- Kepemimpinan Ummat adalah Strategi Perjuangan KAMMI
- Persaudaraan adalah Watak Muamalah KAMMI
Paradigma Gerakan KAMMI
- Dakwah Tauhid
- Intelektual Profetik
- Sosial Independen
- Politik Ekstraparlementer
Dari 6 Prinsip dan 4 Paradigma dapt terlihat jelas bagaimana visi organisasi ini yang telah terbukti 15 tahun berdiri, juga terus berkontribusi. Kontribusi ini pun tak hanya sekedar klaim “buta” semata. Dari setiap divisi inilah dilahirkan kontribusi terkecil bagi masyarakat sekitar. Dan KAMMI telah berada di Sabang sampai Merauke. Tak hanya satu kota satu organisasi KAMMI, namun hampir di setiap kampus, selalu ada KAMMI berperan penting di sana. Tak terkecuali adalah keberadaan KAMMI di kampus biru, Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung.
Tak dapat terdeteksi meski dengan jaringan luas yang dipunyai, siapa-siapa saja mahasiswa STKS Bandung yang membawa obor lampu KAMMI untuk menerangi lahan dakwah di area kampus STKS Bandung. Sempat terceritakan oleh Akh Ilham (Mantan Ketua KAMMI ITB) bahwa ada satu akhwat STKS Bandung angkatan 2004 yang sempat ikut serta di kepengurusan KAMMI ITB, tapi itupun tak dapat terdeteksi keberadaannya. Ada pula satu akhwat dari angkatan 2007, saat ini tengah berstatus Pegawai Negeri Sipil di Kementerian Sosial RI Jakarta Pusat, namun keaktifan beliau pun sudah mandeg juga seiring dengan status mahasiswa nya yang telah tak teremban pada tahun 2009 silam.
Baru pada tahun 2010, lahirlah –kembali- sosok akhwat mahasiswa STKS Bandung (yang juga aktivis LDK KMM STKS Bandung) yang bergabung dalam barisan Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI), kemudian tahun 2011 disusul oleh satu ikhwan –yaitu saya sendiri- hingga pada akhirnya di tahun 2012 ini, tercatat 4 ikhwan aktif (salah satunya saya yang sudah berstatus alumni dari STKS Bandung) dan 4 akhwat aktif. Tsumma Alhamdulillah, ini merupakan nafas baru bagi membangkitkannya KAMMI STKS Bandung.
Selain itu, KAMMI STKS Bandung juga telah mulai mengepakkan sayapnya dengan banyaknya berinteraksi dengan komisariat lain di Bandung, bahkan juga mengajak kader-kader KAMMI Bandung untuk ber-mabit di Masjid Al Ihsan STKS Bandung, juga agenda seminar dan diskusi publik lainnya. Hal ini membuktikan bahwa KAMMI STKS Bandung sedang rising up. InsyaAllah hanya dengan pertolongan-Nya sajalah semua ini terjadi. Laa haula walaa kuwwata illaa billahil ‘aliyyil adziim.
Dari sisi pencitraan, kader KAMMI STKS Bandung juga produktif dalam mengahasilkan gagasan-gagasan dalam bentuk tulisan, sehingga tak heran, dalam waktu tak lama, pengunjung di blog KAMMI STKS Bandung telah mencapai angka lebih dari 15 ribu. Allahu Akbar!! Selain di blog KAMMI STKS, salah satu kader KAMMI STKS Bandung juga telah rutin menulis di media online dengan analisis-analisis tajam dan mendalam terkait persoalan kontemporer di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Saat ini, Badan Semi Otonom (BSO) KAMMI STKS Bandung di bawah asuhan KAMMI Komisariat ITB baru beranjak pada usia ke-12 bulan. Tepatnya pada tanggal 08 April 2013 nanti (tak terpaut jauh dari Milad KAMMI), maka sudah resmi genap satu tahun usia BSO KAMMI STKS Bandung. Dari usia yang tak genap satu tahun ini, telah ada dua mas’ul yakni akhina Muhammad Joe Sekigawa sebagai the first man sekaligus ikhwan single finghter, kemudian dilanjutkan oleh akhina Muhammad Ikhlas Samad yang memiliki karakter kocak, namun penuh tanggung jawab.
Peran akhwat sebenarnya juga tak kalah hebatnya. Namun, untuk menjaga izzah dan kelembutan serta sifat “pemalu” mereka, maka cukuplah kalangan ikhwan yang diperkenalkan kepada khalayak, dan nanti pada saatnya, kiprah akhwat akan lebih terasa dan membahana. KAMMI tetap bersinergi, dari kampus STKS Bandung untuk Jawa Barat dan Indonesia. InsyaAllah ^_^
NB: Tulisan ini pertama kali diterbitkan di blog KAMMI STKS Bandung di sini KONTRIBUSI 15 TAHUN KAMMI DAN JEJAKNYA DI KAMPUS STKS BANDUNG
Salam hangat dan semangat selalu dalam dekapan ukhuwah by Muhammad Joe Sekigawa, SST
Seorang Pembelajar Sepanjang Zaman who has a great dreams
A Social Worker fresh graduated from Bandung College of Social Welfare (BCSW), Department of Social Rehabilitation
Divisi Kaderisasi KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia) STKS Bandung
A Team 5 Coordinator for The Book of Dreams project
Staf Divisi Disaster Risk Management (DRM) PKPU Pusat.
Staf Ahli Bidang Relasi Publik, Forum Komunikasi Mahasiswa Kesejahteraan Sosial Indonesia (FORKOMKASI) masa bhakti 2012-2013
Selesai ditulis pada hari Senin sore, 20 Jumadil Awal 1434 Hijriah/ 01 April 2013 at 15.05wib @Ruang kantor Divisi DRM-PDG, PKPU Jl. Raya Condet No.12 Batu Ampar, Jakarta Timur.