Ukhuwah tak Sekedar Teori (Cerita di Balik RSAU Salamun)

Malam itu di Masjid Baiturrahman Dago Pojok tengah diadakan silaturahim antar warga RW 03 masih dalam rangka halal bihalal idul fitry 1433 H. Hadirlah lebih dari 80-an warga asli maupun pendatang (anak kostan) di acara yang digelar ba’da Isya’ tersebut, diantaranya ada saya di sana. Silaturahim yang diisi dengan ceramah dan salam-salaman itu berakhir sekitar pukul 21.00wib, kemudian dilanjutkan sesi diskusi terkait perkembangan dakwah masjid Baiturahman dalam beberapa dekade terakhir. Seingat saya waktu menunjukkan pukul 22.00wib, dan di sinilah cerita ini berawal.
“Aa bangun Aa, sadar Aa”, begitu seru ibu-ibu yang tak saya ketahui wajahnya karena saat itu saya masih setengah sadar. Tepatnya di hari Ahad malam, 09 September 2012 kemarin saya pingsan di dalam masjid, pingsan ketika orang-orang masih mendiskusikan agenda dakwah masjid Baiturahman itu. Tak hanya pingsan, sadar pun karena muntah-muntah, dan itu terjadi masih di dalam masjid. Jika dipikirkan secara rasional, tentu malu, namun keadaan itu memaksa saya untuk berhenti berpikir dan hanya mampu mengenali rasa sakit saja.
Baru menginjakkan kaki keluar dari pintu masjid, muntah kembali terjadi. Ah, tak enak sekali rasanya, kembali diri ini merepotkan banyak orang. Kawan-kawan tetangga kostan pun pada berdatangan dan bergegas membantu. Mas Srianto yang saya ‘pamiti’ sebelum pingsan juga cekatan membantu hingga sampai tubuh saya diantar ke bidan.
Tak banyak yang bisa dilakukan oleh Ibu Bidan, dan dia hanya memberikan resep obat yang tak kutahu apa isinya, karena beberapa saat setelah keluar dari rumah Ibu Bidan, muntah pun kembali lagi saya alami, tubuh menjadi semakin lemas, dan kesadaran saya hilang untuk kedua kalinya.
Masih setengah sadar saya rasakan, kawan-kawan kostan dengan segala kemampuannya membantu saya dibopong ke dalam mobil Pak Tardjo, salah satu pengurus DKM Baiturrahman yang segera melaju membawa tubuh saya ke ruang IGD RSAU Dr. M. Salamun di Ciumbeleuit.
Astaghfirullah, saya adalah orang yang sangat trauma jarum suntik, dan malam itu tangan sebelah kiri saya disuntik untuk jalur selang infus. This is my first time, pertama kalinya dalam seumur hidup saya dirawat di rumah sakit dengan keadaan diinfus. Mas Risky, Dida, Pras, Akbar, Fauzan, Arga, Yoga, kalian memang luar biasa telah bersusah payah demikian untuk mengantar ke rumah sakit pada pukul 23.30wib.
Di sinilah terbukti ukhuwah itu tak sekedar teori, ia ada untuk dipahami kemudian langsung dipraktikkan dalam kehidupan, dan di situlah letak nilai dari ukhuwah terbukti. Malam yang dingin, Fauzan, Pras, dan Yoga senantiasa menunggu dengan sepenuh hati. Jazakumullah, hanya Allah lah sebaik-baik pemberi balasan kawan ^_^
Keesokan paginya ganti shift jaga, ada Akbar dan Dida yang siap jaga. Kemudian siangnya datang Arga dan Bapak kost, kemudian ada Angga dan Yoga. Sekitar jam satu siang datanglah rombongan ikhwan KAMMI Akh Akhir, Akh Ucup dan Akh Arif. Disusul akhwat KAMMI STKS ada Ukh Erna, Ukh Wilis, Ukh Faozah, Ukh Indah dan juga Ukh Adinda. Usai sholat Ashar datanglah Ustadz Eko, kemudian datang Akh Yayat dan Akh Rizky. Usai maghrib datanglah Muhni, Regi, Echi, dan juga Ibhen. Subhanallah, nikmat ukhuwah ini lebih indah dari sekedar sakit yang telah Engkau titipkan ya Rabb.
Ada satu hal lagi yang patut diacungi jempol untuk kawan yang menemani saya di malam terakhir di rumah sakit kemarin, yaitu Akbar dan Dida yang menghibahkan dirinya untuk menjaga saya di Kamar Parkit nomor 9 itu. “Jok, kami mau keluar dulu ya, kalo ada apa-apa nanti sms saja”, begitu ujar Dida. Tak lama kemudian memang Dida kembali dengan membawakan buah yang tadi saya pesan, kemudian keluar lagi. Saya pun capek, lalu tertidur pulas. Pagi-pagi waktu shubuh, saya tak melihat mereka. Dan ketika saya sms, “Kami tidur di kursi panjang di luar Jok, tidak bisa masuk karena dikunci”, jawaban sms dari Dida.
MasyaAllah, perjuangan kalian memang luar biasa, sampai harus tidur di luar yang kita tahu bagaimana dinginnya. Begitu pula dengan Yoga, malam pertama saya di rumah sakit, dia juga tidur di luar kamar. Sekali lagi, hanya Allah sebaik-baik pemberi balasan, dan saya mendoakan semoga Allah membalas lebih lebih dan lebih baik dari apa yang telah kalian persembahkan. Semoga kutipan hadist ini bisa menyunggingkan senyuman di bibir kalian, “Barangsiapa menghilangkan satu kesusahan dunia dari seorang mukmin, Allah akan menghilangkan darinya satu kesusahan di hari akhirat” (HR. Muslim).
Ukhuwah yang tak hanya sekedar teori ini, berharap dapat dikekalkan sampai ke jannah-Nya kelak. InsyaAllah, aamiin ya Rabbal ‘aalaamiin…
Salam hangat dan semangat selalu by Muhammad Joe Sekigawa, seorang Pembelajar Sepanjang Zaman who has a great dreams
An Undergraduate Social Work Student of Bandung College of Social Welfare (BCSW), Department of Social Rehabilitation 2008
Koordinator Umum BSO Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) STKS Bandung
Staf Ahli Bidang Relasi Publik DF Forum Komunikasi Mahasiswa Kesejahteraan Sosial Indonesia (FORKOMKASI)
Selesai ditulis pada hari Selasa malam, 11 September 2012 at 21.48wib @Kamar Peradaban, Dago Pojok-Dago, Jawa Barat