Pergi untuk Kembali (Bojonegoro on Story)

Bismillahirrohmaanirrohiim,,
Tak terasa lebih dari tiga minggu saya menapakkan kaki di bumi Angling Dharma ini, tempat kerajaan Malowopati di masa silam. Tak mau jauh-jauh dari para pecinta ilmu, saya pun meminta Murobbi untuk men-transfer halaqah yang biasa diikuti di Bandung untuk tetap dilaksanakan di kota mini yang akan saya tinggali selama tiga minggu sampai dengan satu bulan ini. Pertemuan sepekan sekali tersebut bagi saya sangat berharga, aura-aura ketaatan dan kecintaan dalam menuntut ilmu senantiasa selalu terpancar dan menyinari lingkungan di sekitarnya.
Hm,, tak ada yang lebih indah selain jalinan ukhuwah yang dibangun atas dasar iman. Ia menjadi ikatan yang kuat untuk menghimpun diri dalam satu wadah perjuangan. Allah, Allah, Allah tujuan kami, Muhammad Rasulullah Shallallahu ’alihi wasalam Rasul terakhir kami, dan Al Qur’an dan Sunnah Nabi lah penuntut hidup mulia kami.
Bojonegoro ia bernama. Sebuah kota kecil yang sempat enam tahun saya tempati. Di sinilah saya menghabiskan masa menjelang akil baligh hingga tuntas remaja. Sekolah di SMPN 1 Bojonegoro dan melanjutkan di SMKN 4 Bojonegoro. Masa-masa itu, saya masihlah orang awam, mengaku orang Islam tapi tak mau memperdalam ilmu tentangnya, tidak faham dunia pergerakan maupun konspirasi, apalagi sebuah jama’ah. Itu semua masih teramat jauh dari pemahaman yang seharusnya, ilmu dari guru agama seolah menguap tanpa ruh yang mengikat. Pergaulan pun masih sembarangan, tak tahu adap interaksi antara ikhwan dan akhwat, hingga salah satu maksiat pun menjadi agenda lumrah yang sering dirasa nikmat. Astaghfirullah, Astaghfirullahaladziim. . .
Perjalanan pun terus berlangsung. Resah hati senantiasa menuntun diri untuk menjemput cinta sejati. Awam lambat laun menjadi faham karena belajar, selanjutnya dilalui pula banyak diskursus tentang perbedaan. Alhamdulillah, ia memberikan ketenangan hati bagi yang menginginkan perbaikan diri. Dan di sinilah, di sinilah saya temui sosok-sosok ‘hangat’ yang selalu dirindukan. Jama’ah Tarbiyah tempat saya berlabuh sebagai media aktualisasi diri dalam perjuangan, Al Qur’an dan Sunnah pun menjadi pegangan. InsyaAllah. Tunjuki kami jalan lurus-Mu yang Rabbi.
Tak terkecuali di sini, interaksi selama kurang lebih tiga minggu semakin mengokohkan semangat juang di jalan-Nya. Berjalan tidak atas dasar keinginan, namun berkat tuntunan dan penuh rasa cinta serta kerinduan. Ya Rabbi, sungguh bahagianya Engkau pertemukan dengan hamba-hamba-Mu yang sholeh/sholehah dan Engkau izinkan hamba menjadi salah satu dari mereka untuk turut serta dalam memperkuat ikatan perjuangan.
Di akhir tulisan, izinkan saya sedikit mencuplik lirik lagu nasyid tentang gambaran ukhuwah ini.
Sesungguhnya Engkau Tahu Bahwa Hati ini Tlah Berpadu
Berhimpun dalam Naungan Cinta-Mu
Bertemu dalam Ketaatan, Bersatu dalam Perjuangan
Menegakkan Syari’at dalam Kehidupan
Kuatkanlah Ikatannya, Kekalkanlah Cintanya, Tunjukilah Jalan-jalannya
Terangilah dengan Cahyamu, Yang Tak Kan Pernah Padam
Ya Rabbi, Bimbinglah Kami. Ya Rabbi Bimbinglah Kami. . .
Subhanallah, Walhamdulillah, Allahu Akbar. Begitu bahagia jiwa merasa saat melantunkan lirik syahdu itu. Tetapkanlah hamba dalam barisan orang-orang luar biasa ini ya Rabb. Amin.
NB: Sebuah tulisan ringan untuk saudara-saudara Jama’ah Tarbiyah di Kota Bojonegoro yang semuanya menginspirasi dalam langkah perbaikan diri ini. Suatu saat nanti, saya akan menjadi bagian dari perjuangan sahabat-sahabat sekalian.
Salam hangat dan semangat selalu by Muhammad Joe Sekigawa, seorang Pembelajar Sepanjang Zaman who has a great dreams
An Undergraduate Social Work Student of Bandung College of Social Welfare (BCSW), Department of Social Rehabilitation 2008
Koordinator Umum Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) STKS Bandung
Selesai ditulis pada hari Sabtu sore, 01 Ramadhan 1433 H/ 21 Juli 2012 at 15.33wib @Scorpion Net, Kota Bojonegoro-Jawa Timur