Praktikum Seperti Ini, Tepat Ga Sich,,??

Bismillahirrohmaanirrohiim,,
Hm,, ini adalah pemikiran dari keraguan saya atas jati diri seorang Pekerja Sosial yang “katanya” STKS sebagai lumbung pencetak para punggawa profesi tersebut. Oleh karenanya, mari kita kaitkan dengan proses pelaksanaan praktikum yang “katanya” pula sebagai ajang untuk mengukur kompetensi dari seorang calon Pekerja Sosial yang profesional. Bener ga sich,,?? Yuuk kita simak bersama-sama tentang ulasan saya (yang tentu saja merupakan pandangan subjektif saya sebagai salah satu mahasiswa dari sekian ratus mahasiswa yang menuntut ilmu di Kampus STKS Bandung) ^_^
Perlu diketahui bahwa angkatan 2008, 2007, 2006 dan seterusnya masih terbagi ke dalam dua kelompok konsentrasi jurusan, yaitu Jurusan Rehabilitasi Sosial(Rehsos) dan Pengembangan Sosial Masyarakat(PSM). Namun mulai angkatan tahun 2009, 2010, dan seterusnya tidak akan ada lagi konsentrasi jurusan, mereka semua akan dididik sebagai Generalist Social Worker yang ulasannya pernah saya buat sebagai konsumsi buletin PALAWI JOCO di sini Pekerja Sosial Generalis, Apa dan Bagaimana?. Nah, saya sendiri merupakan mahasiswa di Jurusan Rehabilitasi Sosial dengan sistem praktikum sebagai berikut:
- Praktikum I: Mengumpulkan data tentang PPKS dan PSKS di desa; membuat analisis salah satu klien PPKS; dan meresume data PPKS dan PSKS di desa dalam bentuk peta 2 dimensi
- Praktikum II: Menginisiasi terbentuknya Rehabilitasi Berbasis Masyarakat(RBM) di desa sebagai suatu organisasi mandiri untuk ikut serta menanggulangi dan memberikan pelayanan secara langsung dan tidak langsung terhadap para Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial(PPKS)
- Praktikum III: Berada di Institusi lembaga pelayanan sosial dan melakukan intervensi dengan menggunakan metode dan teknik khusus dari pekerjaan sosial klinis
Saya sendiri telah melewati Praktikum I dan saat ini tengah menjalani proses praktikum II di Desa Gandasoli, Kecamatan Tanjungsiang Kabupaten Subang, Jawa Barat. Karena itu saya hanya dapat membicarakan fakta dari Praktikum I dan beberapa kritik untuk Praktikum II.
Saya rasa praktikum seperti ini untuk mahasiswa Rehsos tidaklah tepat adanya. Yang namanya pekerjaan sosial klinis adalah mengedepankan kemampuan case work ketimbang mengorganisir masyarakat. Kami di Jurusan Rehsos hanya diberikan mata kuliah Community Organization/Community Development (CO/CD) selama satu semester, kemudian tiba-tiba saja pada saat praktikum I kami langsung diterjunkan di masyarakat. Alhasil apa yang tengah dilakukan oleh para mahasiswa ini menjadi tidak maksimal. Belum lagi tugas utama yang dibebankan kepada kami adalah untuk mengidentifikasi berbagai Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial(PPKS) dan Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial(PSKS) yang ada di desa dengan waktu praktikum hanya sebulan yang itu pun banyak terpotong oleh kegiatan lainnya. Mana mungkin bisa..?? Jika pun kenyataannya bisa, saya yakin bahwa data tersebut merupakan data dari para Ibu kader Posyandu dan PKK yang validitasnya tak bisa dipastikan seratus persen. Artinya yang kami lakukan hanyalah bertanya kepada para Ibu Kader, tak ada waktu untuk menvalidasi semua data satu per satu karena pendeknya waktu yang tersedia.
Nah, menurut pendapat saya, mengapa kami tidak dipraktekkan ke hal yang lebih teknis sebagai seorang Clinical Social Worker yang tugasnya adalah memberikan pelayanan yang prima kepada pemerlu pelayanan seperti panti sosial, rumah sakit, lembaga pemasyarakatan, crisis center, korban bencana alam dan sosial dan masih banyak lagi. Karena memang itulah bidang pekerjaan yang akan kami geluti dan selanjutnya kami akan menjadi profesional setelah memiliki jam terbang tinggi di berbagai bidang pelayanan klinis. Jadi praktikum I di lembaga X, praktikum II di lembaga Y, dan praktikum III di lembaga Y. Seperti itu akan lebih nyata dalam pengukuran kualitas keilmuan dan skill yang kami kuasai daripada praktikum di desa yang tidak mungkin kita nanti akan dipekerjakan di desa nun jauh terpencil, iya ga sich..??
Kemudian untuk praktikum II, ah kenapa kok fokusnya pada pembentukan atau penguatan RBM, apakah ini benar bisa mengukur kemampuan kami sebagai pekerja sosial klinis…?? Rasanya tak tepat juga untuk dilaksanakan. Tapi mau bagaimana..?? Apakah suara saya ini didengar..?? Jangan-jangan malah dianggap sebagai suara pemberontak yang menginginkan namanya terkenal..?? Huufffttthhh,,, Memang susah ya jika sudah berhadapan dengan sistem yang telah turun temurun diikuti. 😦
Kalo untuk saya pribadi, saya malah lebih senang jika diadakan program magang ke lembaga swasta yang memberikan pelayanan kepada PPKS, bukankah itu banyak sekali dan beragam..?? Dan sampai pada detik ini, program magang itu sama sekali tak pernah muncul di kampus saya tercinta ini, sayang memang, dan memang sangat sayang sekali. Padahal sudah sangat jelas, dengan adanya program magang, maka kepercayaan para penyerap tenaga pekerja sosial pun akan dapat meningkat tajam. Bisa juga menjadi catatan/track record yang bagus bagi mahasiswa tersebut. Tapi ….. Ini hanya mimpi, masih menjadi angan-angan saya yang tak tahu entah kapan akan terwujud.
Jadi, masihkah bangga dengan sistem Praktikum seperti ini..??? Atau memang benar bahwa kita ini hanya menjadi objek percbaan dari kurikulum yang tengah dijalankan..?? Anda sendiri yang dapat menentukan jawabannya ^_^
Salam semangat selalu by Joko Setiawan aka Amkmjs2011, seorang Pembelajar Sepanjang Zaman
Selesai ditulis pada Jum’at malam, 17 Juni 2011 at 20.27wib @POSKO Panyosogan, Desa Gandasoli, Kecamatan Tanjungsiang, Subang, Jawa Barat
Dipublikasikan pada Sabtu pagi, 18 Juni 2011 at 19.20wib @ Redsky Net, Kp. Panyosogan, Desa Gandasoli, Kecamatan Tanjungsiang, Subang, Jawa Barat
pendapat yang bagus.. saya setuju banget.. hidup AMKMJS..
salam semangat selalu dari IPNWM 1989…
Hohohoho 😀
Anwar ikut turun gunung nich,,, thanks Wang sudah berpartisipasi membaca tulisan ini 😀
dasar ilmu peksos adalah klinis…yaa, rehsos ini…nah, pada kenyataannya, masalah yang menjadi fokus utama kita ada di masyarakat…praktikum ini menjadi sarana bagi kita untuk melatih apa yang sudah kita dapatkan selama perkuliahan…memang haya 2 sks..tapi bukankah kita sebagai mahasiswa harus kritis, harus belajar…mencari tau apa yang tidak kita tau dan tidak kita dapatkan di kelas ke berbagai sumber…setuju gak???
disiniah kelebihan yang kita miliki (dan yang pasti salah satu yang bikin sy pilih rehsos…hehehe)..kita mempelajari dan bisa menguasai apa yang hanya dipelajari oleh jurusan lain…
^_^
kalo mau yang sebenarnya dan yang lebih menantang, nanti setelah lulus dari STKS…kita buktikan…
🙂
SEMANGAT…!!!!
Hmm,, kalo seperti yang Lily ungkapkan mah bisa di kuliah lapangan, tak perlu satu bulan praktikum he he he
Katanya D-IV, besar muatan prakteknya, namun pengasahan skill klinis kita kok sangat minim sekali ya,,, Konseling, Terapi, rasa2nya banyak yang hanya sebatas teori kita mendapatkannya, apa bedanya dengan mahasiswa di Universitas yang belajar tentang kessos he he he
Ok ok ok, setelah lulus STKS ya,,, kalo sudah jadi PNS, mau dibawa kemana idealisme ini,, uppss,,, keceplosan ya,,, Kalo begitu ayo buktikan ya Li ^_^
Salam semangat selalu
komen dariku jok, q bukannya gak paham tntg rbm…paham sih paham, tp justru dari kpahaman itu q jadi bingung sndiri…..krn fokus 7an rbm bkn mhasiswa yg nentuin, tp msyrkt…rancunya lagi qt gak boleh ngarahin fokus mslh trsebut, trus bgaimna dgn klien2 yg udah dpilih wkt praktikum 1 klo fokus rbm trsebut bukanla klien2 qt?? qt tdk boleh mngarahkan kmna fokus itu akn brlari…so???
nm dsensor aja…
salam ROCK N ROLL
Hmm,,,, Jalan satu2nya ya bilang jujur ke RBM kalo mereka kudu ikut menangani klien yang kita tangani hohoho 😀
Kenapa ga coba diwacanakan ma dosennya yg ckp concern, awalnya jadikan diskusi santai sajaa.. Sayang kan masukan dah panjang bgini g da feedback nya, syp tau syukur2 ntar ada follow up.
Hmm,, Ke depannya akan diusahakan dech 🙂
Yah, dijalani saja. 🙂
Matur nuwun Mas Asop 🙂